Puas mengunjungi
Tanjung Bira gue kembali ke Makassar tanggal 29 Maret 2013. Betapa senangnya
kembali ke kota ini. Kota terbesar di Indonesia Timur ini memang telah banyak berubah
dibandingkan dengan kunjungan gue beberapa tahun silam. Tapi yang pastinya
tidak berubah dari Makassar adalah kulinernya. Selalu ngangenin. Dan inilah
alasan yang membuat gue kembali ke Makassar.
Menjelang sore Pete-pete
(angkutan kota) dari Terminal Malengkeri membawa gue ke Hotel New Legend tempat
gue menginap selama berada di Kota Makassar di Jalan Ahmad Yani. Hotel ini
sangat strategis letaknya di pusat kota di daerah China Town nya Makassar, hanya 10 menit berjalan kaki menuju Pantai
Losari kawasan hits di Kota Makassar.
![]() |
Kawasan China Town Makassar |
Tidak banyak tempat
yang gue datangi di Kota Makassar. Ini kunjungan gue yang kesekian kalinya dan
sesungguhnya kuliner Makassarlah yang membuat gue kangen untuk kembali ke kota
ini.
Berbicara kuliner
Makassar tidak bisa dipisahkan dari Coto. Kuliner legendaris ini berbeda dari Soto di Pulau Jawa yang kita
kenal pada umumnya. Coto Makassar biasanya menggunakan daging sapi, kerbau atau
kuda. Jadi hati-hati sebelum memesan sebaiknya ditanyakan dulu kepada
penjualnya menggunakan daging apa bagi yang tidak menyukai mengkonsumsi daging
tertentu.
Penjual coto
tersebar di seantero Makassar jadi tinggal disesuaikan dengan selera. Gue
sendiri mampir ke rumah makan Coto di Jalan Gagak 27 sehingga dikenal dengan nama
Coto Gagak. Rumah makan ini memiliki bangunan baru di samping tempat lama yang berdiri
tahun 1973 dan masih dipertahankan hingga kini. Bangunan baru yang menggunakan
AC buka sampai jam 12 malam sedangkan tempat lama hanya menggunakan kipas angin
buka selama 24 jam non stop.
![]() |
Bangunan Baru Rumah Makan Coto Gagak |
Saat tiba malam itu
tampak mobil berderet parkir di depan rumah makan. Tidak perlu menunggu waktu
yang terlalu lama dan pesananpun segera diantar. Harga coto + buras (ketupat
kecil sebagai pengganti nasi) sekitar Rp 15rb dan rasanya sungguh enak. Kuahnya
gurih dan tidak terlalu kental dan dagingnya pun empuk.
![]() |
Coto Gagak yang Maknyusss |
Yang tak kalah
populer kuliner di Makassar yaitu Mie Titi. Malam itu gue menyasar daerah
Pantai Losari tepatnya di Jalan Datumuseng untuk mencari rumah makan yang
menjual Mie Titi ini. Jalan Datumuseng sendiri letaknya tidak begitu jauh dari
anjungan tulisan “PANTAI LOSARI” di tepi pantai Losari. Mie Titi Jalan
Datumuseng ini merupakan cabang dari Jalan Irian yang sudah sangat dikenal oleh para pencinta kuliner di
Makassar.
![]() |
Rumah Makan Mie Titi Datumuseng |
Sama halnya dengan
Coto Gagak, pengunjung di rumah makan Mie Titi inipun sangat ramai malam itu
dan butuh waktu yang lumayan lama menunggu pesanan gue siap disajikan.
Mie Titi merupakan hidangan
mie yang digoreng kering dan disiram dengan kuah kental disajikan dengan
tambahan toping daging ayam dan bakso
beserta sayur-sayuran+jeruk nipis (hati-hati di beberapa tempat ada yang
menggunakan konten daging yang tidak halal yang tidak layak konsumsi bagi umat
Muslim). Saat disantap terjadi perpaduan mie yang garing dengan kuah kental
panas yang menimbulkan sensasi tersendiri ditambah rasa pedas+asam yang
menggoda selera. Hm....
![]() |
Mie Titi |
Namun sayangnya
karena porsinya terlalu banyak sehingga gue tidak dapat menghabiskan seluruh
mie yang dihidangkan. Saat membayar di kasir gue baru tahu kalau mereka
menyediakan hidangan dalam dua ukuran yaitu besar dan kecil. Ah..tau gitu gue
memesan porsi kecil saja. Harga porsi besar sekitar Rp 18rb dan sudah membuat
gue kenyang bego hehe.
Tidak lengkap
rasanya nongkrong di malam hari di Pantai Losari tanpa mencoba Pisang Epe. Yah...
Pisang Epe juga salah satu kuliner khas di Kota Makassar. Saat senja menjelang
malam banyak pedagang Pisang Epe yang mulai menggelar dagangan mereka di
sepanjang Pantai Losari dan menjadi alternatif tempat berkumpul bagi warga
lokal dan wisatawan. Saat akhir pekan menjelang tengah malam pengunjung
makin ramai memenuhi tenda-tenda dan
warung kaki lima penjual Pisang Epe di sepanjang Pantai Losari.
Gue memilih salah
satu tenda penjual Pisang Epe di sekitar pantai Losari di depan gerai Circle
“K”. Pisang Epe sendiri merupakan pisang setengah matang (jenis pisang kepok) yang
dibakar dengan bara arang yang panas dan disajikan dengan pilihan toping berbagai pilihan rasa dan tinggal
disesuaikan dengan selera pembeli mulai dari durian, keju, coklat dan orisinal.
![]() |
Penjual Pisang Epe |
Tak sampai 10 menit
pesanan gue datang diantar seorang bapak setengah tua. Gue memesan Pisang Epe
orisinal yang diguyur dengan cairan gula merah. Rasa manis pisang dan gula
merah berpadu di dalam mulut membuat Pisang Epe ini sungguh menjadi teman
santap yang pas di malam akhir pekan.
![]() |
Pisang Epe |
Petualangan kuliner
di Makassar belum selesai. Keesokan harinya tanggal 30 Maret 2013 gue sengaja
tidak mengambil jatah makan pagi di hotel karena gue akan makan pagi di luar.
Gue sering tidak mengambil jatah makan pagi di hotel saat melakukan perjalanan
entah di dalam atau di luar negeri karena sengaja ingin mencoba kuliner khas di
tempat tersebut di pagi hari.
Pagi itu hidangan
Palu Basa menjadi target gue. Di Makassar hidangan Palu Basa juga tersebar di
seantero kota namun ada 2 lokasi yang menjadi ikon hidangan Palu Basa yang berlokasi
di Jalan Serigala dan Jalan Onta. Ke-2 tempat ini bersaing ketat. Secara random gue memilih Palu Basa H.
Haeruddin di Jalan Serigala pagi itu. Namun ketika tiba pukul 08.15 rumah makan
tersebut belum buka dan masih dalam
proses persiapan beres-beres. Dari info yang gue dapat mereka akan buka pukul
09.00.
Akhirnya gue pindah
ke Jalan Onta yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Jalan Serigala. Ternyata
Palu Basa di Jalan Onta buka lebih siang lagi yaitu pukul 10.00. Mau gak mau
akhirnya gue kembali lagi ke Jalan Serigala dan menunggu sampai mereka siap
untuk melayani pembeli. Ternyata bukan hanya gue yang sudah antri di pagi itu
namun banyak pengunjung lain juga yang sudah datang. Hm...tak salah memang
menilai kepopuleran Palu Basa Serigala
ini dilihat dari antusiasme pengunjungnya.
Hidangan Palu Basa
mirip dengan Coto Makassar. Cuma yang membedakan kuah Palu Basa agak sedikit
kental karena dicampur dengan parutan
kelapa yang disangrai sehingga membuat kuah Palu Basa ini sedikit harum.
Pembeli dapat memilih isinya berupa daging sapi atau campuran jeroan. Ada yang
mengatakan dicampur juga dengan daging kerbau. Tapi entahlah gue gak peduli
saat sudah menyantap terbius oleh kelezatan Palu Basa ini.
Pembeli bisa memilih
alternatif berupa campuran kuning telur setengah
matang dan dicampur dengan kuah Palu Basa saat masih panas. Hm....untuk pilihan
ini sepertinya gue tidak tertarik. Harga satu porsi Palu Basa + nasi putih
sekitar Rp 18rb. Sangat murah untuk kelezatan yang maksimal.
![]() |
Penampakan Palu Basa |
Saatnya untuk
menjelajahi kota Makassar. Kota yang penuh dinamika dengan berbagai perubahan
yang terdapat di dalamnya. Namun ada satu yang tidak berubah yaitu Benteng Fort Rotterdam masih berdiri kokoh di
tengah Kota Makassar yang letaknya tidak terlalu jauh dari Pantai Losari.
![]() |
Halaman Fort Rotterdam |
Benteng Fort Rotterdam merupakan peninggalan
Kerajaan Gowa-Tallo yang sudah berdiri sejak 1545 dan menjadi saksi perjalanan
sejarah Kota Makassar. Saat ini beberapa bagian dari tembok benteng berupa
reruntuhan namun beberapa bangunan di dalamnya masih berdiri utuh hingga saat
ini dan menjadi objek wisata andalan di Makassar.
![]() |
Gerbang Masuk Fort Rotterdam |
Untuk masuk ke dalam
komplek Fort Rotterdam tidak dipungut
biaya namun pengunjung dapat memberi donasi bila tergerak. Di dalam komplek
benteng Fort Rotterdam juga terdapat
Museum La Galigo. Isi museum ini menggambarkan perjalanan serta kebesaran dan
kejayaan Makassar sejak Kerajaan Gowa sampai pada masa penjajahan Belanda.
Museum ini menempat 2 blok bangunan yang saling berhadapan. Bagi pengunjung
yang ingin melihat isi museum dipungut biaya sebesar Rp 5rb.
Juga terdapat
bangunan bekas tahanan tempat Pangeran Diponegoro pernah dibuang dan ditahan di
tempat ini pada masa penjajahan Belanda. Namun sayang saat gue ke sana bangunan
ini tidak dibuka untuk umum.
Puas mengelilingi Fort Rotterdam, gue menuju Jalan
Lasinrang untuk melanjutkan kuliner. Kali ini gue penasaran dengan yang namanya
sop ubi yang jarang diekspos dan diburu oleh para pencinta kuliner.
![]() |
Kios Lasinrang |
Di Jalan Lasinrang
sendiri terdapat beberapa penjual sop ubi salah satunya Kios Lasinrang.
Akhirnya terjawab, rupanya sop ubi itu campuran mie, soun, ubi kayu (singkong),
tauge, telur, taburan sledri, kacang tanah dan daging. Jadi cukup ramai dan
beragam isinya. Campuran kuah kari melengkapi kelezatan sop ubi ini. Hm...pertama
kali mencoba dan gue langsung suka. Sayangnya di Jakarta gue jarang menemui
kuliner ini di rumah makan yang menyajikan makanan khas Makassar.
![]() |
Sop Ubi yang Menggoda |
Rasanya perut belum
maksimal karena porsi sop ubi sendiri tidak terlalu banyak. Gue bergeser dari
Jalan Lasinrang ke Jalan Andi Mappanyuki yang jaraknya hanya sepelemparan kolor
hehehe.
Secara tidak sengaja
gue melihat warung di pinggir jalan yang menjual Palu Mara saat melewati Jalan
Andi Mapanyuki. Kebetulan Palu Mara juga masuk dalam daftar kuliner yang harus
gue santap di Makassar. Palu Mara merupakan kuliner dengan bahan dasar ikan
dengan kuah santan. Biasanya ikan yang digunakan adalah ikan bandeng. Gue
beruntung karena di Warung Mappanyuki ini menggunakan kepala ikan kakap dan gue
sendiri pada dasarnya tidak suka dengan ikan bandeng.
Warung Mappanyuki
ini juga membuka usaha di rumah tempat tinggal pemiliknya yang letaknya agak
masuk ke dalam gang di samping warung tenda di pinggir Jalan Mapanyuki. Dua
jempol deh untuk Palu Mara Warung Mappanyuki ini.
Ke Makassar tidak
sah rasanya kalau tidak melihat perahu khasnya yaitu perahu Phinisi. Siang itu setelah perut kenyang gue meluncur ke Pelabuhan
Paotere untuk melihat langsung perahu Phinisi tersebut.
![]() |
Perahu Phinisi Sedang Bersandar di Pelabuhan Paotere |
Pelabuhan Paotere
berjarak sekitar 5 KM dari pusat kota dan merupakan pelabuhan rakyat yang
sebagian besar menggunakan kapal Phinisi. Kegiatan bongkar muat barang dapat
dilihat langsung di pelabuhan ini. Kegiatan niaga melalui pelabuhan ini
biasanya ditujukan ke Indonesia bagian timur.
![]() |
Suasana Bongkar Muat |
Capek setelah
keliling pelabuhan sangat pas rasanya menikmati kuliner di sore hari berupa otak-otak
khas Makassar. Jika ditanya otak-otak khas Makassar maka orang-orang akan
menjawab otak-otak Ibu Elly yang sudah sangat populer di Makassar.
Tidak susah untuk mencari
lokasi otak-otak Ibu Elly yang terletak
di Jalan Kijang karena semua sopir taksi pasti mengetahuinya. Yang
membedakan otak-otak di Makassar dengan di Jakarta yaitu otak-otak di Makassar
pada umumnya dikukus sedangkan otak-otak di Jakarta dibakar di atas bara api.
Pada umumnya mereka yang membeli otak-otak Ibu Elly untuk dibawa sebagai
oleh-oleh.
![]() |
Plang Otak-otak Ibu Elly |
![]() |
Suasana Toko Otak-otak Ibu Elly |
Harga otak-otak per
biji Rp 4rb dan dengan menyantap 6 pcs sudah cukup untuk membuat gue kenyang
kembali sore itu. Otak-otak ini sungguh enak, rasa ikannya sungguh terasa dan
empuk namun sayangnya sambal kacangnya menurut gue biasa saja.
![]() |
Hm....Otak-otak Berpadu dengan Juice Markissa |
Menjelang senja
merupakan waktu yang pas untuk bersantai menikmati Pantai Losari yang sudah
banyak mengalami perubahan saat ini. Sekarang di sepanjang tepi pantai dibangun
anjungan untuk tempat bersantai dan beristirahat sambil menikmati suasana laut
. Dan sekarang tidak terdapat lagi pedagang yang berjualan sepanjang bibir
pantai seperti yang gue rasakan beberapa tahun lalu saat gue berkunjung kemari.
![]() |
Anjungan Pantai Losari |
Melengkapi kuliner
di Makassar, gue memburu hidangan yang cukup populer yaitu Sop Saudara. Mirip
dengan soto di Jakarta, Sop Saudara ini berisi daging sapi + jeroan (alternatif
pilihan) dengan kuah bening. Sop Saudara di Jalan Irian patut untuk dicoba
dengan rasa yang menantang. Harga per mangkuk + nasi tidak terlalu mahal sekitar
Rp 15 rb.
![]() |
Sop Saudara |
Masih ada beberapa
kuliner di Makassar yang belum sempat gue coba dan gue akan kembali lagi suatu
saat nanti. Makassar kau sungguh menggoda untuk didatangi kembali.....
truly a culinary maniac, awesome :)
ReplyDeletenyaaaammm.... :)thanks brow..
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletemantap..
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteИнстраграмм остается самой популярной на данный момент площадкой для продвижения своего бизнеса. Но, как показывает практика, люди еще чаще подписываются на профили в каких уже достаточное количество подписчиков. Если заниматься продвижение своими силами, потратить на это можно очень множество времени, поэтому еще лучше обратиться к специалистам из Krutiminst.ru подробнее http://lib_harg_18.hilk.zabedu.ru/forums/topic/dennisageno/
ReplyDelete