Semangkok indomie
panas sudah tersaji masing-masing di hadapan kami untuk disantap. Sajian
‘rakyat’ ini terasa sangat istimewa bagi kami saat berada di Kampung Ciniti,
Cibitung Kabupaten Sukabumi. Sebuah warung yang menawarkan kesederhanaan namun
keramahan sang penjual tidak dapat ditutupi oleh sambutan hangat mereka kepada
kami. Diselimuti udara yang sejuk di sekitar lokasi, terbayar sudah rasa letih
dalam perjalanan panjang selama 7.5 jam dari Jakarta dengan menyusuri Ciawi –
Cicurug – Cibadak – Sukabumi –Jampang Tengah – Jampang Kulon dan akhirnya tiba
di kampung Ciniti ini.
Trip perdana
bersama komunitas @TravelTroopers ke Ujung Genteng ini akhirnya terlaksana tanggal 6
dan 7 Juli 2012 lalu setelah digagas beberapa minggu sebelumnya. Enam anak
manusia berbagi kebahagian dan keceriaan dalam perjalanan kali ini yaitu gue,
Astrid, Dini, Elly, Harry dan Rozy. Perjalanan jauh dan melelahkan ditambah
dengan kondisi jalan yang kurang bersahabat karena banyaknya kelokan yang
membuat tubuh sulit beradaptasi, namun tidak membuat semangat kami luruh.
Urusan perut telah
selesai pagi itu. Dengan langkah-langkah kecil kami menyusuri jalan setapak
menuju sungai kecil dengan sajian hamparan sawah dan pepohonan hijau yang
sungguh menyejukkan mata. Ditemani seorang bapak warga lokal yang memandu kami
menuju dermaga kecil kami naik perahu menyusuri sungai menuju Curug Cikaso.
Butuh waktu lebih kurang 10 menit untuk tiba di lokasi air terjun (curug)
Cikaso. Namun sayangnya pada saat kami tiba, debit air Curug Cikaso agak
sedikit menyusut karena pengaruh musim kemarau.
 |
Hamparan Sawah Nan Hijau |
 |
Perahu Menuju Curug Cikaso |
Dua air terjun yang
bersisian secara vertikal tertumpahkan dari puncak bukit memberikan suasana
sejuk di hati tatkala mendengar deru air yang jatuh dan mengalir di sela-sela
batu. Rasanya kaki ini enggan untuk beranjak dari keindahan Curug Cikaso ini.
Sayangnya rencana kami untuk berpindah ke curug lain yaitu Curug Cigangsang
yang letaknya tidak terlalu jauh dari Curug Cikaso terpaksa kami batalkan
karena mendapat info dari bapak pemandu kalau debit air di Curug Cigangsangpun
menyusut sehingga kurang begitu menarik untuk didatangi.
 |
Curug Cikaso |
 |
The Troopers |
Akhirnya mobil kami
arahkan menuju penginapan ke Pondok Hexa di Desa Surade Ujung Genteng tempat
kami bermalam yang letaknya persis di depan pantai. Dengan konsep bungalow yang
di dalamnya terdapat kamar tidur berpendingin udara, dapur serta ruang makan
menjadi tempat buat kami untuk melewatkan malam di Ujung Genteng. Dengan harga
yang cukup moderat sekitar Rp 400rb/malam, bungalow ini direkomendasikan
sebagai akomodasi di Ujung Genteng.
 |
Tampak Muka Bungalow |
 |
Tempat Tidur |
 |
Dapur dan Ruang Makan |
Tidak banyak tempat
yang bisa disasar sebagai tempat untuk mengisi perut siang itu. Pilihan menu
yang ada pun tidak banyak dan tidak bervariasi sehingga siang itu kami lewatkan
dengan menyantap bakso dan nasi goreng saja. Namun justru kesederhanaan itu
kami ubah menjadi kemewahan. Ya....kemewahan berupa kesempatan untuk kami dapat
traveling bersama yang kami balut
dalam sebuah kesederhanaan.
Kapan lagi kami
mempunyai waktu dan kesempatan untuk berbelanja ikan, cumi-cumi, serta rajungan
di tempat pelelangan ikan di sekitar pantai? Pengalaman itu tidak akan pernah
kami dapatkan di Jakarta dengan berbagai kesibukan dan halangan dari
masing-masing kami. Ditingkahi dengan tawar menawar dengan pedagang di tempat
pelelangan ikan akhirnya kami membungkus beberapa kantong ikan, cumi-cumi serta
rajungan untuk dibawa pulang ke bungalow sebagai makan malam kami nanti. Apakah
kami akan masak sendiri hasil laut tersebut? Tentu tidak karena kami meminta
jasa dari pihak bungalow untuk memasaknya dengan membayar sejumlah fee.
 |
Menawar |
Aktivitas apalagi
yang dilakukan di Ujung Genteng kalau bukan bermain-main di pantai. Astrid-sang
ketua perjalanan kali ini- melakukan negosiasi dengan tukang ojek di sekitar
bungalow untuk mengantar kami bermain ke 3 pantai sekaligus di wilayah Ujung
Genteng yaitu Pantai Cibuaya, Cipanarikan dan Pangumbahan. Setelah melakukan deal tingkat tinggi akhirnya dicapai kesepakatan tarif per ojek Rp 70rb pp ke 3 pantai tersebut untuk
mengantar kami berjumlah 6 orang.
 |
Deal DenganTukang Ojek |
Ojek motor melaju dan
menyibak jalan Desa Surade yang kondisinya kurang begitu mulus penuh bebatuan
dan dalam waktu 15 menit kami tiba di Pantai Cibuaya yang saat itu kondisi
pantainya sedang surut sehingga kami dapat main hingga ke tengah laut dan dapat
dengan jelas melihat terumbu karang
serta beberapa biota laut seperti cacing laut, bulu babi dll
 |
Pantai Cibuaya |
 |
Biota Laut |
Ojek motor kembali
melesat setelah kami puas menikmati Pantai Cibuaya. Dengan jarak yang tidak
begitu jauh, ojek berhenti di sebuah hutan kecil. Setelah berjalan melewati
jalan berliku liku dan tersembunyi dari pandangan, ternyata ujung jalan setapak
itu menuju Pantai Cipanarikan. Wow.....surga tersembunyi itu terbentang di
depan mata kami.
 |
Pantai Cipanarikan |
Dengan suasana yang
sepi dan pasir pantai yang begitu halus membuat hati kami tertambat di pantai
ini. Serasa memiliki pantai pribadi, di sini kami bebas berguling-guling,
berlari, melompat dan berbagai ekspresi lainnya yang dapat kami lakukan di
sini. Pantai Cipanarikan memiliki kontur yang landai serta pasir dengan
bulir-bulir yang sangat halus. Benar-benar tempat yang cocok untuk menyepi dan
menikmati keindahan laut yang terbentang di hadapan kami. Ah....rasanya ingin
berlama-lama di Cipanarikan di mana kami bisa melepaskan segala kepenatan dan
melupakan kesibukan untuk sesaat.
 |
Horeeee..... |
Menutup rangkaian
jalan-jalan ke pantai kali ini, kami dihantar ojek motor menuju ke Pantai
Pangumbahan. Sebenarnya ke-3 pantai ini berada pada satu garis lurus dan bila
bertitik tolak dari Pantai Cibuaya sebenarnya Pantai Cipanarikan dan
Pangumbahan dapat dicapai dengan berjalan kaki. Namun untuk kembali lagi ke
Pantai Cibuaya harus berjalan lumayan jauh. Namun hitung-hitung ikut
menggerakkan perekonomian masyarakat di Ujung Genteng tidak ada salahnya kami
menggunakan jasa ojek motor mereka.
Pantai Pangumbahan
menjadi tempat konservasi dan penangkaran bagi penyu laut yang dikelola oleh
pemerintah daerah setempat. Di lokasi ini setiap hari menjelang senja kita
dapat menyaksikan ritual pelepasan anak penyu laut yang biasa disebut tukik
menuju laut lepas untuk menempuh kehidupan baru mereka. Sedangkan pada malam
hari kita dapat melihat fenomena yang menarik yaitu puluhan induk penyu laut
akan naik ke pantai untuk bertelur.
 |
Senja di Pantai Pangumbahan |
Sekitar pukul 5.30
sore petugas mengumumkan bahwa kegiatan pelepasan tukik akan segera dimulai dan
semua pengunjung diminta untuk duduk dengan tertib di tempat yang telah ditentukan
di tepi pantai menunggu saat-saat tukik dilepaskan. Sesaat setelah semua
pengunjung duduk dengan tertib, beberapa petugas yang membawa baskom yang
berisi puluhan ekor tukik berdiri di beberapa titik mulai melepas tukik-tukik
tersebut. Namun sayang begitu tukik mulai dilepaskan pengunjung langsung
berhamburan menuju lokasi tukik dilepaskan untuk melihat tukik secara langsung
dari dekat yang membuat tukik-tukik tersebut menjadi stress. Setelah berjuang
beberapa saat, akhirnya semua tukik berhasil menuju laut lepas untuk mereka
dapat hidup bebas.
 |
Sedang Menanti Pelepasan Tukik |
 |
Tukik |
Hidangan hasil laut
yang kami beli tadi siang telah selesai dimasak oleh petugas
bungalow dan siap disajikan kepada kami malam itu. Hm...rasa lapar yang
menyerang sungguh membuat hidangan tersebut sungguh nikmat. Ikan bakar,
cumi-cumi goreng, rajungan saus padang ditambah dengan sayur capcay membuat
makan malam kami sungguh lengkap. Ditambah dengan keceriaan dari teman-teman
membuat makan malam kami sungguh sempurna.
 |
Ikan Bakar |
 |
Rajungan Saus Padang |
 |
Cumi-cumi |
 |
Capcay |
Menjelang kembali ke
Jakarta kami menyempatkan untuk mampir ke Amanda Ratu untuk menyaksikan
pemandangan laut dengan batu karangnya yang begitu indah dan oleh masyarakat
katanya tempat ini mirip dengan Tanah Lot yang ada di Bali. Untuk menyaksikan
objek ini kita harus masuk ke dalam komplek Amanda Ratu Resort.
 |
Amanda Ratu |
Dua hari satu malam
terasa begitu cepat. Sungguh pengalaman yang berkesan dan indah perjalanan
bersama kalian teman-teman @TravelTroopers di akhir pekan itu.
Curug cikaso nya keren, itu airnya beneran warna ijo ya mas?
ReplyDeleteRajungan saus padangnya menggoda puasa-puasa gini
airnya sih biasa aja...mungkin bias dari cahaya matahari atau pantulan cahaya :)
DeleteHm...rajungan saus padangnya emang maknyus!!!
YAY!
ReplyDeleteWoo..Pantai Cipanarikan keren pisan euuyy...nanti aku bakalan ke sana jugaakk \m/
ReplyDeleteKamu kudu ke sana!!
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete