Saturday, June 15, 2013

Surga itu bernama Tanjung Bira


Selamat Datang di Tanjung Bira

Pokoknya kalo ke Sulawesi Selatan loe harus mampir ke Tanjung Bira karena tempat itu begitu indah”. Begitu pesan seorang rekan kepada gue beberapa tahun lalu. Hm...Tanjung Bira. Setahu gue landmark Sulawesi Selatan selain Makassar yah Tana Toraja yang sudah gue datangi dan terbukti memang indah dan unik serta mistis. Sampai akhirnya gue mencari tahu tentang keindahan Tanjung Bira ini dari informasi beberapa rekan yang sudah berkunjung ke sana maupun dari internet.


Hati mulai tergerak untuk menjelajahi Tanjung Bira namun sayangnya belum ada kesempatan untuk berkunjung ke sana. Selain jarak yang cukup jauh, kunjungan ke Sulawesi Selatan selalu berkutat di Makassar dan sekitarnya.

Kesempatan akhirnya datang dan hati mulai dimantapkan untuk menjejakkan kaki ke Tanjung Bira. “Racun” yang bernama tiket promo seperti biasa membius gue. Pilihan jatuh kepada Batavia Air 3 bulan sebelum tanggal keberangkatan. Namun bak disambar petir di siang hari, sebulan sebelum keberangkatan diberitakan Batavia Air bangkrut dan tidak ada kejelasan akan nasib pemegang tiket.

Mimpi itu nyaris kandas. Namun keberuntungan berpihak pada gue. Pemegang tiket ex. Batavia Air jurusan Makassar bisa mengganti tiketnya dengan tiket maskapai Citilink. Ah....akhirnya gue mendapatkan kembali mimpi gue untuk ke Tanjung Bira tgl 28-31 Maret 2013.

Pesawat Citilink mendarat pukul 02.00 dini hari tanggal 28 Maret 2013 di Bandara Hasanuddin Makassar, bandara terbesar dan termegah di Indonesia Timur. Sudah merupakan hal biasa bagi gue untuk tidur di bandara jika saat traveling tiba tengah malam atau dini hari di tempat tujuan, termasuk di bandara Hasanuddin ini.

Bandara Hasanuddin yang Modern
Megah
Tempat pewe sudah didapat. Colokan tersedia di samping siap untuk mengisi daya baterai blackberry gue yang sudah drop. Mata sudah terpejam untuk  membawa gue tidur sejenak di dini hari itu. Sedang asyik-asyiknya tidur gue dikejutkan oleh suara teriakan dan orang yang berlari-lari melewati gue sambil membawa pentungan.

Ternyata ada orang liar yang masuk ke areal bandara hingga ke dalam gedung terminal untuk mengejar seseorang (tidak jelas siapa yang dikejar) dan setiap orang yang ditemui dipukul dengan pentungan yang dibawa. Posisi gue tidur hanya berjarak sekitar 3 meter dari orang liar tersebut dan sontak gue kaget sambil mengambil langkah seribu melarikan diri.

Drama Pagi itu
Hm..bagaimana sistem pengamanan di bandara ini sehingga orang liar yang tidak punya kepentingan bisa menerobos masuk sampai ke areal terminal bandara. Dalam waktu sekejap, orang liar tersebut dapat diringkus oleh petugas keamanan bandara dan seperti biasa menjadi bahan bulan-bulanan massa yang mengerubunginya alias digebukin. Ah...ada-ada saja dini hari gini sudah disuguhi drama yang mencekam.

Fajar sudah menyingsing dan gue sempat kesal dengan seorang petugas yang terus membuntuti gue di pintu keluar untuk menawarkan jasa taksi. Berkali-kali gue tolak namun beliau dengan gigih terus saja menawarkan jasa taksinya.

Akhirnya gue menyelinap masuk ke sebuah kafetaria di area pintu keluar bandara. Selain untuk menghindari dari kejaran tawaran taksi sekalian gue mampir untuk sarapan pagi. Coto Makassar yang hangat di pagi hari menyapa gue seolah menyambut kedatangan gue di Makassar. Namun sayang nasi putihnya terlalu keras. Tak peduli gue habiskan juga karena akan segera menempuh perjalanan panjang ke Tanjung Bira.

Pak, ojek motor dimana? “ tanya gue pada seseorang begitu keluar dari bandara karena gue akan menuju Terminal Malengkeri menggunakan jasa ojek.

Oh di sana mas” jawabnya sambil menunjuk area parkir motor. Dengan semangat membara sambil memanggul ransel gue berjalan ke arah parkir motor. Begitu tiba di parkiran motor gue bertanya kepada petugas parkir.

Mas ojeknya di mana?” tanya gue.

Wah di depan sana mas” kata sang tukang parkir. Hadoooh...yang bener dimana? tanya gue dalam hati. Sial gue di pingpong sana sini.

Pertanyaan terakhir gue lontarkan kepada 2 orang cewek (kelihatannya sih  seperti mahasiswa) yang kebetulan lewat di depan gue.

Mbak, kalo mau nyari ojek motor di mana yah? tanya gue.

Sesat mereka berpandangan. Dan gue bisa mengambil kesimpulan bahwa mereka tidak bisa memberikan informasi yang gue butuhkan.

Emang mau kemana mas?” tanya mereka kepada gue.

Mau ke Terminal Malengkeri” jawab gue secara singkat.

Wah jauh sekali itu” kata salah seorang kepada gue dengan logat Makassar yang kental.

Iya” seorang lain ikut menimpali.

(Dalam hati gue) “Iya gue tahu kalau jauh, trus gue harus membatalkan gitu kalau jauh? Lah memang itu tujuan gue.

Kalau begitu ikut kita saja mas kebetulan kita mau ke arah sana” tawar salah seorang kepada gue.

Mendengar tawaran gratis, semangat gue langsung menggelora.

Yaaah...tapi kita tidak bawa helm lebih” sesal salah satu dari mereka. Batal deh dapat tebengan gratis pikir gue.

Gimana kalo ikut kita sampai gerbang depan bandara, nanti baru sambung ojek motor dari pinggir jalan menuju ke terminal” tawar mereka kepada gue dan tanpa pikir panjang langsung gue iyakan ajakan tersebut. Lumayan lah dapat tebengan gratis walau hanya sampai gerbang bandara.

Motor melesat dengan cepatnya dan setelah ngobrol-ngobrol benar tebakan gue kalau mereka berstatus mahasiswa dan mereka juga tergabung dalam sebuah klub motor di Makassar. Hm...pantes bawa motornya saja melaju secepat kilat.

Lumayan jauh juga jarak dari area dalam bandara menuju gerbang depan. Dan gue diberhentikan di sebuah pangkalan ojek di tepi jalan. Sempat tawar menawar akhirnya disepakati tarif ojek menuju Terminal Malengkeri sebesar Rp 50rb dengan jarak tempuh sekitar 1 jam. Terminal ini terletak di pinggiran Makassar dekat perbatasan dengan Kabupaten Gowa.  

Ternyata angkutan umum menuju Tanjung Bira bukan berupa bus besar namun berupa mobil pribadi sejenis kijang innova yang disulap menjadi angkutan umum. Sebenarnya dari Terminal Malengkeri terdapat angkutan langsung menuju Tanjung Bira namun jarang  dan jam operasinya pun terbatas sehingga gue mengambil rute ke kota terdekat dari Tanjung Bira yaitu Bulukumba dan nanti disambung lagi menuju Tanjung Bira dari Bulukumba.

Tarif menuju Bulukumba sebesar Rp 35rb dan gue mengambil posisi duduk di depan samping sopir. Sepanjang perjalanan sopir mengambil penumpang sesuai dengan rute yang akan ditempuh yaitu Makassar-Gowa-Takalar-Jenepento-Bantaeng-Bulukumba.

Sepanjang perjalanan gue terlelap karena semalam hanya tidur beberapa jam saja. Saat tiba di kota Bantaeng, mobil berhenti sejenak di rumah makan A & Y untuk makan siang. Rumah makan tersebut siang itu sangat ramai. Rupanya rumah makan ini memang rumah makan favorit bagi kendaraan yang transit di kota Bantaeng menuju kota Bulukumba dan Sinjai.

Menu di Rumah Makan A & Y Bantaeng

Hm....gue sangat menikmati paket menu ikan bakar + Sop Saudara seharga Rp 30rb yang menjadi pilihan gue. Ternyata keramaian di rumah makan ini berbanding lurus dengan rasa makanannya yang ternyata memang enak.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama 4 jam lebih gue tiba di Kota Bulukumba dan diantar menuju terminal  untuk berganti angkutan umum menuju Tanjung Bira. Ternyata satu mobil baru saja berangkat saat gue tiba di terminal, artinya gue harus menunggu mobil berikutnya diisi penuh dengan penumpang dulu baru bisa berangkat.

Saat itu baru terdapat 2 orang penumpang termasuk gue dan penumpang ke-3 datang yang ternyata setelah kenalan seorang backpacker juga dari Jakarta bernama Saleh yang melakukan solo traveling seperti gue.  Kami akhirnya sepakat untuk menjadi travel mate selama berada di Tanjung Bira.

Tarif angkutan menuju Tanjung Bira sebesar Rp 20rb. Sang sopir menawarkan tarif Rp 35rb per orang dengan catatan mobil langsung berangkat tanpa menunggu mobil penuh dulu. Setelah berdiskusi, semua penumpang setuju dengan tarif tersebut. Daripada menunggu lama, tak masalah lah harga segitu, begitu pikir gue.

Gerbang Masuk Pantai Bira
Suasana Bira
Kurang lebih 1 jam kai tiba di Tanjung Bira dan gue langsung dihantar menuju penginapan yang sudah gue pesan dari Jakarta yaitu Nini’s Guesthouse yang letaknya hanya 5 menit berjalan kaki menuju Pantai Tanjung Bira yang indah itu.

Lobby Nini's Guesthouse
 
Suasana Balkon di Lantai 2
Penginapan sederhana ini milik seorang warga Inggris yang menikah dengan warga lokal. Tarif per malam sebesar Rp 120rb untuk kamar single dengan kamar mandi di luar. Saat masuk, gue satu-satunya warga Indonesia yang menginap, sisanya semua turis asing bule.

Kamar Gue di Nini's Guesthouse
Saleh megambil penginapan lain yang jaraknya tidak jauh dari Nini’s Guesthouse yaitu Riswan Guesthouse dengan tarif Rp 100rb per malam dengan kamar mandi di dalam. Di Tanjung Bira masih bisa ditemukan penginapan murah dengan tarif Rp 100rb-an.

Setelah beristirahat sejenak kami sepakat mengunjungi Bukit Pua Janggo untuk menyaksikan sun set di Tanjung Bira. Untuk mencapai puncak bukit ini  dibutuhkan berjalan kaki selama kurang lebih 15 menit dari Gapura “Selamat Datang” dan letak bukit ini di sebelah kiri. Untuk mendaki ke puncak bukit dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit dengan jarak 1KM dari tepi jalan raya. Kondisi jalannya bertaburan karang-karang tajam sehingga kurang nyaman untuk dilalui.

Menuju Bukit Pua Janggo
 
Jalan Terjal Menuju Bukit Pua Janggo
Pemandangan Tanjung Bira dengan pantainya yang indah dapat disaksikan dari puncak bukit ini, demikian juga Pulau Liukang  di seberangnya yang bakal menjadi lokasi snorkeling gue keesokan harinya. Saat-saat matahari kembali ke peraduannya menciptakan momen yang luar biasa yang bisa disaksikan di puncak Bukit Pua Janggo ini. Suasana sunyi dan hening karena hanya ada kami  berdua di sana saat itu.

Tanjung Bira dari Punak Bukit Pua Janggo
 
Pulau Liukang di Seberang
Sunset di Tanjung Bira
Tidak ada aktivitas yang dapat dilakukan pada malam hari di Tanjung Bira karena suasananya memang sepi di sana. Tidak ada suara musik menggelegar yang dihasilkan dari bar atau klub malam karena memang tidak ada di Tanjung Bira. Hanya kafe kecil dan restoran yang menemani pengunjung untuk melewati malam di Tanjung Bira.

Istirahat merupakan pilihan yang tepat untuk gue lakukan malam itu berhubung kondisi memang sangat capek hari itu setelah menempuh perjalanan panjang dari Jakarta dan Makassar dan belum beristirahat secara maksimal.

*****

Belum ke Tanjung Bira kalau tidak snorkeling di sana. Dan keinginan untuk snorkeling inilah yang membawa gue ke Tanjung Bira. Memang Tanjung Bira merupakan surga bagi pencinta dunia bawah laut yang menawarkan banyak spot yang indah untuk diselami.

Pagi-pagi gue membuat janji dengan Saleh untuk bertemu di pantai sembari mencari pengunjung lain yang bisa diajak untuk berbagi biaya penyewaan kapal. Sebenarnya gue bisa ikut aktivitas snorkeling yang diarrange oleh pihak guesthouse namun sayangnya kuota peserta sudah maksimal sehingga gue dan Saleh tidak bisa ikut bergabung.

Mumpung Saleh belum tiba gue puaskan untuk berjalan-jalan di bibir pantai Bira yang pagi itu sudah ramai dengan para pengunjung. Pantai Tanjung Bira berkontur landai dengan butiran pasir yang sangat halus. Di pinggir pantai berjejer hotel-hotel yang menghadap laut yang tentunya menawarkan pemandangan yang sangat indah dengan harga yang indah juga pastinya.

Pantai Bira yang Cantik
Hotel Berbentuk Kapal Phinisi
Beberapa pengunjung yang kami tawarkan untuk berbagi biaya penyewaan kapal tidak ada yang bersedia karena mereka memang tidak berminat untuk snorkeling dan ada juga yang sudah snorkeling di hari sebelumnya.

Setelah berunding dengan Saleh kami sepakat untuk menyewa kapal berdua saja karena khawatir hari keburu siang dan kamipun melakukan tawar menawar dengan pemilik kapal yang dari semalam sudah menawarkan jasanya kepada kami untuk menyeberang ke Pulau Liukang sebagai lokasi snorkeling. Dibuka dengan harga Rp 300rb termasuk peralatan snorkeling, kamipun menawar kepada pemilik kapal sebesar Rp 200rb dan akhirnya kami sepakat berhenti pada harga Rp 250rb berarti masing-masing kami hanya membayar Rp 125rb.

Kapal Motor Menyeberang ke Pulau Liukang
Pulau Liukang memanjang dari barat ke Timur dan untuk menyeberang ke pulau ini dibutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan menggunakan kapal motor. Kapal tidak berhenti sampai ke Pulau Liukang namun berhenti di lokasi untuk melakukan snorkeling di sekitar pulau. Ada beberapa kapal yang sedang lepas jangkar di dekat kapal kami untuk melakukan kegiatan serupa.

Pulau Liukang
Tak sabar rasanya untuk segera nyemplung ke laut yang bening ini. Dari atas kapal koral dan terumbu karang yang berwarna warni terlihat sangat  jelas apalagi cuaca pagi itu sangat cerah sangat mendukung untuk melakukan kegiatan snorkeling.

Terumbu Karang
Luar biasa indahnya dunia bawah laut Bira setelah badan gue nyemplung ke laut dengan peralatan snorkeling. Mata ini serasa tidak percaya dengan apa yang disaksikan di bawah laut sana. Koral dan terumbu karang berwarna warni dengan perpaduan berbagai biota laut mematrikan Bira sebagai “surga” bawah laut.

Nyemplung
Gue membawa diri gue berenang ke sana kemari untuk berpindah menjelajahi dunia bawah laut Bira. Ikan hias berwarna warni dari berbagai jenis hilir mudik di depan gue seolah menyambut kedatangan kami. Lokasi penyelaman di Bira sangat luas dan gue liat karangnya masih terawat.

Gerombolan Ikan
Satu hal yang sangat gue sesali yaitu gue tidak bisa mendokumentasikan dunia bawah laut Bira yang sangat indah ini karena tidak membawa (baca : tidak punya) kamera water proof. Sang pemilik kapal merangkap sebagai sopir kapal + guide membawa kami berpindah dari satu titik ke titik lainnya di sekitar Pulau Liukang.

Rasanya tubuh ini enggan unttuk naik ke kapal.  Tak puas-puasnya menikmati keindahan Bira. Sayang kami tidak bisa berlama-lama melakukan snorkeling ini, hanya 3 saja karena Saleh harus mengejar waktu untuk melaksanakan Sholat Jumat.

Siang hari gue check out dari guesthouse dan melanjutkan perjalanan kembali ke Makassar melalui Bulukumba sementara Saleh tetap tinggal di Bira sampai keesokan hari.

Tak salah memang Tanjung Bira disebut surga, keindahannya memikat hati setiap orang yang datang ke sana. Bira......gue akan kembali untukmu suatu saat nanti.

16 comments:

  1. Halooo
    Salam kenal
    Saya mau nanya dong, itu alat snorkelingnya bawa sendiri atau ada penyewaan disana?
    Saya berencana mau ke Bira juga soalnya hehe

    ReplyDelete
  2. Hai..salam kenal juga. Maaf baru sempat balas, baru pulang dari trip selama 2 minggu :) Alat snorkeling biasanya sudah satu paket dengan biaya sewa perahu, tapi kalau mau bawa sendiri gak apa-apa.

    ReplyDelete
  3. sewa perahu yg sepaket dengan alat snorklingnya berapa mas?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini saya kutip lagi dari isi blog di atas yah......

      "Setelah berunding dengan Saleh kami sepakat untuk menyewa kapal berdua saja karena khawatir hari keburu siang dan kamipun melakukan tawar menawar dengan pemilik kapal yang dari semalam sudah menawarkan jasanya kepada kami untuk menyeberang ke Pulau Liukang sebagai lokasi snorkeling. Dibuka dengan harga Rp 300rb termasuk peralatan snorkeling, kamipun menawar kepada pemilik kapal sebesar Rp 200rb dan akhirnya kami sepakat berhenti pada harga Rp 250rb berarti masing-masing kami hanya membayar Rp 125rb."

      Delete
  4. wah bestnya,,,boleh ke nak join travel bersama...next destination?

    ReplyDelete
    Replies
    1. yes..Tanjung Bira is the best for diving and snorkeling spot.

      Delete
    2. bestnya...kapan bila travel bersama mas...next destination mau ke mana mas?

      Delete
    3. Dalam waktu dekat ini belum ada rencana untuk traveling lagi.

      Delete
    4. ayo ke puerto princesa...pengen ke sana tapi enggak ada teman,,,ada whatsappnya mas

      Delete
  5. info hotel yg terjangkau&bersih di tanjung bira? kontak yg bisa dihubungi ke sunshine guest house?

    ReplyDelete
  6. Mas info villa yg di kawasan bira apa saja danïnfo harganya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya waktu itu menginap di Sunshine/Nini's Guesthouse dgn rate sekitar 120rb. Untuk penginapan lainnya saya kurang tahu karena saya tidak mencari secara door to door tetapi langsung booking dari Jakarta. Coba dicek melalui fasilitas Google. Salam..

      Delete
  7. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  9. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete