Pukul 08.00 pagi tanggal 19 Agustus 2012 mini van dari perusahaan bus Mekong
Express datang menjemput ketika gue baru saja menyelesaikan gigitan
terakhir sarapan pagi berupa roti baguette. Dari hostel gue ditransfer kembali ke base camp mereka di Khan Russey Keo
untuk naik bus menuju Kota Siem Reap tepat pukul 08.30.
Bus yang digunakan sangat nyaman dilengkapi dengan pendingin
udara dan toilet serta mendapat makanan kecil (snack) di dalam bus. Harga
tiket per orang USD 12 dan tiket gue telah pesan 2 hari sebelumnya
melalui pihak hostel. Sebenarnya ada beberapa operator bus yang melayani rute
Phnom Penh-Siem Reap dengan beberapa variasi harga mulai dari USD 8-12. Namun
beberapa teman di komunitas backpacker
merekomendasikan bus Mekong Express ini
dan ternyata pelayanannya memang sangat memuaskan.
![]() |
Penampakan Bus Mekong Express |
Pihak hostel menawarkan bus Giant Ibis yang merupakan “pemain” baru di jalur Phnom Penh-Siem
Reap. Harga tiket sedikit lebih mahal yaitu USD 15. Semua fasilitas sama dengan
Mekong Express bedanya hanya yaitu
busnya relatif masih baru dan terdapat fasilitas Wi-Fi di dalam bus. Namun gue
tetep keukeh memilih Mekong Express.
![]() |
Sang Kompetitor |
Gue mendapat kursi paling belakang dan di samping gue seorang
bapak warga lokal yang setelah ngobrol-ngobrol berkenalan dengan beliau
ternyata seorang dokter yang bertugas di sebuah rumah sakit di Siem Reap.
Sangat sulit untuk berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris karena ternyata
beliau menguasai Bahasa Perancis. Namun gue berusaha untuk menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan beliau yang tampaknya sangat antusias dengan
Indonesia.
Pukul 12.00 siang bus berhenti sejenak di kota Kompong Thom
untuk makan siang. Dan gue pun turun bersama sang dokter untuk makan siang
bersama pada meja makan yang sama. Hanya 30 menit waktu yang diberikan untuk
makan siang dan kami dipersilahkan untuk kembali ke bus setelah menyelesaikan
makan siang. Tanpa disangka ternyata makan siang gue kali ini dibayar semua
oleh pak dokter. Ah...memang rejeki seorang backpacker
saat traveling memang tidak diduga.
Ada saja berkat yang tiba-tiba mengalir. Terima kasih pak dokter atas kebaikan
Anda....
Akhirnya bus tiba di kota kecil Siem Reap sekitar pukul 14.00
dan dari tempat pemberhentian bus gue melanjutkan perjalanan dengan menggunakan
tuktuk menuju penginapan dengan membayar USD 3.
Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk tiba di penginapan
yaitu Angkor Friendship Hotel yang
terletak di 56 St. Psakrom, Vihear Chen, Svay Dangkum Siem Reap. Hotel ini sangat
strategis letaknya di jantung kota Siem Reap dan berada pada wilayah khusus
para backpacker. Dan di sekitar Angkor Friendship Hotel juga bertebaran beberapa hotel dan hostel lain sehingga wilayah ini sangat “hidup”
dengan geliat aktivitas turis mancanegara.
Angkor Friendship Hotel, Siem Reap |
Hotel tempat gue tinggal sangat nyaman dan bersih. Hanya
dengan membayar USD 8/hari, gue mendapat kamar private dengan twin bed,
kamar mandi di dalam, fan, televisi, air mineral 2 botol setiap hari. Hotel
inipun dilengkapi dengan fasilitas kolam renang.
Kamar Tidur Hotel |
Bilik Termenung |
![]() |
Kolam Renang Hotel |
Tak jauh dari hotel dengan berjalan kaki sekitar 10 menit gue
menjumpai Old Market yang merupakan
pusat keramaian dan hingar bingar kota Siem Reap. Di sinilah pusat akivitas
para warga lokal dan turis mancanegara. Sebuah pasar yang benar-benar pasar
dalam arti sebenarnya yang menjual berbagai kebutuhan warga lokal serta
berbagai suvernir serta pernak pernik buat para turis.
![]() |
Old Market Siem Reap |
Jangan lupa untuk mencicipi pancake khas Siem Reap yang terdapat 2 pilihan topping yaitu coklat dan
pisang. Harga pancake ini 3000 Riel
(sekitar Rp 7rb) dan rasanya pun sungguh enak. Pancake ini banyak dijumpai di pinggir jalan di sepanjang Old Market.
![]() |
Pancake Kamboja yang maknyus!! |
Menyusuri jalan-jalan di sekitar Old Market ini sangat mengasyikkan. Turis-turis dari berbagai
negara berseliweran lalu lalang di jalan ini. Tak pelak kota kecil Siem Reap
khususnya di sekitar Old Market
menjadi kota internasional karena banyaknya warga dunia yang berkumpul di sini.
Bergeser sedikit di belakang Old Market gue tiba di kawasan Pub
Street. Sesuai dengan namanya di sepanjang jalan ini di sisi kiri dan kanan
berjejer berbagai restoran, kafe, pub, lounge dan pusat hiburan lainnya. Yah...di sinilah
pusat berbagai hiburan malam di Siem Reap seperti halnya Kuta dan Legian di
Bali serta Walking Street di Pattaya,
Thailand.
![]() |
Pub Street denyut nadi Siem Reap |
Menyeberang jalan di seberang Old Market mengantarkan gue ke Night
Market yang terhubung melalui jembatan yang terdapat sungai kecil yang
mengalir di bawahnya. Jembatan inipun menjadi tempat beristirahat dan bersantai
bagi para turis yang selesai berbelanja di Night
Market.
Siem Reap Night Market |
Walaupun namanya Night
Market namun pasar ini buka dari pagi hingga malam hari. Dibandingkan
dengan Old Market gue lebih suka
dengan Night Market ini karena
kondisi pasarnya yang lebih bersih, tidak sumpek dan barang-barang yang
dijualpun khas turis banget.
**********
Pukul 08.00 pagi tuk tuk beserta sopirnya sudah siap di
halaman hotel menunggu. Hari itu di tanggal 20 Agustus 2012 gue akan
mengunjungi kawasan purbakala Angkor, puncak dari kunjungan gue ke Kamboja.
![]() |
Bersiap menuju Angkor |
Sewa tuktuk sebesar USD 12 yang akan mengantar gue dari Hotel
menuju Angkor serta berpindah dari satu temple
ke temple lainnya di dalam kawasan
Angkor selama 1 hari penuh.
Harga USD 12 ini adalah harga standar untuk Small Tour yaitu mengunjungi beberapa temple yang jaraknya saling berdekatan
yaitu : Angkor Watt, Angkor Thom (termasuk Bayon dan Baphuon), Thommanom, Chau Say Thevoda, Ta Keo, Ta Phrom, Banteay Kdei dan Prasat Kravan.
![]() |
Menuju Angkor |
Harga untuk Grand Tour
yang menjangkau beberapa temple
dengan radius yang lebih jauh lagi seperti Banteay
Srey (37KM), Kbal Spean (49 KM)
dan Phnom Kulen (50 KM) tentu berbeda
dan lebih mahal tentunya.
Kawasan wisata dan situs purbakala Angkor dikenal dengan nama
Angkor Archeological Park (AAP).
Jarak tempuh dari pusat kota Siem Reap ke AAP selama 20 menit dengan
menggunakan tuk tuk.
Beberapa teman yang sudah pernah mengunjungi Angkor
menyarankan gue untuk datang lebih awal di pagi hari pukul 05.30 menyaksikan
matahari terbit di sela-sela eksotisme candi di kawasan Angkor yang (katanya)
sangat indah. Namun karena malas untuk bangun pagi dan gue bukan termasuk tipe
yang niat untuk hunting matahari
terbit membuat gue tidak terlalu antusias untuk berkunjung ke Angkor pada saat
subuh. Lagipula terdapat tambahan biaya tuk tuk kalau kita ingin datang pada
saat subuh.
Setelah melewati gerbang utama AAP, gue segera membaur dengan
turis dari negara lain untuk membeli tiket di loket yang tersedia. Gue
mengantri di loket untuk kunjungan selama 1 hari dengan harga USD 20. Untuk
tiket dengan kunjungan selama 3 (USD 40) dan 7 hari (USD 60) tiket dan loketnya berbeda di lokasi
terpisah. Waktu berkunjung ke AAP pukul 05.00-18.00 setiap hari dan tiket harus
selalu disimpan dengan baik karena akan ada pemeriksaan saat masuk dari satu candi ke candi lainnya.
Antrian di loket lumayan panjang karena banyaknya turis yang
datang secara rombongan melalui biro perjalanan wisata. Tak lama kemudian
tiketpun berhasil gue dapatkan yang terdapat foto diri gue di tiket tersebut.
![]() |
Keren euy...tiketnya ada fotonya |
Kawasan AAP sangat luas sekali dan tidak mungkin dapat dijelajahi
dalam waktu 1 hari. Dengan luas mencapai 400 KM2 yang (katanya) bila
dibandingkan mirip dengan jarak antara Jakarta dan Bekasi. AAP menyandang
status sebagai UNESCO World Heritage Site
sejak tahun 1992, sehingga tak pelak AAP ini sudah sangat kondang di seluruh
dunia. Jutaan turis mancanegara mendatangi AAP setiap tahun dan tentunya
memberikan devisa yang tidak sedikit bagi negara Kamboja.
Candi-candi yang terdapat dalam komplek AAP ini merupakan
campuran antara Candi Hindu dan Budha yang dibangun pada abad 9 s/d 15.
Tidak butuh waktu lama bagi tuk tuk untuk mengantarkan gue ke
Angkor Watt yang merupakan perhentian pertama di AAP ini. Setelah bertukar nama
dan nomor HP, sopir tuk tuk menunjukkan tempat parkir sebagai meeting point bagi kami. Karena area
yang begitu luas gue benar-benar memastikan sang sopir tempat parkir tuktuk
agar tidak kesulitan mencari saat gue telah selesai mengunjungi salah satu
candi.
Langkah-langkah kecil kakiku segera menuju gerbang Angkor
Watt yang ternyata lumayan jauh untuk masuk ke dalamnya dan dalam hitungan
menit gue sudah berdiri di depan kemegahan Angkor Watt. Selama beberapa saat
gue berdiri mematung di depan Angkor Watt di tengah hilir mudik wisatawan asing
yang datang silih berganti.
Di Gerbang Angkor Watt |
Mata ini seolah masih belum percaya akhirnya gue bisa tiba di
Angkor Watt yang merupakan salah satu impian gue untuk dapat gue datangi dan
akhirnya mimpi itu menjadi kenyataan. Gue bersyukur kepada Tuhan masih diberi
kesempatan untuk mewujudkan satu persatu mimpi gue dengan melihat secara langsung
salah satunya Angkor Watt ini.
![]() |
Mahakarya yang Sempurna |
Peninggalan purbakala yang merupakan salah satu keajaiban
dunia itu berdiri dengan menterengnya di hadapan gue. Tak pernah disangka
begitu hebatnya karya monumental umat manusia ini yang telah ada sejak abad ke
12 sehingga menjadikan Angkor Watt sebagai salah satu bangunan terbaik pada
jamannya.
Angkor Watt sendiri merupakan komplek Candi Hindu yang
dibangun pada masa pemerintahan Raja Suryavarman II dan pembangunan candi ini
memerlukan waktu selama 30 tahun (sumber : Wikipedia). Hingga saat ini bangunan
candi masih berdiri kokoh dan berdiri tegak walaupun usianya sudah mencapai 8
abad.
Satu jam lebih gue berada di komplek Angkor Watt ini karena
selain luasnya komplek candi ini gue
juga ingin berlama-lama menikmati keindahan
serta kemegahannya. Padahal cuaca saat itu sangat panas menyengat namun tak
menyurutkan langkah dan semangat gue berpindah dari satu sisi ke sisi lain di
dalam komplek Angkor Watt ini.
Sisi Lain Angkor Watt |
Berat rasanya kaki ini untuk beranjak dari Angkor Watt, namun
mengingat masih banyak temple lain
yang harus dikunjungi akhirnya gue segera keluar menuju tempat parkir untuk mencari sang sopir tuk tuk dan berpindah
ke komplek Angkor Thom yang jaraknya lebih kurang 10 menit dari Angkor Watt.
Angkor Thom sendiri merupakan reruntuhan kompleks ibukota
kerajaan kuno Khmer di Kamboja yang didirikan pada masa pemerintahan Raja
Jayawarman VII dan mencakup kawasan seluas 9 KM2 (sumber :
Wikipedia).
Memasuki komplek Angkor Thom melalui Gerbang Selatan, diri
gue seolah dibawa kembali ke masa lalu. Jejak dan peradaban masa lalu tersebut
masih dapat dirasakan saat gue tiba
menjejakkan kaki di depan Bayon
Temple yang merupakan salah satu candi terbesar dan mengagumkan yang wajib
dikunjungi di dalam komplek Angkor Thom karena keunikannya.
Bayon Temple merupakan candi yang bernafaskan
Budha yang didirikan pada akhir abad 12 sampai awal abad 13. Bentuk candi ini
sangat unik karena semua bangunan menara candi ini mengambil rupa wajah manusia
dengan wujud raksasa dalam 4 posisi yang semuanya mencapai 37 menara.
Komplek Bayon Temple |
Foto Pre Wed |
Untuk menikmati Bayon
Temple inipun pengunjung harus bersiap-siap untuk naik turun tangga karena
untuk menikmati Bayon Temple secara
keseluruhan terdapat akses hingga mencapai puncak candi.
Di Puncak Bayon Temple |
Satu hal yang membanggakan pada saat gue berada di komplek
Angkor Thom ini yaitu ketika gue berpindah dari Bayon Temple menuju Baphuon (masih di komplek yang sama) melalui
jalan setapak, mata gue tertuju pada sebuah bangunan kecil dan sederhana yang
merupakan kantor proyek kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Kamboja serta
UNESCO untuk merestorasi sebagian dari komplek Angkor Thom.
Kantor ITASA |
Proyek tersebut dinamakan ITASA (Indonesian Technical Assistance for Safeguarding Angkor). Berkat
pengalaman Indonesia dalam merestorasi Candi Borobudur, maka pemerintah
Indonesiapun memberikan bantuan tekhnis kepada Kamboja untuk merestorasi
Angkor.
Kebangsaan Bangsa Indonesia |
Hm.....terbersit rasa kebanggaan di dada manakala gue
sempatkan mampir di kantor tersebut yang disambut dengan ramah oleh para staff yang berada di situ. Dan ketika gue memperkenalkan diri berasal dari Indonesia
mereka semua sangat antusias.
Kemegahan Baphuon
Temple yang masih berada dalam komplek Angkor Thom sudah di depan mata gue.
Candi Hindu yang didirikan pada abad 11 ini dari segi ukuran lebih kecil dari
Angkor Watt dan Bayon namun dari segi arsitektur tak kalah indahnya dengan ke-2
candi tersebut.
Baphuon Temple |
Di tengah panas terik dan menyengat gue bersemangat meniti
setiap anak tangga untuk mencapai puncak dan menikmati keindahan komplek candi
dari ketinggian.
Pemandangan dari Ketinggian |
Beranjak ke sebelah timur Angkor Thom, sopir tuk tuk
mengantar gue ke sebuah candi kecil Chau
Say Tevoda dan berseberangan dengan candi Thommanon yang keduanya merupakan candi Hindu yang berdiri sejak
abad 11. Tidak lama gue berada di kedua candi ini karena bisa dijelajahi dalam
waktu singkat. Di sekitar candi ini banyak anak-anak kecil warga lokal yang
berkeliaran. Selain menjual suvernir dan minuman bagi para wisatawan, ada juga
sebagian dari mereka yang merangkap sebagai tour
guide amatir. Pengetahuan mereka tentang candi serta penguasaan Bahasa
Inggris mereka patut diacungkan jempol!
Chau Say Tevoda Temple |
Gue melewatkan Ta Keo
Temple saat sopir tuk tuk menawarkan menuju candi tersebut karena gue tidak
sabar untuk segera menuju Ta Prohm Temple
yang legendaris itu.
Ta Prohm
mendunia sejak menjadi lokasi pengambilan gambar Film Lara Croft : Thomb Raider yang
dibintangi oleh Angelina Jolie. Bentuk candi yang khas yang “dililit” oleh akar
pohon selama berabad-abad menjadikan Ta
Prohm sebagai candi yang wajib dikunjungi di komplek AAP.
![]() |
Ta Prohm yang Unik itu |
Secara tak sengaja saat di Ta Prohm gue minta tolong turis lain untuk mengambil foto buat gue,
ternyata setelah berkenalan beliau juga berasal dari Indonesia. Irene dan Restu
datang ke Angkor bersama rekan-rekan mereka dari negara lain dan di Siem Reap
mereka sedang menghadiri acara seminar/pelatihan. Ah...senangnya backpacking kemanapun selalu ada
kesempatan untuk bertemu dengan saudara setanah air.
![]() |
Bersama Irene dan Restu bertemu di Ta Prohm |
Cukup lama gue habiskan waktu di komplek Ta Prohm ini karena gue sangat terkesan akan keindahan serta
keunikan candi ini. Di beberapa bagian candi terdapat kegiatan restorasi yang
masih dilakukan hingga saat ini.
![]() |
Kegiatan Restorasi Ta Phrom |
Rasa penasaran menghinggapi diri gue ketika gue menanyakan
kepada teman-teman warga lokal, mengapa akar pohon yang “membelit” candi tidak
dipotong saja. Ternyata hal tersebut tidak boleh dilakukan karena selain sulit
untuk memotong akar pohon yang sudah sangat keras karena usianya yang sudah
berabad-abad, juga dengan memotong akar pohon dikhawatirkan akan merusak
konstruksi candi itu sendiri.
Karena rasa letih dan lapar menyergap raga ini, terpaksa gue
melewatkan sisa 2 candi terakhir yaitu Banteay
Kdei dan Prasat Kravan untuk
langsung kembali ke Siem Reap. Sungguh puas rasanya setelah selama lebih kurang
6.5 jam berada di Kawasan Angkor ini.
Satu pertanyaan yang masih tersisa di benak gue, mengapa
Candi Borobudur yang lebih dulu ada yang dibangun pada tahun 800-an Masehi
“hanya” dikunjungi oleh wisatawan asing sebanyak 166.5rb saja di tahun 2011
lalu (sumber : Kompas.com 18 Jan 2012), sedangkan Komplek Angkor yang baru
dibangun belakangan yaitu di abad 12 namun menerima limpahan wisatawan asing
10x lebih banyak yaitu 1.6 juta pada tahun 2011 lalu (sumber : xinhuanet.com 12
Jan 2012). Apakah promosi Candi Borobudur di dunia internasional kalah gencar
dengan Angkor? Entahlah....
Tuk tuk melaju dengan kencang meninggalkan kawasan Angkor
untuk mengantar gue kembali ke hotel. Sisa-sisa letih masih gue rasakan namun
tak sebanding dengan sejuta kenangan terhadap keajaiban dunia yang masih
membekas di benak gue.
Tak butuh waktu lama untuk gue merasakan kembali geliat Old Market di sore itu karena gue memang
meminta sopir tuk tuk untuk mengantar gue ke pasar tersebut untuk memburu makan
siang yang sudah sangat telat karena waktu saat itu sudah menunjukkan pukul
15.30.
Akhirnya Octopus with
vegetables menjadi santapan gue sore itu. Dengan kalap gue menyantap
hidangan yang tersedia. Dan didampingi dengan milkshake dan coca cola gue harus membayar USD 3.75.
![]() |
Octopus with Vegetables |
Kembali malam itu gue habiskan dengan menyusuri Pub Street. Tujuannya hanya satu yaitu
mencari happy pizza yang konon
mengandung zat adiktif (baca : ganja). Karena penasaran dengan cerita teman
sesama backpacker yang sudah pernah
ke Siem Reap dan mencoba makanan tersebut, maka dengan tekad yang bulat gue
mencari makanan yang bernama happy pizza
tersebut.
Setiap sudut Pub Street
gue jelajahi. Mata gue menyapu setiap pandangan dan semua papan nama cafe dan
restoran sepanjang Pub Street gue
perhatikan namun tetap tidak menemukan yang namanya happy pizza tersebut walaupun gue sudah berkeliling sebanyak 3x.
Akhirnya setelah didera rasa lapar dan letih yang amat sangat gue menyerah dan
memutuskan untuk memilih menu lain malam itu.
Perut gue takluk pada menu mie goreng malam itu. Rasa mie
goreng tersebut enak hanya mie goreng tersebut tidak digoreng secara kering
melainkan agak sedikit basah yang gue kurang begitu suka dengan penyajian
seperti itu . Gue merogoh kocek USD 3 untuk seporsi mie goreng dan ice lemon tea.
![]() |
Fried Noodle |
*************
Rasa malas menyergap gue pagi itu untuk keluar mencari
sarapan pagi. Di hotel tempat gue menginap memang tidak menyediakan sarapan
pagi sehingga gue harus membayar jika ingin menikmati sarapan pagi di hotel
tersebut. Pilihan gue pagi itu jatuh pada roti bakar + teh yang dikenakan biaya
USD 2. Agak sedikit lebih mahal memang....
21 Agustus 2012 gue akan mengelilingi kota Siem Reap dan ada 2 target yang akan gue kunjungi yaitu Angkor National Museum dan Cambodia Cultural Village. Dengan
menyewa ojek motor yang akan mengantar gue ke-2 lokasi tersebut dan gue
membayar sebesar USD 5 (rute pp).
Angkor National Museum terletak di pusat kota, hanya butuh
waktu 10 menit untuk tiba di museum ini. Namun setelah tahu bahwa harga tiket masuknya
sebesar USD 12 gue langsung mundur teratur dan membatalkan niat untuk masuk ke
dalam museum tersebut karena gue pikir USD 12 ( nyaris Rp 110rb) merupakan
harga yang sangat mahal untuk masuk ke dalam sebuah museum. Akhirnya gue cukup
menikmati museum dari luar dan mengambil foto di sekitar museum saja.
Angkor National Museum |
Gue langsung memerintahkan ojek motor untuk mengantarkan gue
ke Cambodia Cultural Village (CCV)
yang berlokasi di Airport Road #6, Khum Svay Dang Kum, Siem Reap yang ditempuh
selama lebih kurang 20 menit. Pengunjung dikenakan biaya sebesar USD 15 untuk
tiket masuknya.
Cambodia Cultural Village |
Apa yang dilihat di CCV ini ? Selepas dari areal kontrol
tiket masuk, kita disambut oleh 2 museum yang terdapat di CCV yaitu Wax & Historical Museum yang
menceritakan kisah perjalanan Bangsa Khmer dari abad 1 s/d abad 20.
Gerbang Masuk CCV |
![]() |
Diorama di dalam Museum |
Lepas dari museum kita akan disambut dengan kendaraan mini yang
berjejer berkapasitas 8-10 orang yang disediakan untuk mengelilingi area CCV.
Tidak jelas apakah kendaraan ini disediakan secara gratis atau harus membayar
karena gue sendiri lebih memilih untuk berjalan kaki untuk mengelilingi seluruh
area yang terdapat di CCV ini.
![]() |
Siap untuk Mengelilingi CCV |
Komplek CCV ini sangat luas tapi gue sangat menikmati dengan
berjalan kaki sehingga gue bisa berlama-lama di tempat yang gue suka.
Dengan konsep taman dan danau
dipadu dengan berbagai miniatur bangunan serta berbagai tema yang
terdapat di area CCV ini menjadikan CCV sangat menarik untuk dikunjungi. Sambil
menikmati taman yang tertata dengan indah kita dapat menjumpai miniatur
beberapa bangunan yang terdapat di Kamboja diantaranya Royal Palace, National Museum,
Wat Phnom, Central Market, Independence
Monumen, Phsar Thmey, Reclining Budha dll
![]() |
Miniatur Royal Palace di CCV |
Melewati komplek miniatur bangunan, kita akan masuk dalam
area yang dibagi dalam berbagai tema yaitu : Khmer Village, Millionaire’s
House, Floating and Fishing Villlage, Phnorng Village, Khmer Association
Overseas, Chinese Village, Kroeung Villlage, Cham Village, Kola Village,
dan Farm Village.
Phnorng Village |
Khmer Village |
Chinese Village |
Millionaire House |
Juga disediakan beberapa pertunjukan di setiap tema tersebut
dari siang hingga malam hari dengan jadwal yang telah ditentukan. Karena gue tiba
di CCV pagi hari, sedangkan pertunjukan
paling awal baru diadakan pukul 11.00 siang sehinggal mau tidak mau gue harus
menunggu hingga pukul 11.00 menunggu hingga pertunjukan dimulai.
Pertunjukan pertama yaitu Khmer
Wedding Ceremony bertempat di Millionaire’s
House yang menceritakan tentang prosesi upacara adat perkawinan Bangsa
Khmer. Pertunjukan yang berlangsung selama 1 jam ini sangat menarik walau gue
sendiri kurang memahami jalur ceritanya karena disampaikam dalam bahasa lokal.
Namun intinya mengisahkan proses pertunangan sepasang laki-laki dan perempuan
hingga menempuh proses perkawinan.
Prosesi Pengantin Memasuki Ruangan |
![]() |
Sah? Saaaaaah...... |
Maksud hati ingin lanjut ke pertunjukan berikutnya The Immortal Life of Khmer Soul di Mini Theater namun baru dimulai pukul
14.30 kelamaan gue nunggunya. Akhirnya gue batalkan untuk menonton pertunjukan
ini dan melanjutkan untuk keliling ke semua tema.
Puas mengelilingi CCV, pukul 13.00 gue minta diantar tukang
ojek ke Old Market untuk mencari
makan siang. Ojek motor pun melaju kencang menuju Old Market dan menjelang tiba Old
Market secara tak sengaja mata gue tertuju pada papan nama sebuah restoran
yang menjual happy pizza.
Sontak gue histeris melihat papan nama tersebut dan gue
langsung minta ojek untuk berhenti. Setelah semalaman dicari tidak ditemukan
akhirnya secara tidak sengaja restoran tersebut sudah di depan mata gue. Entah
dengan kalimat apa gue harus menyimpulkan ini. Keberuntungan kah? Kebetulan
kah? Ah...masa bodoh.
Sambil membolak balik buku menu yang tersedia di depan pintu
masuk gue melihat pilihan menu pizza (serta harganya juga tentunya hehehe) yang
katanya mengandung zat adiktif itu. Sang pemilik restoran mendekati dan seolah
bisa membaca pikiran gue beliau menawarkan pizza tersebut kepada gue sambil
setengah berbisik memberitahukan kalau pizza di sini mengandung marijuana. Yess....dalam hati gue
sambil berkata inilah yang gue cari.
Dengan langkah mantap gue masuk restoran mencari tempat yang
asyik dan langsung menunjuk menu yang sudah gue intip tadi di buku menu depan
pintu. Pilihan gue jatuh kepada pizza jenis Meats Lover ukuran small.
Tidak butuh waktu lama untuk gue menunggu pesanan pizza
datang. Pizza ukuran small yang terdiri dari 6 slices itu sudah di depan mata
gue. Sesaat gue merasa deg-degan untuk memulai irisan pertama. Khawatir nanti
gimana nanti setelah makan gue ketagihan? Khawatir nanti gimana nanti kalau gue
pingsan? Khawatir nanti siapa yang akan mengnatar gue kembali ke hotel? Dan
sejumlah khawatir-khawatir lainnya hehehehe.
![]() |
Happy Pizza yang Sensasional itu |
Tekad bulat sudah menggelora dalam diri gue untuk memulai
irisan pertama dan menyantap pizza tersebut. Setelah irisan pertama masuk dan
lidah gue mulai mendeteksi rasa pizza tersebut ternyata rasa pizza tersebut
enak dan yang gue suka dari pizza tersebut yaitu bentuknya yang tipis.
Setelah menghabiskan 4 slices kok tidak ada rekasi apa-apa
yah? Begitu pikir gue. Dan perutpun perlahan mulai terasa kenyang. Namun gue
tidak tega membiarkan sisa 2 slices tergeletak dengan pasrah. Akhirnya sisa 2
slices gue habiskan dan mulai menunggu apakah ada perubahan dalam diri gue.
Sesaat gue mengalami perasaan yang berbeda sebelum gue makan
namun apakah ini hanya perasaan atau halusinasi gue saja? Ah entahlah.....yang
pasti semua pizza telah habis gue santap dan gue membayar total USD 5 dengan
segelas milkshake.
Akhirnya rasa penasaran gue pun terjawab dan berhasil mencoba
yang namanya happy pizza. Namun gue
juga tidak berani untuk mencoba dengan porsi yang lebih banyak khawatir terjadi
reaksi yang berlebihan akibat dari zat adiktif tersebut.
Dengan langkah santai gue akan kembali ke Hotel. Namun di
tengah perjalanan tiba-tiba cuaca mendung dan hujan turun dengan derasnya.
Namun beruntung gue berhasil mendapat tempat berteduh di sebuah kuil/pagoda
yaitu Preah Prohm Rath. Saat gue tiba
di kuil tersebut terdapat seorang petugas yang sedang membersihkan patung Budha
di dalam kuil. Melihat gue yang sedang kehujanan, gue dipersilahkan masuk dan
duduk di pelataran kuil.
Preah Prohm Rath Pagoda |
Sembari menunggu hujan reda, gue jalan-jalan mengelilingi
kuil yang ukurannya tidak terlalu luas namun indah. Setelah membaca papan
keterangan di pintu masuk kuil gue baru tahu kalau kuil ini telah berdiri sejak
tahun 1500-an jadi usianya sekarang sudah mencapai lebih dari 500 tahun. Pada
dinding di sekeliling kuil gue perhatikan terdapat lukisan atau diorama tentang
kehidupan Sang Budha.
Sejarah Pagoda |
Diorama Kehidupan Sang Budha |
Malam ini merupakan malam terakhir gue di Siem Reap. Rencana
awal gue akan membeli paket buffet dinner
sambil menonton dan dihibur dengan pertunjukan kesenian tradisional Khmer
berupa tarian Apsara di sebuah restoran mewah di Siem Reap. Namun setelah
pikir-pikir harga USD 12 cukup mahal bagi gue dan akhirnya gue membatalkan
rencana tersebut.
Akhirnya gue mampir di sebuah kedai kaki lima di depan mini
market 24 jam Romaly Market. Saat gue
lewat, anak laki-laki sang pemilik kedai menyapa setiap pengunjung yang lewat
dalam Bahasa Inggris agar mampir ke kedai mereka.
Sungguh lucu anak ini. Namanya Meng Leng dan usianya sekitar
8 tahun. Di Siem Reap rata-rata anak kecil dapat berbicara dalam Bahasa Inggris
dengan cukup bagus.
![]() |
Bersama Bocah Siem Reap yang Lucu |
Semangkok kwetiau rebus dengan daging ayam + sekaleng bir
Cambodia menjadi santap malam gue di malam terakhir di Siem Reap. Harganya pun
tidak terlalu mahal total USD 3.
![]() |
Sluuurp.... |
Menyusuri lorong-lorong di Siem Reap Night Market seolah menandai sebuah perpisahan yang entah
kapan akan menginjak kembali ke tempat ini. Beberapa potong kaos dan suvernir
kecil khas Kamboja gue beli sebagai kenang-kenangan akan negeri yang sangat
ramah ini.
Suasana Siem Reap Night Market di Malam Hari |
Gue beruntung. Setelah membatalkan untuk membeli paket buffet dinner sambil nonton tarian Apsara,
ternyata di Night Market ini setiap
malam menyajikan pertunjukan Tarian Apsara secara gratis kepada pengunjung
pukul 20.00-21.30 di sebuah panggung di dalam area market. Lumayan....akhirnya keinginan untuk menonton Tarian Apsara
akhirnya kesampaian walaupun dalam bentuk yang sederhana. Tarian Apsara sendiri
merupakan tarian tradisional khas Bangsa Khmer dengan penampilan yang sangat indah.
Tarian Apsara |
***********
Pukul 05.50 pagi di tanggal 22 Agustus 2012 gue sudah tiba di
Bandara Internasional Siem Reap untuk kembali ke Jakarta melalui Kuala Lumpur.
Namun portal menuju pintu masuk bandara masih ditutup. Ketika gue tanyakan hal
tersebut kepada supir tuk tuk yang mengantar gue bandara, beliau berkata bahwa
portal bagi kendaraan yang akan masuk ke
area bandara baru dibuka pukul 06.00 pagi.
![]() |
Bandara Internasional Siem Reap |
Sesaat tiba di area bandara gue segera menuju pintu
keberangkatan. Namun pintu keberangkatan juga belum dibuka. Hm...gue jadi
berpikir keras mengapa bandara internasional seperti ini?
Rupanya bandara ini tidak beroperasi selama 24 jam sehingga
kesibukan baru dimulai pada pagi hari. Sesaat setelah gue masuk ke terminal
keberangkatan, loket-loket pelaporan tiketpun belum ada penghuninya. Ketika gue tanyakan kepada petugas yang lewat
jam berapa loket Air Asia bakal dibuka karena jadwal keberangkatan gue ke KL
pukul 08.35. Sebentar lagi katanya tanpa
memberi kepastian kepada gue.
Jam 06.30 loket baru dibuka. Ternyata penerbangan Air Asia
tujuan Kuala Lumpur menjadi penerbangan pertama di pagi hari yang bertolak dari
Siem Reap. Ketika check-in gue
menyodorkan tiket dan paspor gue kepada
petugas check-in. Namun tiket gue
dikembalikan dan hanya paspor gue yang diambil. Di saat gue sedang kebingungan,
secarik boarding pass sudah
disodorkan di hadapan gue. Wah canggih nih check-in
hanya menggunakan paspor, begitu pikir gue sambil berlalu untuk mencari sarapan
pagi di dalam ruang tunggu keberangkatan.
Pesawat mendarat dengan selamat akhirnya di LCCT-KLIA pukul
11.35 dan kembali gue harus transit selama 2.5 jam untuk kembali ke Jakarta.
Negeri Kamboja, menggoreskan kenangan indah dalam hidup
gue.......
EXPENSES TO CAMBODIA AUG 16-22, 2012 | ||||||
DATE | NO | DESCRIPTION | CURRENCY | ORIGIN | EX RATE | IDR |
16-Agust | 1 | Taxi + Toll to airport | 75.000 | |||
2 | Airport tax Soekarno Hatta | 150.000 | ||||
3 | Mineral water @LCCT | MYR | 1,50 | 3.000 | 4.500 | |
SUB TOTAL | 229.500 | |||||
17-Agust | 1 | Marry Brown (b'fast chic porridge, f fries+hot tea) LCCT | MYR | 10,85 | 3.000 | 32.550 |
2 | SIM Card at Phnom Penh airport + top up | USD | 10,00 | 9.500 | 95.000 | |
3 | Tuk tuk from airport to hostel | USD | 7,00 | 9.500 | 66.500 | |
4 | Hostel Mates Me Place (2 nights) + fee hostelworld | USD | 15,00 | 9.500 | 142.500 | |
5 | Tuol Sleng Museum ticket | USD | 2,00 | 9.500 | 19.000 | |
6 | Mineral water (2) | KHR | 1.000,00 | 2,25 | 2.250 | |
7 | Killing Fileds Ticket | USD | 5,00 | 9.500 | 47.500 | |
8 | Royal Palace Ticket | USD | 6,25 | 9.500 | 59.375 | |
9 | Lunch at Killing Fields (2) | USD | 5,00 | 9.500 | 47.500 | |
10 | Motorbike Rental | USD | 15,00 | 9.500 | 142.500 | |
11 | Mineral water | KHR | 2.000,00 | 2,25 | 4.500 | |
12 | Liquid soap + mineral water | USD | 2,59 | 9.500 | 24.605 | |
13 | Bus Ticket to Siem Reap | USD | 12,00 | 9.500 | 114.000 | |
SUB TOTAL | 797.780 | |||||
18-Agust | 1 | Magnet kulkas at Central Market (11pcs) | USD | 7,00 | 9.500 | 66.500 |
2 | Snow Globe (2) big n small | USD | 4,00 | 9.500 | 38.000 | |
3 | Ansorm Aing (Ketan bakar) | KHR | 1.000,00 | 2,25 | 2.250 | |
4 | Asinan jambu dan mangga | KHR | 2.000,00 | 2,25 | 4.500 | |
5 | Lunch (grilled beef rice n ice lemon tea) | USD | 1,63 | 9.500 | 15.485 | |
6 | National Museum | USD | 3,00 | 9.500 | 28.500 | |
7 | Wat Phnom ticket | USD | 1,00 | 9.500 | 9.500 | |
8 | Can beverage | KHR | 2.000,00 | 2,25 | 4.500 | |
9 | Mineral water (2) | KHR | 2.000,00 | 2,25 | 4.500 | |
10 | Taiyaki at night market | USD | 1,25 | 9.500 | 11.875 | |
SUB TOTAL | 185.610 | |||||
19-Agust | 1 | Breakfast (baguette) | USD | 1,25 | 9.500 | 11.875 |
2 | Tuktuk from bus station to hostel in Siem Reap | USD | 3,00 | 9.500 | 28.500 | |
3 | Angkor Friendship Inn (3 nights) + Hostelworld fee | USD | 26,00 | 9.500 | 247.000 | |
4 | Banana Pancake at Old Market | KHR | 3.000,00 | 2,25 | 6.750 | |
5 | Dinner | USD | 2,50 | 9.500 | 23.750 | |
SUB TOTAL | 317.875 | |||||
20-Agust | 1 | Breakfast (grilled beef & salt vegi) + mineral water (2) | USD | 3,50 | 9.500 | 33.250 |
2 | Tuktuk to Angkor | USD | 12,00 | 9.500 | 114.000 | |
3 | Angkor ticket | USD | 20,00 | 9.500 | 190.000 | |
4 | Mineral water (2) | USD | 1,00 | 9.500 | 9.500 | |
5 | Sugar Cane | KHR | 2.000,00 | 2,25 | 4.500 | |
6 | Lunch (octopus mix vegetable + cola + milkshake) | USD | 3,75 | 9.500 | 35.625 | |
7 | Top up SIM card | USD | 5,00 | 9.500 | 47.500 | |
8 | Dinner (noodle soup + beer ) | USD | 3,00 | 9.500 | 28.500 | |
9 | Ice cream cone | USD | 1,50 | 9.500 | 14.250 | |
10 | Romaly Market | USD | 9,30 | 9.500 | 88.350 | |
11 | Minyak Angin | USD | 1,00 | 9.500 | 9.500 | |
12 | Toilet Angkor | KHR | 1.000,00 | 2,25 | 2.250 | |
SUB TOTAL | 577.225 | |||||
21-Agust | 1 | Breakfast (toast) | USD | 2,00 | 9.500 | 19.000 |
2 | Tuktuk to Angkor Museum & Cambodia Cultural Vill | USD | 5,00 | 9.500 | 47.500 | |
3 | Cambodia Cultural Village ticket | USD | 15,00 | 9.500 | 142.500 | |
4 | Lunch (Pizza + lime juice) | USD | 5,00 | 9.500 | 47.500 | |
5 | Souvernir CCV | USD | 3,00 | 9.500 | 28.500 | |
6 | Night Bazaar | USD | 9,00 | 9.500 | 85.500 | |
7 | Coconut + Ansorm Aing | USD | 1,25 | 9.500 | 11.875 | |
8 | Dinner ( fried noodle + beer ) | USD | 2,00 | 9.500 | 19.000 | |
9 | Green tea, dry chilli | USD | 5,00 | 9.500 | 47.500 | |
10 | Donation | KHR | 200,00 | 2,25 | 450 | |
SUB TOTAL | 256.500 | |||||
22-Agust | 1 | Tuktuk to Siem Reap airport | USD | 5,00 | 9.500 | 47.500 |
2 | Breakfast in airport | USD | 3,00 | 9.500 | 28.500 | |
3 | Mineral Water Air Asia | MYR | 3,00 | 3.000 | 9.000 | |
4 | Lunch Marry Brown LCCT Mie kari | MYR | 10,55 | 3.000 | 31.650 | |
5 | Transport from airport to home | 40.000 | ||||
SUB TOTAL | 156.650 | |||||
TOTAL EXPENSES IN CAMBODIA | 2.291.640 | |||||
Air Asia Ticket CGK-KUL (pp) nett | 325.000 | |||||
Air Asia Ticket KUL-PNH nett | MYR | 73,00 | 3.000 | 219.000 | ||
Air Asia Ticket REP-KUL nett | MYR | 166,41 | 3.000 | 499.230 | ||
GRAND TOTAL | 3.334.870 | |||||
Hardi,
ReplyDeleteliat ulasan loe tentang Cambodia, jadi tertarik. Rencana gua pengen pergi May or paling telat November tahun depan. nunggu tiket promo plus cuti hanya boleh sehari, jadi mesti liat ada yang kejepit ga tuh hari libur :). ada beberapa pertanyaan karena gua bakal travelling alone.
1.Cambodia masih bisa VOA? hanya bawa pas photo dan passport asli plus dollar aja kan?
2.mostly mereka bisa bhs inggris ga?
3.apa yang mesti gua aware waktu di sana?
4.lebih bagus phnom penh atau siem riep karena gua hanya punya waktu 4 hari tops untuk jelajahin 2 kota itu, yang pasti gua pengen ke killing fields and angkor wat...dan mau coba happy pizza.. serius itu ngambang ga sih kalau udah makan secara gua sendirian, ga lucu kalau tiba-tiba nari2 sendiri di jalan.. :)
Hei Yen,
Delete1. Cambodia sdh visa free utk paspor Indonesia selama 30 hari (berarti gak baca tulisan part 1 nih hehehehe)
2. Jangan khawatir soal Bahasa Inggris, anak-anak kecil umur 8 thn di pinggir jalan pun udah bisa ngomong Inggris :)
3. Rasanya negara Cambodia cukup aman bahkan sangat aman menurut gue buat para turis. Tapi staff KBRI di Phnom Penh warning gue utk hati2 masalah penjambretan. Tapi jangan khawatir akan hal ini.
4. Phnom Penh dan Siem Reap sama bagusnya dan wajib hukumnya dikunjungi kalo ke Cambodia. Kalo makan sedikit pizzanya yah nggak fly lah, nggak tahu yah kalo lu makannya 2-3 loyang :)
thanks untuk advice, soalnya masalah visa cukup bingung, karena memang liat di web sih ga perlu visa, cuma kemarin ada teman kantor yang business ke sana spertinya kudu apply VOA (katanya begitu, tapi gua juga ga nanya jadi apply atau ga).. baguslah g perlu visa.. artinya tinggal punya tiket dan duit langsung bisa cabut.
ReplyDeleteVisa turis ama bisnis kadang emang beda treatment, nah kasus temenn loe itu dia pergi untuk urusan bisnsi yang mungkin masih mengaruskan untuk apply visa/VOA. Tp yang jelas utk visa turis free kok.
Deleteseems so.... ada berita bagus, teman kantor gua tiba-tiba ngajuin diri u ikutan padahal gua kagak info, dia cuma bilang kalau mau jalan-jalan jangan lupa ajak gua ya.. yah udh sekalian gua info planning ini, then dia okay. so I might have a partner, at least punya teman juga (biar bisa di fotoin, daripada minta jasa abang tuk-tuk atau siapa aja yang lewat) plus hemat biaya karena bisa share berdua..:)
ReplyDeletehm....it sounds good! lucky for you :)
DeleteHai, Mas...
ReplyDeleteSeneng banget nemu blog ini & baca tulisannya. Kebetulan sy mau ke Kamboja minggu depan, selama 6 hari. Rencana spend 4 hari di Siem Reap then 2 hari di Phnom Penh. Tulisannya informatif banget & useful, terutama ketika bahas market2-nya, karena udah googling sejauh ini, tapi masih belum nemu blog yg sreg membahas ttg market2nya. Jadi pingin nonton apsara dance di night market jg. Makasih infonya yah! :D
Hai Marcellina..thanks ya udah mampir. Sepertinya hobi belanja yah :) Kamboja surganya deh, murah-murah banget di sana. Saran saya : kalau ingin menikmati Apsara Dance lebih maksimal (dan punya dana lebih) bisa beli paket Apsara Dance+Dinner (bisa beli di hotel tempat menginap). Enjoy Kamboja.... :)
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete