Saturday, March 24, 2012

MENYIBAK NEGERI VIETNAM .............. (Bagian 2)

Ha Long Bay


Hari ke-4 tanggal 17 February 2012


Pukul 6 pagi kami sudah check out dari hotel dan ditransfer ke Bandara Tan Son Nhat karena penerbangan kami ke Ha Noi pagi itu pukul 8. Setiba di terminal domestik kami melakukan check in pada maskapai Jet Star. Tiket penerbangan HCMC-Ha Noi-HCMC kami beli secara on line dengan harga (setelah dirupiahkan) sebesar Rp 978rb net tanpa fasilitas bagasi.


Namun nasib kami kurang beruntung pagi itu.  Saat melapor untuk keberangkatan, petugas check in meminta kami untuk menimbang semua ransel dan tas yang kami bawa satu persatu. Dari 5 orang, 4 orang dinyatakan overweight dan kami harus membayar biaya bagasi. Memang sejak awal pada saat membeli tiket kami tidak membeli bagasi seperti yang selama ini kami lakukan pada penerbangan Air Asia ke beberapa negara dan kami membawa ransel tersebut ke dalam kabin pesawat dan tidak ada masalah. Namun menurut ketentuan Jest Star hanya diperkenankan membawa bagasi kabin dengan berat maksimum 7 kg/orang dengan dimensi ukuran 23 x 34 x 48 cm dan kami dinyatakan tidak lolos untuk 2 ketentuan tersebut.
Alat Fitting yang menyebalkan itu :)

Setelah berdebat beberapa saat (udah salah masih aja coba untuk berdebat hehehehe namanya juga usaha!) akhirnya hanya 3 orang yang ranselnya dinyatakan overweight karena salah satu tas rekan kami hanya melebihi sedikit dari 7 kg sehingga dibebaskan. Mau tak mau kami harus membayar biaya bagasi sebesar VND 500,000 (sekitar Rp 210rb)  untuk 3 orang (jadi per orang membayar Rp 70rb). Sial......! gue udah beberapa kali traveling ke beberapa negara biasanya lolos aja membawa ransel ke kabin pesawat, namun baru kali ini kena skak mat hehehehe. Namun ya sudahlah, gue tidak mau merusak liburan gue hanya gara-gara masalah bagasi ini yang penting the show must go on, liburan harus tetap jalan terus..!!
Terminal keberangkatan domestik Bandara Tan Son Nhat sangat sederhana dan pagi itu tidak terlalu banyak penerbangan. Karena masih mempunyai cukup waktu sebelum boarding, kami mampir sejenak ke kios penjual makanan yang tempatnya menyatu di ruang tunggu penumpang untuk sarapan pagi. Sepotong roti Baguette dengan secangkir teh menemani sarapan pagi gue dan ditebus dengan harga VND 75,000 (sekitar Rp 31,500).
Ruang Keberangkatan Domestik  Bandara Tan Son Nhat
Ruang Tunggu Domestik Bandara Tan Son Nhat
Milih Buat Sarapan Dulu ah...


Pukul 07.45 kami boarding dan saat masuk, suasana di dalam pesawat sangat gaduh seperti suasana di pasar. Penumpangnya didominasi oleh warga lokal Vietnam yang rata-rata membawa barang bawaan ke kabin gak kira-kira seperti mau pindahan rumah saja. Heboh, rame dan berisik mewarnai penerbangan pada pagi itu. Dan beberapa saat ketika pesawat akan lepas landas, masih terdengar suara telepon genggam yang berbunyi dan dijawab oleh pemiliknya. Duh.....gue kira penumpang dari negara kita saja yang tidak tertib dan disiplin, ternyata masih  ada warga dari negara lain yang lebih parah tingkat displin serta etikanya di dalam pesawat.

Akhirnya pukul 08.10 pesawat lepas landas terbang  untuk membawa kami kepada impian melihat keindahan  Ha Noi. Penerbangan ke Ha Noi ditempuh selama 2 jam dan pukul 10.15 kami tiba di Bandara Noi Bai, Ha Noi. Begitu turun dari tangga pesawat, udara dingin dengan suhu sekitar 17oC menyergap tubuh kami. Namun kami sudah mengantisipasinya dengan pakaian hangat yang sudah kami pakai sejak di pesawat. Berbeda dengan di Indonesia yang hanya mempunyai 2 musim, di Vietnam khususnya Vietnam Utara (yang letaknya berbatasan langsung dengan China) mengenal 4 musim yaitu musim panas, musim dingin, musim semi dan musim gugur. Sebenarnya bulan February ketika kami datang sudah masuk musim semi namun tetap saja buat kita yang tidak terbiasa dengan cuaca dingin suhu 17oC masih tergolong dingin.

Tips #9 Selera cuaca tiap-tiap orang berbeda. Jadi kalau ingin traveling ke Vietnam silahkan diatur jadwal kedatangan sesuai dengan cuaca yang diinginkan dan hindari datang jika tidak cocok dengan cuaca pada saat itu. Kalau di Vietnam Selatan, cuacanya relatif sama dengan di Indonesia yaitu musim panas (April-Okt) dan musim hujan (Okt-April). Tapi kalau di Vietnam Utara (Ha Noi, Ha Long City, Hai Phong, Sapa dsk) di bulan Feb-April masuk ke musim semi. Di bulan Mei-Jul menginjak musim panas, sedangkan di bulan Aug-Oct mereka merasakan musim gugur, tiba di bln Nov-Jan merasakan musim dingin.

Bandara internasional Noi Bai di Ha Noi juga tidak terlalu besar dari segi ukuran. Setelah bagasi diambil dari conveyor belt, kami segera menuju pintu keluar untuk mencari jemputan transportasi dari pihak hotel yang telah kami booking dari Jakarta. Biaya penjemputan ke bandara dikenakan biaya sebesar USD 17 untuk mobil dengan kapasitas 5-7 orang.  Tidak sulit untuk menemukan sang sopir yang membawa plang nama gue dan kamipun menunggu sang sopir mengambil mobil dengan menunggu depan pintu keluar tepi jalan raya.
Mana nih jemputannya?

Pada saat menunggu mobil tiba, di dekat kami berdiri ada seorang pria bule yang sebelumnya satu pesawat dengan kami dari HCMC sepertinya juga sedang menunggu jemputan. Ketika mobil tiba di tempat kami menunggu, ternyata sang bule juga ikut masuk ke mobil yang telah kami booking. Saat itu gue mau menanyakan hal tersebut kepada sang sopir namun gue urungkan khawatir komunikasi dengan sang sopir bakal gak nyambung.

Selepas dari bandara, mobil masuk ke jalan bebas hambatan menuju pusat kota Ha Noi. Uniknya dan sekaligus aneh jalan tol di Vietnam, bukan hanya mobil yang boleh melintas di jalanan namun sepeda dan sepeda motorpun diperkenankan untuk melewatinya. Perjalanan dari Bandara Noi Bai ke pusat kota Ha Noi ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam.

Si pria bule diantar terlebih dahulu di hotel tempat dia menginap yang ternyata satu grup dengan hotel tempat kami  menginap selama di Ha Noi yaitu Hotel Rising Dragon  namun di properti yang berbeda. Dan selang 10 menit kemudian kamipun tiba di hotel yang telah kami pesan dari Jakarta via email. Hotel Rising Dragon ini  terletak di 61 Hang Bee Street kawasan Old Quarter yaitu kawasan kota tua Ha Noi dan pusat turis seperti halnya Pham Ngu Lao di HCMC. Di kawasan ini berbagai hotel dan hostel bertebaran tinggal menyesuaikan dengan budget yang diinginkan. Selain itu berbagai restoran, kafe, pub, toko suvernir, kedai kopi dll juga banyak terdapat di sini. Gue sarankan bagi yang ingin berlibur ke Ha Noi sebaiknya memilih hotel di kawasan Old Quarter karena selain tempatnya strategis juga berbagai kebutuhan turis tersedia di sini. Gue sangat suka tempat ini karena suasananya begitu hidup dan aura turisme begitu terasa.
Kawasan Old Quarter
Pusat Infromasi Turis

Tiba di hotel kami mendapat sambutan hangat dari staff dan karyawan hotel. Ucapan “welcome to Rising Dragon Hotel” dari karyawan yang menyambut kami di lobi hotel sungguh menyejukkan hati. Kami dipersilahkan untuk beristirahat sejenak di lobi hotel sembari minum teh/kopi yang memang disediakan selama 24 jam di situ. Setelah berbincang-bincang sejenak dengan staff marketingnya (Bong) mengenai perjalanan kami sebelumnya dan juga sekaligus melakukan konfirmasi mengenai rencana kami ke Ha Long selama 2 hari 1 malam untuk keesokan harinya (kami membeli paket tur ke Ha Long dari hotel ini juga), gue pun menyampaikan uneg-uneg masalah penjemputan di bandara tadi yang intinya gue mempertanyakan mengapa ada penumpang lain yang ikut bersama kami dalam satu mobil padahal kami telah memesan mobil tersebut secara private dan membayar harga sewa untuk satu mobil. Etikanya sang sopir tidak diperkenankan untuk mengambil penumpang lain untuk digabung dengan rombongan kami.

Ternyata respon dari Bong sangat positif. Beliau menanggapi komplain ke gue dan diteruskan kepada atasannya Mr. David Trung saat itu juga. Mr. David ini contact person dari Hotel Rising Dragon pada saat gue  melakukan pemesanan kamar via email dari Jakarta. Setelah menyerahkan paspor untuk didata, kami bersiap-siap untuk check in  ke kamar. Pada saat kunci diserahkan kami mendapat surprise dari pihak hotel berupa upgrade  atas kamar yang telah kami pesan sebagai bentuk “kompensasi” atas komplain gue tadi. Gue berdua dengan Harry memesan kamar tipe standard twin dengan harga USD 22/malam/kamar (per orang sekitar Rp 100rb/malam) sedangkan Ana, Elly dan Rini menempati kamar tipe standard triple yang dihargai USD 30/malam/kamar (sekitar Rp 91rb/malam). Tak disangka dan diduga kamar kami diupgrade menjadi standard triple untuk gue berdua sedangkan rekan cewek diupgrade menjadi deluxe triple. Wow....benar-benar a blessing in disguise.

Tidak hanya sampai di situ. Kami juga mendapat upgrade atas paket tur ke Ha Long Bay untuk keesokan hari selama 2 hari 1 malam dengan menginap di atas kapal cruise. Semula kami membeli paket untuk tipe standar dengan harga USD 65/orang, namun  diupgrade ke tipe deluxe.  Benar-benar rezeki yang tidak terduga....

Hotel Rising Dragon sendiri merupakan hotel kecil di kawasan Old Quarter terdiri dari 5 lantai (tidak tersedia lift sehingga naik turun harus menggunakan tangga). Jumlah kamarnya juga tidak terlalu banyak sehingga jumlah tamunya pun tidak terlalu ramai sehingga memungkinkan hubungan personal antara tamu dengan manajemen hotel sangat dekat dan akrab.  Fasilitas hotel yang bisa dinikmati yaitu tersedia sarapan pagi dengan berbagai menu yang dapat dipilih sendiri dan yang telah disediakan secara gratis, minuman teh/kopi gratis yang tersedia di lobi hotel selama 24 jam (tempat favorit kami untuk nongkrong sebelum pergi dan pada saat pulang dari jalan-jalan), 3 unit komputer dengan fasilitas internet yang kecepatannya wus wus wus...
Hotel Rising Dragon Hanoi Tampak Muka

Fasilitas di kamarnya pun tidak kalah “heboh” setara dengan fasilitas hotel bilang 3. Selain bersih, kamarnya juga sangat nyaman dilengkapi dengan tempat tidur spring bed yang empuk, AC (karena cuaca pada saat kami tiba sangat dingin 17oC jadi hanya sebagai pajangan alias tidak kami gunakan), telepon kamar, televisi layar LCD, kamar mandi yang luas dengan bath up, lemari pakaian, kursi sofa dan tidak kalah penting WIFI dengan sinyal 2 jempol deh! Benar-benar sangat “mewah” untuk harga yang sangat murah. Gue sangat merekomendasikan hotel ini sebagai pilihan akomodasi bagi traveler yang mengunjungi Ha Noi.
Tempat Tidur di Hotel Rising Dragon Hanoi
TV dan Meja Hias Hotel Rising Dragon
Kamar Mandi Hotel Rising Dragon


Tanpa berlama-lama setelah meletakkan ransel di kamar, kami memulai petualangan dengan menyusuri kawasan Old Quarter dimulai dengan mengunjungi salah satu restoran untuk makan siang. Pilihan jatuh ke sebuah restoran kecil “Linh Phung” yang terletak di jalan Dinh Liet 7 dan karena cuaca yang terasa dingin siang itu keinginan untuk makan yang hangat-hangat menjadi obsesi terbesar kami. Secara aklamasi kami semua memilih menu “Pho” dan  mencobai Vietnam Spring Roll. Sebagai pelengkap segelas Ginger Tea cukup untuk membuat   badan kami terasa hangat. Untuk makan siang ini gue menggelontorkan VND 47,000 (sekitar Rp 19,800).
Restoran Linh Phung

Wajah-wajah Kelaparan
Menyantap Pho Dnegan Lahap

Ginger Tea

Kota Ha Noi juga dijuluki kota “seribu danau” karena banyaknya danau yang tersebar di kota ini yang membuat kota ini menjadi romantis karena menjadi tempat bagi warganya untuk berkumpul dan bersantai serta melakukan berbagai aktivitas di sekitar danau. Salah satu danau terbesar yang tedapat di pusat kota Ha Noi yaitu “Hoan Kiem Lake” yang merupakan salah satu spot favorit yang menarik bagi kalangan turis. Danau ini sangat indah dan sangat cocok menjadi tempat untuk rileks untuk melepaskan segala kepenatan karena banyaknya pepohonan di sekeliling danau ditambah dengan banyaknya tempat duduk yang disediakan.

Hoan Kiem Lake yang Indah itu

Karena lokasinya yang sangat dekat dari Old Quater yaitu hanya 5 menit jalan kaki, maka danau ini menjadi perhentian pertama kami. Sebelumnya gue mampir dulu ke ATM Citibank untuk menarik uang tunai melalui mesin ATM. Karena gue punya rekening tabungan di salah satu bank yang memberikan fasilitas untuk menarik uang tunai di luar negeri melalui jaringan “Cirrus” tanpa dikenakan biaya apapun dengan kurs pasar, maka gue jarang membawa uang tunai dalam jumlah besar dari Jakarta karena bisa tarik di mesin ATM setiap saat (yang penting saldonya masih ada yah hehehehe).  
Landmark Hanoi di Seberang Hoan Kiem Lake 

Sebuah pagoda yang terletak di tengah danau dengan nama “Turtle Temple” membuat Hoan Kiem Lake  ini semakin cantik dan romantis terlebih di malam hari. Namun sayangnya pagoda ini tidak bisa dikunjungi karena memang letaknya di tengah-tengah danau.
Aah...Bikin Galau aja Pasangan ini :)

Di sisi utara danau juga terdapat pagoda lain yang bernama “Ngoc Son Temple”. Tersedia akses untuk menuju pagoda ini berupa sebuah jembatan melengkung yang berwarna merah menyala dengan nama  The Huc Bridge”. Untuk masuk ke area pagoda ini setiap pengunjung harus membeli tiket dengan harga VND 20,000 (sekitar Rp 8,400). Bentuk pagoda ini dipengaruhi arsitektur China. Tidak heran karena Vietnam juga pernah dijajah oleh bangsa China sehingga pengaruh budaya, kuliner dan bentuk bangunan dengan nuansa Cina sangat terasa di Vietnam. Namun orang Vietnam sendiri tidak suka jika mereka disebut dengan sebutan “Orang Cina”. Mungkin rasa nasionalismenya yang tinggi kali yah sehingga mereka akan bangga disebut sebagai “Orang Vietnam”
Gerbang Masuk Ngoc Son Temple
Jembatan Merah
Merenung di Tepi Hoan Kiem Lake :)


Pagoda ini sangat indah dan di dalamnya kita bisa menyaksikan ritual ibadah yang dilakukan oleh para penganut Budha di sana. Entah berapa jepretan foto yang kami lakukan di sekitar danau, jembatan dan pagoda  layaknya pengambilan foto pre-wed hehehehe

Santai Sejenak
Membakar Hio
Khusuk Beribadah
Gede yah Buahnya?

Puas menikmati keindahan “Hoan Kiem Lake” kembali kami berjalan menyusuri kawasan Old Quarter untuk mencapai “Dong Xuan Market” yang jaraknya tidak begitu jauh dari danau hanya sekitar 15 menit berjalan kaki. Di tengah perjalanan kami dicegat oleh beberapa ibu-ibu pedagang yang menjual dagangan berupa buah-buahan dengan memanggul semacam bakul kecil di sisi depan dan belakang yang terhubung dengan sebuah pikulan dan dengan mengenakan topi caping khas Vietnam.  Mereka agak sedikit “memaksa” yang secara tiba-tiba meletakkan panggulan mereka pada pundak  kami saat melintas sembari menawarkan difoto lengkap dengan caping mereka. Namun kami merasa kurang nyaman dengan perlakuan seperti itu sehingga kami menolaknya dengan halus.
Dong Xuan Market Tampak Muka




Tips #10 Hati-hati jika bertemu dengan ibu-ibu pedagang seperti ini. Mereka agak sedikit memaksa kita memanggul dagangan mereka sambil difoto. Memang mereka tidak meminta tips untuk itu namun kita akan “dipaksa” untuk membeli barang dagangan mereka sebagai kompensasi.
Hati-hati jika Ketemu dengan Ibu-ibu Seperti ini
Beberapa pasangan turis bule yang kami saksikan menjadi “korban”. Selesai difoto mereka “dipaksa” untuk membeli dagangan ibu-ibu ini. Namun kami tidak tahu selanjutnya  apakah pasangan bule ini akhirnya membeli atau tidak karena kami segera berlalu dari tempat itu.
Dong Xuan Market sekilas  mirip dengan Ben Thanh Market yang terdapat di HCMC berupa pasar tradisional yang menempati sebuah gedung yang di dalamnya menjual berbagai macam barang. Karena kami tiba menjelang sore aktivitas pasar ini sudah tidak terlalu ramai lagi dan ada beberapa pedagang yang sudah siap-siap untuk menutup kios mereka. Kami tidak masuk sampai ke dalam melainkan hanya melihat-lihat dan berputar di bagian depan pasar saja. Tidak banyak yang kami beli di pasar ini, hanya beberapa makanan kecil (berupa kacang almond dan kacang lotus) dan beberapa suvernir saja.
Pintu Masuk Dong Xuan Market
Suasana Dalam Pasar

Sore itu kami memutuskan kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak dan bersiap-siap kembali menjelajahi Ha Noi di malam hari. Saatnya makan malam dan pilihan kuliner di malam hari jatuh kepada restoran “New Day” di Ma May Str (sesuai rekomendasi Bong) dengan pilihan beragam makanan yang bisa kita pilih langsung dan akan diantar ke meja tempat kita duduk.
Restoran New Day


Entah apa dayak tarik restoran ini karena pengunjungnya sangat ramai dan sebagian besar pengunjungnya adalah turis bule. Karena pegunjung yang membludak membuat kami kesulitan untuk mendapat tempat duduk dan akhirnya kami mendapatkannya di lantai 3. Malam itu gue memesan menu nasi putih dengan ayam panggang, tahu dan sayur pare dengan harga VND 55,000 (sekitar Rp 23rb) dan rasanya pun enak dan kami berjanji akan kembali lagi ke restoran ini sebelum kami meninggalkan Ha Noi.

Karena kami tiba di Ha No pada hari Jumat bertepatan dengan Night Market yang digelar setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu di akhir pekan di sepanjang jalan Hang Dao-Hang Ngang sehingga jalan ini ditutup untuk kendaraan umum dan hanya diperuntukkan buat para pedagang. Berbagai macam barang dijajakan oleh para pedagang K-5 dengan lapak yang beraneka ragam mulai dari pakaian, tas, pernak-pernik, suvernir, makanan dll. Suasana Night Market ini sangat ramai dan dipenuhi baik oleh warga lokal maupun wisatawan asing.

Sebelum pulang ke hotel, gue dan 2 rekan lainnya nongkrong sejenak di salah satu cafe di Old Quarter sambil menikmati wine. Sedangkan 2 rekan lainnya langsung pulang ke hotel untuk berkemas untuk persiapan ke Ha Long City esok hari. Harga wine per gelasnya hanya VND 50,000 (sekitar Rp 21rb), termasuk murah dan cukup untuk menghangatkan tubuh kami malam itu.

Akhirnya kami harus segera mengistirahatkan tubuh pada malam ini karena keesokan hari akan berangkat menuju Ha Long City dan bermalam di atas Cruise yang berlayar di Teluk Ha Long. Ah...tak sabar rasanya menanti keberangkatan esok hari.
Hari ke-5 tanggal 18 February 2012

Sarapan pagi kami lalui dengan nikmat dan sepuasnya sebelum dijemput pukul 8 pagi   oleh operator tur untuk berangkat ke Ha Long City. Setelah melakukan check out kamar untuk sementara (karena balik dari Ha Long kami akan menginap kembali di hotel ini) dan menitip ransel di hotel akhirnya penjemputan tiba dan segera kami naik ke dalam bus khusus yang digunakan untuk trip ke Ha Long. Busnya sangat bagus dan nyaman dengan kapasitas 15-18 orang. Rupanya kami rombongan pertama yang dijemput dan setelah itu satu persatu rombongan lain dijemput yang kebetulan semuanya tinggal di kawasan Old Quarter sehingga tidak butuh waktu lama untuk “menyapu bersih” semua anggota rombongan trip kami saat itu.
Sarapan Pagi yang Kalap :)
Oh yah, kami membeli paket tur ke Ha Long ini dari Jakarta melalui Hotel Rising Dragon tempat kami menginap di Ha Noi dengan harga USD 65/org (sekitar Rp 592rb) untuk tipe standar dengan menginap di atas kapal selama 2 hari 1 malam, namun kemudian diupgrade ke tipe deluxe oleh pihak hotel yang tentu fasilitasnya berbeda. Oh ya untuk tipe standar dan deluxe menggunakan kapal/cruise yang berbeda. Rombongan kami sendiri menggunakan “Opera Cruise”.
Mobil Jemputan ke Ha Long City


Tips # 11 :
Untuk membeli paket tur ke Ha Long Bay, selain membeli di hotel  tempat kita menginap dengan cara memesan bersamaan pada saat booking kamar hotel seperti yang kami lakukan juga dapat membeli pada  agen wisata yang tersebar di kawasan Old Quater pada saat kita tiba di Ha Noi. Tinggal dibandingkan harga antar agen wisata sesuai dengan budget yang diinginkan. Cruise apa yang dipakai serta fasilitas yang ditawarkan benar-benar harus ditanyakan dan dipastikan dengan jelas  sebelum membeli karena banyak kejadian fasilitas yang didapat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena ada beberapa informasi yang tidak ditanyakan.
 
 
Anggota rombongan tur kami berjumlah 18 orang (nantinya menjadi 22 orang yang bergabung langsung dari kota Ha Long). Hanya kami ber-5 yang merupakan peserta dari Asia, sisanya berasal dari Jerman, Swiss, Kolombia, Argentina, Belanda, Inggris, Rusia, Italia dan Amerika Serikat. Bersama dengan 22 orang inilah nanti kami akan tinggal dalam 1 kapal selama 2 hari 1 malam (ada beberapa orang yang mengambil paket 3 hari 2 malam) untuk berbagi keceriaan serta pengalaman bersama.
Setelah semua anggota rombongan dijemput, akhirnya bus bertolak menuju kota Ha Long dengan kondisi hujan dan suhu sempat drop sekitar 15oC.  Peserta harus membawa paspor untuk didata oleh  Tour Leader kami Jeremy, yang bahasa Inggrisnya cukup fasih  kemudian memperkenalkan diri kepada anggota rombongan di bis serta memberikan gambaran negara Vietnam secara umum . Beliau cukup komunikatif serta aktif untuk berinteraksi dengan anggota rombongan sehingga membuat suasana perjalanan mempunyai “warna” tersendiri.
 
 
Kota Ha Long merupakan ibukota dari provinsi Quang Ninh yang terletak sekitar 160 KM sebelah timur laut Ha Noi. Perjalanan ke kota Ha Long ditempuh selama lebih kurang 3.5-4 jam dan sebelumnya sempat transit ke salah satu toko yang menjual suvernir untuk toilet break dan nge-teh/ngopi dulu. Toko ini cukup besar yang menjual berbagai macam suvernir, buku-buku, post card, serta makanan dan minuman ringan.

Sekitar pukul 12 siang kami tiba di kota Ha Long dan langsung diantar menuju dermaga di bibir Teluk Ha Long. Oh ya untuk masuk ke kawasan ini pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar VND 40,000 (sekitar Rp 16,800) namun kami tidak perlu membayar lagi karena sudah termasuk dalam paket. Suasana dermaga saat itu sangat ramai dengan turis dari manca negara yang sedang menunggu untuk diberangkatkan ke kapal dan mereka yang baru saja kembali dari Teluk Ha Long. Tidak heran karena Ha Long Bay merupakan tujuan wisata favorit dan populer di Vietnam apalagi setelah ditetapkan sebagai salah satu New7Wonders of Nature tahun lalu bersama 6 site lain di dunia (salah satunya Pulau Komodi di Indonesia). Belum afdol kayaknya kalau sudah ke Vietnam tidak mampir ke kota Ha Long untuk merasakan sensasi tinggal dan menginap di atas kapal yang berlayar di Teluk Ha Long. Gue sendiri bermimpi untuk dapat kemari dan akhirnya mimpi itu akhirnya dapat terwujud. Thank’s God...!
Dermaga Ha Long Bay

Kawasan Teluk Ha Long yang merupakan bagian dari Teluk Tonkin yang berbatasan dengan China merupakan situs alam berupa laguna seluas kira-kira 1,500 KM2 yang dikelilingi oleh lebih kurang 1.900an pulau besar dan kecil. Di kawasan tersebut tersebar banyak batu karang  dari berbagai ukuran yang membuatnya unik dan indah. Ha Long Bay juga dinyatakan sebagai  salah satu UNESCO World Heritage Site sejak tahun 1994.
Welcome to Ha Long Bay
Pulau Karang di Ha Long Bay


Tidak lama kami menunggu akhirnya kapal boat kecil telah siap untuk mengantar rombongan kami menuju cruise yang buang sauh di tengah laut. Sekitar 10 menit kemudian kami tiba di cruise yang akan menjadi “rumah” kami selama 2 hari 1 malam. Kami dibriefing sejenak oleh sang pemandu mengenai kapal yang kami tempati serta fasilitas yang terdapat di dalamnya dan dilakukan pembagian kamar untuk seluruh peserta. Kamar yang digunakan bervariasi, ada yang mengambil jenis single, ada yang double serta triple. Kami sendiri mengambil 2 kamar untuk jenis double dan triple.
Opera Cruise

Oh yah sebagai tambahan info, harga yang dibayarkan sudah satu paket dalam arti sudah termasuk transportasi antar jemput dari dan ke penginapan menuju Ha Long + antar jemput ke cruise, Tiket masuk kawasan Ha Long, akomodasi selama 2 hari 1 malam di kabin kapal, makan selama tur berlangsung, minuman wine pada saat party di malam hari, aktivitas kayaking, dan wisata ke salah satu pulau karang di tengah laut. Namun tidak disediakan minum selama berada di kapal sehingga pada saat makan kita harus membayar untuk minuman.  

Tiba waktunya untuk makan siang dan kami dipersilahkan untuk mengambil tempat di meja makan yang telah disediakan di dalam kapal dan pada saat yang bersamaan kapal perlahan mulai bergerak ke tengah laut lepas. Kami ber-5 duduk dalam satu meja makan dan makanan dihidangkan secara satu persatu bergantian sebanyak kurang lebih 5-6 jenis. Dibuka dengan sajian french fries, disusul dengan kerang saos tiram, (maaf) sate  babi, tumis berbagai sayuran, tim ikan (kerapu?) saos tiram (satu menu lagi saya lupa karena tidak difoto hehehe) dan ditutup dengan buah-buahan. 
Ruang Makan dalam Kapal

French Fries

Kerang Saos Tiram

Sate Babi

Tumis Sayuran


Ikan Kerapu


Cukup puas kami dengan makanan yang dihidangkan dan kami menyelesaikan makan siang dengan kondisi perut yang luar biasa kenyang. Oh ya, sebagai catatan dari semua makanan yang disajikan, hanya meja kami yang selalu habis tiada tersisa, sedangkan meja lain kami lihat selalu ada sisa. Entah kami yang lapar atau nggak mau rugi jadi semua makanan yang keluar kami sikat habis..!!

Observasi kapal (dan foto-foto tentunya) mengisi kegiatan kami setelah makan siang. Kapal yang kami pergunakan bernama “Opera Cruise” dari segi ukuran termasuk menengah dan terdiri atas 3 lantai. Di bagian dalam kapal terdapat bar dan ruang makan sekaligus berfungsi sebagai tempat entertaiment, serta kabin/kamar tempat menginap bagi para penumpang. Di sisi luar kapal di geladak yang berfungsi sebagai tempat leyeh-leyeh dan bersantai tersedia beberapa kursi panjang untuk rebahan. Melalui geladak kapal ini kita dapat memandang laut lepas beserta pulau-pulau karang yang indah.
Bar di dalam Kapal
Kamar Tidur di dalam Kapal
Kamar Mandi di dalam Kapal
Tempat Leyeh-leyeh di Geladak Kapal

Sekitar pukul 3 sore kami diminta bersiap-siap oleh sang pemandu untuk aktivitas selanjutnya yaitu kayaking. Untuk melakukan kegiatan ini kami diantar oleh kapal boat kecil menuju tempat aktivitas kayak di dekat salah satu pulau karang yang dikelola oleh penduduk setempat. Hm......di tengah laut seperti ini ternyata masih ada penduduk yang tinggal dan melakukan segala aktivitasnya melayani para turis. Tampak beberapa perahu kecil yang menjajakan barang dagangan berupa makanan dan minuman sedang bersandar melayani pembeli.
Jualan di Tengah Laut
Aktivitas di perahu kayak ini dilakukan oleh 2 orang untuk 1 kayak. Peserta lain tampak begitu antusias dan langsung mengenakan life jacket dan mengambil dayung serta bersiap-siap menuju perahu. Sedangkan kelompok kami tampak ogah-ogahan karena memang belum menguasai perahu kayak dan khawatir perahu nantinya terbalik sedangkan kami tidak membawa pakaian ganti yang cukup. Hanya Elly yang bersemangat dan berpasangan dengan Iris, peserta dari Swiss langsung “tancap gas” mengayuh kayak  ke tengah laut dan mampir ke gua di salah satu pulau karang. Gue sendiri begitu penasaran ingin mencobanya, masa sudah jauh-jauh datang dan sudah tiba di lokasi tidak merasakan aktivitas kayak ini.   Akhirnya gue memberanikan diri untuk bergabung berpasangan dengan Hary dan segera mengenakan perlengkapan dan langsung dipandu oleh petugas turun dari dermaga ke perahu.
Kayaking

Ternyata tidak mudah untuk “menundukkan” sang kayak. Di saat perserta lain sudah menghilang ke tengah laut, gue dan temen gue masih berkutat di situ-situ saja. Untuk melakukan gerakan maju dan mundur susahnya setengah mati. Niat hati mau melakukan gerakan maju, eh malah kayaknya malah mundur, demikian juga sebaliknya hahahahha. Alhasil selama beberapa menit kami hanya berputar-putar di sekitar dermaga saja ditambah dengan kekhawatiran kayak bakal oleng dan kami akan tercebur di air akhirnya kami memutuskan untuk kembali dan naik ke dermaga. Sedangkan Rini dan Ana tidak ikut turun dan hanya menunggu di dermaga sembari mentertawakan ketololan kami hahaha.

Selesai aktivitas kayak, kami diantar kembali ke cruise untuk bersiap-siap menuju ke salah satu pulau karang yaitu Dao Soi Sim yang jaraknya hanya sekitar 10 menit menyeberang. Gue langsung ganti kostum karena memang berniat untuk berenang di pantai di pulau tersebut. Kapal boat kecil kembali merapat di dermaga pulau dan segera kami melakukan trekking ke puncak bukit karang untuk menyaksikan keindahan Ha Long Bay dari atas puncak bukit karang. Untuk naik sampai ke puncak bukit karang kami menempuh medan yang sangat terjal dengan kontur bebatuan yang sangat licin (karena baru disiram hujan beberapa saat sebelumnya) dan kami harus ekstra berhati-hati agar tidak jatuh terpeleset dan terperosok.

Setelah mendaki selama lebih kurang 20-30 menit akhirnya kami tiba di puncak bukit karang  dan menyaksikan pemandangan yang luar biasa indahnya. Tidak tahu kata-kata apa yang pas untuk disematkan dalam melukiskan karya Tuhan yang begitu cantik ini. Hamparan laut lepas dengan gradasi warna kehijauan serta bukit-bukit karang yang bertebaran membuat kami semua begitu takjub dan terbius oleh keindahan yang ditampilkan. Tidak salah jika Ha Long Bay menjadi salah satu dari New7Wonders of Nature.

    
Ha Long Bay dari atas Bukit

Puas menikmati Ha Long Bay dari puncak bukit karang, kami segera turun kembali untuk bermain di pantai dengan pasirnya yang begitu halus dan bersih. Tidak banyak peserta yang turun ke laut untuk berenang karena sebagian memang ada yang tidak bisa berenang selain itu kondisi cuaca yang sangat dingin otomatis membuat air laut saat itu juga dinginnya minta ampun. Karena dari Jakarta gue sudah mempunyai niat untuk berenang di Ha Long Bay, maka cuaca dinginpun gue abaikan yang penting niat gue dapat tercapai hehehe. Beberapa perserta lain mengajak berenang dari pantai mengarungi laut menuju lokasi Cruise yang sedang buang jangkar. Gue mencoba untuk berenang mencapai Cruise namun karena kondisi air laut yang begitu dingin serta tekanan air laut yang begitu kuat akhirnya gue batalkan untuk berenang menuju Cruise dan akhirnya putar balik berenang menuju pantai kembali. Tak masalah yang penting keinginan berenang di Ha Long Bay akhirnya tercapai.... hehehehe
Pantai yang Cantik

Menjelang senja kami diantar kembali ke Cruise untuk bersiap-siap mandi dan makan malam bersama. Karena cuaca yang sangat dingin di Ha Long Bay pada saat itu (kira-kira 13oC) maka sebagian besar peserta (tebakan gue sih) tidak mandi karena teman-teman guepun kebanyakan tidak mandi. Gue sendiri karena baru berenang di laut sehingga mau tidak mau harus mandi untuk membersihkan badan yang begitu pekat dengan air laut. Sial buat gue, ternyata air panas di kabin gue tidak berfungsi pada saat itu. Mau komplain ke Jeremy kelamaan karena gue keburu dingin dan harus segera membilas badan gue yang terasa lengket dengan air laut. Akhirnya mau tak mau gue mandi dengan menahan dingin yang luar biasa.

Sekitar pukul 7.30 malam digelar makan malam bersama dengan berbagai aneka menu  dan seperti biasa tanpa dikomando meja kami selalu bersih tak bersisa sampai ke akar-akarnya. Untuk minum dikenakan biaya pada saat makan. Segelas teh dengan ukuran yang mini (karena ukurannya memang mini sehingga 3-4 teguk langsung habis) harganya VND 20,000 (sekitar Rp 8,400).

Selesai makan malam kami gunakan kesempatan itu untuk bergabung dengan peserta lain berbincang-bincang serta membangun persahabatan dengan mereka dan tak lupa sebagai “duta bangsa” tidak resmi di situ (halah..!)  kami juga mempromosikan pariwisata Indonesia serta mengundang mereka untuk datang berkunjung melihat keindahan negeri Indonesia secara langsung dan beberapa dari mereka tampak antusias.

Jumlah peserta trip di “Opera Cruise” ini yaitu 22 orang. Kami ber-5 dari Asia-Indonesia. Sisanya ada Reena dan suami (keturunan India) warga Inggris, Iris dan Benjamin dari Swiss, Irene dari Jerman, William + 2 rekannya asal Belanda, Moreno dan sang ayah warga Kolombia, Lydia (keturunan Vietnam) warga US, sedangkan sisanya yang gue gak tahu dan gak ingat namanya : 2 cewek dari Rusia, 2 warga Argentina, dan Italia.
Ternyata beberapa dari mereka ada yang sudah berminggu-minggu bahkan berbulan bulan berkelana berpindah dari satu negara ke negara lain melakukan perjalanan. Reena (seorang lawyer) dan sang suami (seorang army) warga Inggris bahkan telah 7-8 bulan menjelajah sejumlah negara dan rencananya bulan Maret ini mereka akan mengunjungi Bali dan Lombok (duh senengnya...hehehehe). Demikian juga dengan Iris dan Benjamin telah hampir 2 bulan menjelajahi beberapa negara di Asia Tenggara. Tak ketinggalan William dan rekan-rekan warga Belanda juga melakukan hal serupa. Rata-rata dari mereka masih berusia sangat muda, ada yang berstatus mahasiswa bahkan ada pula yang baru lulus SMU menjelang masuk universitas. Ah....”iri” rasanya melihat mereka yang bisa berpetualang dari satu negara ke negara lain dalam jangka waktu yang cukup lama.    
Bersama Iris
Bersama Benjamin

Sekitar pukul 9 malam diadakan party di atas kapal dan kali ini disediakan minuman wine secara gratis beserta cemilan berupa buah-buahan. Hiburan karaokepun digelar bagi peserta yamg berminat. Namun gue sendiri terlibat pembicaraan mulai dari topik ringan hingga serius namun mengasyikkan dengan Benjamin peserta dari Swiss. Beragam topik mulai dari aktivitas sehari-hari, pekerjaan, kegiatan traveling sampai membahas masalah ekonomi serta politik Asia, Eropa serta global menjadi topik pembahasan kami. Maklum karena beliau adalah mahasiwa yang mengambil jurusan politik serta menjadi aktivis partai di negaranya. Sungguh mengasyikkan bisa saling bertukar pikiran serta diskusi dengannya dan gue pun mendapat banyak informasi baru darinya yang selama ini belum gue ketahui. Dan tak lupa Benjamin pun mengundang untuk datang ke kotanya di Zurich, Swiss dan gue iya kan (namun entah kapan bisa terwujud hehehehe).  Peserta lain memilih hiburan bermain kartu sehingga suasana kapal malam itu terasa ramai dengan celoteh dan tawa mereka. Dan malam itu kami tutup dengan tidur di atas kapal yang memberikan nuansa serta warna tersendiri dalam kegiatan traveling kami.
Party di atas Kapal

Hari ke-6 tanggal 19 February 2012.

Pukul 7.30 pagi dibuka dengan acara makan pagi bersama dan kunjungan berikutnya yaitu menuju ke salah satu pulau karang lain yang bernama Bo Hon Island dan di sini terdapat gua yang terkenal dan terbesar yaitu Hang Sung Sot. Lokasi ini dicapai hanya sekitar 15 menit dengan kapal boat kecil. Karena biaya yang kami bayarkan termasuk kunjungan ke pulau ini jadi kami tidak perlu lagi membayar tiket masuk. Hang Sung Sot Grotto merupakan salah satu 3 gua yang terkenal di Ha Long Bay selain Hang Dau Go dan Hang Trong.
Hang Sung Sot Grotto

Setelah mendapat penjelasan singkat dari sang pemandu kami diajak naik mendaki ke atas bukit karang melalui anak tangga yang memang sengaja dibuat untuk memudahkan pendakian bagi para wisatawan. Sesampainya di atas kembali kami disajikan pemandangan spekatakuler Ha Long Bay dari sisi yang lain. Tak puas-puasnya kami berfoto berlatar belakang laut dan pulau karang yang cantik ini. Yang membuat gue terheran-heran adalah di tempat terpencil di tengah laut itu masih ada saja yang menjual berbagai suvernir yang ditawarkan kepada turis. Memangnya mereka tinggal dimana yah? Hehehehe. Elly  sempat membeli kalung mutiara yang tentunya harganya tidak bisa ditawar alias harga pas!
Jeremy sedang Bercerita
Ha Long Bay dari atas Hang Sung Sot Grotto
Cantik yah Pulau-pulau Karangnya

Penjelajahan lanjut ke gua di dalam bukit karang yang di dalamnya tidak kalah indahnya. Ruangan gua ini sangat luas dan terdiri atas struktur bebatuan serta stalagtit dan stalagmit yang telah terbentuk sejak ratusan tahun (bahkan ribuan tahun katanya?)  yang lalu sehingga membuat gua ini sangat mempesona. Apalagi ditambah dengan sistim pencahayaan yang dibuat di dalam, membuat gua ini semakin indah. Bentuk bebatuan di dalamnya sangat unik, ada yang berbentuk seperti kura-kura, ada pula yang berbentuk (maaf) seperti alat kelamin pria, selain itu ada yang menyerupai Budha dll  Di dalam gua ini juga terdapat beberapa danau kecil sehingga memberi nuansa sejuk di dalam ruangan gua. Namun sayang danau tersebut diberi pembatas sehingga tidak dapat didekati oleh para pengunjung.
Menuruni Gua
Suasana Dalam Gua

Batu berbentuk Kura-kura


Suasana Gua yang Luas dan Lebar


Batu yang berbentuk (mirip) (maaf) Penis :)

Akhirnya kami mengakhiri kegiatan di Bohon Island dengan Hang Sung Sot grottonya yang terkenal ini dan diantar kembali ke Cruise untuk bersiap-siap mengemasi barang-barang kami. Setiba di Cruise kami menikmati makan siang terakhir di kapal.

Oh ya sebelumnya kami harus  memberesi/membayar semua tagihan minuman selama berada di kapal terlebih dulu serta menyiapkan tips yang akan diberikan kepada tour leader serta beberapa orang crew kapal.

Acara makan siang kali ini agak sedikit berbeda yaitu kami disuguhkan acara demo pembuatan Vietnam Spring Roll  oleh  Jeremy. Setelah menjelaskan bahan-bahan yang digunakan sang pemandu memperagakan cara pembuatannya dan diakhiri dengan proses penggorengan di wajan kecil. Semua peserta secara bergantian diberi kesempatan untuk mencoba membuatnya bahkan ada yang sampai beberapa kali melakukannya dan langsung digoreng saat itu juga oleh Jeremy. Setelah selesai digoreng menjadi makanan pembuka kami bersama-sama. Hm...maknyus rasanya apalagi masih panas dan baru diangkat dari penggorengan.
Membuat Vietnam Spring Roll

Selesai menikmati makan siang dengan berat hati kami harus mengakhiri rangkaian acara kami selama di Ha Long Bay ini. Kami diantar kembali dengan kapal boat kecil ke dermaga utama untuk selanjutnya diantar pulang ke masing-masing hotel di Ha Noi. Aah...keindahan Ha Long Bay selalu dan senantiasa akan membekas dalam ingatanku. Juga persahabatan yang terjalin dengan peserta lain juga walaupun selama 2 hari 1 malam namun membawa arti dan kesan tersendiri. Itulah makna sesungguhnya yang ingin dicapai dalam setiap traveling kami.  Ha Long Bay.....suatu saat gue akan kembali lagi untuk mengenang serta merengkuh pesona yang engkau miliki.

Setiba di hotel sekitar pukul 5 sore kami beristirahat sejenak untuk selanjutnya kembali mengeksplor kota Ha Noi. Tujuan kami malam itu yaitu Hanoi Opera House yang terletak di Trang Tien Street. Hanoi Opera House dibangun hampir bersamaan dengan Saigon Opera House. Di sana kami hanya berfoto-foto dengan latar belakang gedung opera yang sangat indah bermandikan cahaya di malam hari.
Hanoi Opera House
Kami juga sempat melewati beberapa bangunan tua di sekitarnya yang berada dalam satu jangkauan di antaranya Rex & Caravelle Hotel yang menjadi salah salah satu hotel bernilai sejarah karena hotel ini dulunya dipakai menjadi semacam “media center’ pasukan Amerika pada masa perang Vietnam yang rutin mengadakan konferensi pers bagi wartawan asing di tempat itu.

Ah tak terasa perut sudah terasa lapar dan kaki kami ajak melangkah untuk mencari tempat makan yang asyik di malam itu. Hm...akhirnya kami terdampar di salah astu depot makan yang bernama Com Quang Minh dan kami semua memesan menu yang bernama My Quang yaitu sup yang mirip dengan pho terdiri dari mie yang terbuat dari beras namun kuahnya agak kental dengan rasa asam dan sedikit pedas, agak spicy gimana gitu. Dilengkapi dengan pilihan potongan daging yang bisa dipilih (ayam atau babi), telur serta berbagai dedaunan membuat sup ini sangat segar (ada jeruk nipisnya juga) apalagi disantap saat udara dingin. Harga semangkuk My Quang yaitu VND 30,000 (sekitar Rp 12,600). Harga minumannya? Gratis..!! karena kami membawa botol air mineral sendiri di dalam tas kami masing-masing hehehehe.
My Quang

Tidak jauh dari tempat kami makan terdapat St Joseph Cathedral. Namun karena kami tiba di sana malam hari dan penerangan di sekitar cathedral kurang begitu bagus sehingga pesona cathedral tersebut tidak terpancar, yang ada hanya kesan angker seperti penampakan gedung tua yang gelap. Tidak lama kami berada di St Joseph Cathedral dan kami sepakat untuk kembali lagi kemari keesokan hari di saat siang/sore hari ketika masih terang agar hasil foto-fotonya bisa maksimal hehehehe.

Kami kembali ke hotel lebih awal sekitar pukul 8 malam karena memang masih terasa letih sisa-sisa perjalanan dari Ha Long City pagi hari tadi. Kami memutuskan untuk istirahat mengumpulkan tenaga kembali untuk menjelajahi Ha Noi lebih jauh lagi keesokan harinya.

Hari ke-7 tanggal 20 February 2012.

Selesai sarapan pagi, kami mulai berjalan menuju perhentian pertama yaitu Pagoda Tran Quoc. Pagoda yang terletak di tepi West Lake kami capai dengan berjalan kaki hampir selama 45 menit! Agak kesulitan juga awalnya mencari lokasi pagoda ini dan setelah bertanya-tanya dengan penduduk lokal yang celakanya mereka tidak bisa berbahasa Inggris, akhirnya mereka memberi tahu kami dengan bahasa tubuh dan nampaknya mereka berusaha maksimal untuk menjelaskan kepada kami. Namun akhirnya pagoda tersebut dapat ditemukan juga dan dari luar nampak asri karena dikelilingi oleh pohon-pohon yang rindang.
Pagoda Tran Quoc
Masuk ke pagoda ini tidak perlu bayar alias gratis dan pagi itu suasana pagoda sangat ramai oleh turis asing yang datang. Pagoda Tran Quoc merupakan salah satu pagoda tertua yang ada di kota Ha Noi. Dengan bentuk pagoda berwarna merah menjulang memberi kekhas-an tersendiri dari bentuk arsitekturnya.

Di dalam area pagoda terdapat tempat semacam kuil tempat persembahyangan bagi umat Budha. Banyak juga umat Budha yang datang dan melakukan persembahyangan pada saat itu. Karena tidak kuat dengan bau asap yang timbul dari hio yang dibakar, maka kami tidak berlama-lama di dalam komplek pagoda. Setelah berfoto-foto sejenak kami segera berlalu dari lokasi.

Umat Budha Beribadah di dalam Pagoda


Tidak jauh dari lokasi pagoda terdapat Istana Presiden yang begitu indah yang juga bisa dikunjungi dan dinikmati oleh para wisatawan. Namun karena pada saat itu Hari Senin dan biasanya istana presiden ditutup pada hari Senin sehingga kami cukup berpuas diri hanya dengan berfoto-foto di depan pintu gerbang istana.

Menuju Istana Presiden
Istana yang Megah

Hanya berjalan kaki beberapa meter selanjutnya kami tiba di Ho Chi Minh Mausoleum yaitu bangunan yang di dalamnya terdapat jasad Ho Chi Minh, pahlawan dan bapak bangsa Vietnam yang diawetkan serta disemayamkan di dalam kotak kaca. Mausoleum ini salah satu spot menarik bagi wisatawan di Ha Noi karena wisatawan diperkenankan masuk ke dalam gedung untuk melihat jasad Ho Chi Minh secara langsung yang diawetkan dalam kotak kaca. Namun hari Jumat dan Senin ditutup bagi kunjungan wisatawan sehingga kami hanya berjalan-jalan di lapangan tepatnya alun-alun yang sangat luas di depan gedung mausoleum yang penjagaannya sangat ketat oleh militer untuk berfoto-foto.

Di samping Mausoleum juga terdapat Ho Chi Minh Museum. Sama halnya dengan mausoleum, museum inipun tutup pada hari Senin dan Jumat. Akhirnya kami bertekad untuk kembali lagi keesokan harinya untuk mengunjungi mausoleum karena merupakan salah satu keinginan gue yang harus diwujudkan.

Tips #12  Saat menyusun itinerary ke Vietnam, sebaiknya dicek terlebih dahulu dari berbagai sumber mengenai hari dan jam buka setiap objek wisata yang ingin dikunjungi karena ada beberapa spot menarik bagi para turis ditutup pada hari Senin dan Jumat seperti Ho Chi Minh Mausoleum, Ho Chi Minh Museum, dan Hanoi Citadel.

Di sekitar mausoleum rupanya terdapat pagoda yang bernama One Pillar Pagoda. Walaupun disebut pagoda namun sejatinya bangunan ini bukanlah seperti beberapa pagoda yang telah kami kunjungi. Setelah kami datangi ternyata bentuk bangunannya tidak menyerupai pagoda sebagaimana mestinya karena hanya berbentuk tempat  persembahyangan kecil berupa rumah panggung yang harus dicapai dengan naik tangga. Di dalamnya terdapat altar dan umat Budha bisa bersembahyang di situ. Yang gue heran kok tempat ini sangat ramai didatangi oleh para turis padahal tempatnya biasa saja dan tidak ada sesuatu yang istimewa untuk dijelajahi.
One Pillar Pagoda, Mana Pagodanya?

Sebenarnya kami juga berencana untuk mengunjungi Ha Noi Citadel yang terletak di Hoang Dieu Str. Ha Noi Citadel yang didirikan tahun 1010 merupakan komplek istana tua yang dulunya merupakan kediaman Monarki di Vietnam pada masa lalu. Komplek bangunan ini sekarang menjadi UNESCO World Heritage Site. Namun sayang Ha Noi Citadel juga ditutup pada hari Senin sehingga kami hanya berfoto-foto di depan Flag Tower of Hanoi yang merupakan kawasan bangunan Museum Sejarah Militer Vietnam yang masih satu komplek dengan Ha Noi Citadel
Flag Tower of Hanoi

Menjelang tengah hari kami tiba di Temple of Literature yang berupa komplek kuil yang letaknya di tengah kota Ha Noi di Ton Duc Thang Str. Setelah membeli tiket masuk seharga VND 20,000 (sekitar Rp 8,400)/orang kami mulai menjelajah masuk ke dalam kuil.
Pintu Gerbang Temple of Literature

Komplek kuil ini tidak terlalu luas dan dibagi dalam beberapa bangunan. Lepas dari loket tiket pada saat masuk kita akan disambut dengan gerbang yang sangat indah. Oh ya Temple of Literature ini didirikan tahun 1076 jadi bila dihitung usianya sudah lebih dari 900-an tahun!  Pada awalnya tempat ini digunakan sebagai pusat pendidikan Confusius dan cikal bakal universitas pertama di Vietnam.

Melewati gerbang yang indah kita akan masuk ke dalam komplek kuil dan terdapat danau kecil selepas pintu gerbang. Walaupun usianya sudah ratusan tahun namun kuil ini tampak begitu terawat dan masih kokoh berdiri. Terdapat lapangan yang cukup luas di tengah-tengah kuil sebelum kita masuk ke dalam komplek bangunan yang sepertinya dipakai sebagai tempat latihan bela diri bagi para siswanya tempo dulu (tebakan gue sih hehehehe)
Danau Kecil di Halaman Temple

Halaman Luas di Tengah-tengah Temple

Halaman Belakang Temple

Kuil ini masih digunakan sebagai tempat ibadah bagi pemeluk agama Budha. Begitu masuk ke dalam bangunan kuil, banyak terdapat altar dan di situ penganut agama Budha kami lihat sedang khusuk berdoa. Naik ke lantai 2 terdapat altar lain yang juga masih difungsikan sampai saat ini.

Saatnya makan siang telah tiba. Semula kami ingin mencari makan di sekitar kuil, namun kami teringat rekomendasi Bong pada saat kami tiba di Ha Noi di hari pertama tentang food street di Tong Duy Tan Str. di mana dalam bayangan kami  suatu jalan di mana di sisi kanan kirinya terdapat banyak penjual makanan. Segera kami membuka peta mencari alamat tersebut dan setelah ketemu letak jalannya langsung kami menuju TKP dengan berjalan kaki. Ternyata jaraknya lumayan jauh bila  berjalan kaki ditambah dengan perut yang sudah keroncongan terasa capek juga hehehe. Akhirnya kami tiba juga di lokasi tujuan dan kami sempat heran kok sepi banget jauh dari bayangan kami akan hingar bingar orang yang berjualan makanan.

Ternyata di sepanjang jalan tersebut memang banyak kedai dan kafe namun sepertinya lokasi ini ramai di malam hari sedangkan  di siang hari hanya beberapa saja yang buka. Kami sempat kebingungan menentukan kedai mana yang akan kami masuki karena sepertinya kebanyakan makanan yang dijual mengandung unsur non-halal yang tentunya menjadi kendala buat rekan kami Rini yang muslim.

Akhirnya kami melirik ke salah satu kedai yang menyajikan makanan ala kantin dalam arti semua makanan  sudah tersedia di balik etalase kaca dan kita tinggal tunjuk menu apa yang kita inginkan. OK akhirnya semua sepakat untuk makan di tempat ini setidaknya kendala teman kami Rini bisa teratasi.
Suasana Restoran
Makanan di dalam Etalase Kaca


Menu yang gue pilih siang itu yaitu ikan goreng (sepertinya tenggiri) dan sayur kuah bening + Coca Cola kaleng ditebus dengan harga VND 65,000 (sekitar Rp 27,300). Begitu lahapnya kami makan dan cita rasa makanannya menurut kami enak (mungkin kami sedang lapar berat ya saat itu? hehehehe ).
Menu Makan Siangku

Persinggahan berikutnya yaitu Hoa Lo Prison yang terletak di Tho Nhuom Str.  Awalnya kami sempat bingung mencari tempat ini karena setelah dicari-cari kami tidak menemukannya padahal kami sudah menemukan alamatnya di peta. Sempat bertanya kepada beberapa warga lokal yang melintas namun ada yang salah memberikan informasi. Akhirnya setelah bertanya kepada orang ke-3 barulah kami dapat menemukannya yang ternyata lokasinya terletak persis di tepi jalan tapi di persimpangan yang berbeda tempat kami mencari jalan sebelumnya. Segera kami menuju loket tempat penjualan tiket yang letaknya di samping pintu masuk dan harga tiket masuk Hoa Lo Prison yaitu VND 20,000 (sekitar Rp 8,400). 
Hoa Lo Prison
Hoa Loa Prison dulunya merupakan penjara yang dibangun pada tahun 1896 pada saat kolonial Perancis menjajah negara Vietnam. Saat pecah perang Vietnam, penjara ini digunakan sebagai tempat tawanan bagi tentara Amerika yang tertangkap. Penjara ini mendapat sebutan “Ha Noi Hilton”. Tidak begitu jelas mengapa mendapat julukan seperti itu. Saat ini bekas penjara tersebut dijadikan museum dan pengunjung masih dapat melihat bangunan yang masih terawat dengan baik.   
Pintu Masuk Hoa Lo Prison

Memasuki ruangan dalam museum yang terdiri dari 2 lantai suasananya terasa begitu mistis. Bagaimana tidak karena kita masih dapat menyaksikan serta masuk ke dalam ruangan penjara yang dulunya dipakai untuk menahan para pejuang yang memberontak melawan penjajahan Perancis. Terdapat barak yang digunakan sebagai penjara untuk menahan pemberontak secara beramai-ramai dengan kondisi kaki tahanan dipasung serta dirantai. Juga terdapat ruang tahanan khusus bagi tahanan politik yang dinilai berbahaya dan mereka ditahan  sendiri-sendiri dengan kondisi  yang menyedihkan dengan ruang tahanan yang begitu menyeramkan apalagi diperdengarkan suara-suara orang berteriak dan merintih yang diperdengarkan melalui pengeras suara semakin mempertegas suasana penjara yang begitu seram dan mistis.
Ruang Pamer Museum
Kamar-kamar Sel Tahanan


Alat Pemancung

Di museum ini juga dipamerkan foto-foto, kliping koran, benda-benda yang sempat digunakan dipenjara diantaranya alat pemancung yang digunakan kolonial Perancis utk memancung para pejuang Vietnam, peralatan yang digunakan tentara Amerika saat menjadi tawanan di situ (piring, sendok, buku, tempat tidur, pakaian, perlengkapan olah raga dll). Seru juga mengunjungi museum ini yang menyuguhkan suasana yang berbeda. Gue sangat salut dengan Vietnam yang begitu kreatif mengemas setiap situs menjadi atraksi wisata yang menarik dan mengasyikkan.
Prasasti Tentang Tahanan

Lantai 2 Museum
Kami memutuskan untuk menggenapi “nazar” kami dengan kembali dan mengunjugi St. Joseph Cathedral yang kami kunjungi malam sebelumnya dengan kondisi remang-remang karena sudah malam. Kali ini kami tiba di sana dengan kondisi yang masih terang benderang sehingga kami puaskan untuk berfoto-foto di sana sebelum kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak.
St. James Chatedral

Malam ini menjadi malam terakhir di Ha Noi dan Vietnam. Dan makan malam terakhir kami putuskan di restoran Linh Phung yang merupakan restoran yang kami kunjungi saat petama tiba di Ha Noi tgl 17 Feb kemaren. Kesempatan terakhir ini saya gunakan untuk mencicipi menu beef yang ditumis dengan sayuran dengan harga VND 45,000 (sekitar Rp 19rb) dan tidak ada aktivitas lagi yang kami lakukan malam ini karena kami harus nge-pack barang-barang untuk check out dari hotel keesokan hari.
Nasi Beef

Hari ke-8 tanggal 21 February 2012.
Hari ini adalah hari terakhir kami di Vietnam untuk kembali ke Jakarta siang nanti dan  kami masih berkesempatan untuk menikmati sarapan pagi terakhir di Hotel Rising Dragon.

Mumpung masih cukup waktu beberapa jam sebelum bertolak ke Jakarta via HCMC, kami gunakan untuk kembali ke Ho Chi Minh Mausoleum untuk melihat jasad Ho Chi Minh yang diawetkan dan disimpan dalam peti kaca serta sekalian mampir ke Museum Ho Chi Minh  yang letaknya di belakang Mausoleum.

Karena waktu yang sudah mepet maka kami putuskan untuk menggunakan taksi menuju Mausoleum. Ini untuk pertama kalinya kami menggunakan kendaraan umum khususnya taksi setelah 8 hari berada di Vietnam karena selama ini kami hanya berjalan kaki saat menjelajahi berbagai tempat di Vietnam. Selain itu untuk mengejar antrean masuk ke dalam mausoleum karena kami membaca di beberapa literatur dan juga cerita dari staf hotel kalau untuk masuk ke Mausoleum ini harus antre dan kalau tibanya sudah agak siang antrean akan mengular panjang. Jam buka mausoleum ini hanya dari jam 8 sampai jam 11 pagi.

Kami meminta bantuan staf hotel untuk memanggil taksi dan setelah taksi tiba segera kamu melucur ke TKP.  Perjalanan ke Mausoleum hanya ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit dan argo yang kami bayar VND 50,000 (sekitar Rp 21rb). Taksi berhenti di lokasi yang agak jauh dari Mausoleum karena memang disterilkan dari kendaraan umum dan kami harus berjalan kaki menuju lapangan/alun-alun untuk mengambil posisi antri.
Taksi May Linh yang Imut

Tips #13 Taksi yang direkomendasikan di Vietnam yaitu Vinasun dan May Linh (di HCMC) serta May Linh (di Ha Noi). Di luar ke-2 taksi itu (menurut kesaksian beberapa traveler) argonya sering tidak wajar dan sopirnya sering membuat ulah. Jadi kalau ke Vietnam pilihlah ke-2 merk tersebut di atas.

Di sekitar lokasi menuju Mausoleum dijaga beberapa tentara dan kami sempat agak sedikit bingung jalan mana yang harus dilalui karena ada beberapa jalan yang tidak boleh dilintasi oleh pejalan kaki. Setelah bertanya dan  membaca papan petunjuk yang ada kami menemukan jalan yang harus dilalui untuk mengantri menuju Mausoleum. Oh ya sebelum masuk dalam barisan antrian kami harus menitipkan semua peralatan elektronik seperti kamera, tab dan telephone selular karena barang-barang ini tidak boleh dibawa masuk ke dalam Mausoleum.
Di Halaman Mausoleum Ho Chi Minh

Kami diarahkan menuju tempat penitipan barang (tidak dipungut biaya) dengan pemeriksaan yang sangat ketat, bahkan salah seorang rekan yang membawa air mineral tidak diperbolehkan dan harus dihabiskan minum di tempat. Namun saya sempat heran karena  Blackberry yang saya kantongi tidak diminta untuk dititipkan, tapi ketika menuju sekitar lokasi mausoleum sempat saya intip signal di layar sempat hilang (sepertinya diacak). Setelah semua barang dititipkan kami mulai masuk ke dalam antrian. Kami beruntung karena antrian pagi itu belum terlalu panjang sehingga tidak butuh waktu lama buat kami untuk masuk ke dalam Mausoleum. Untuk masuk ke dalam Mausoleum ini tidak dipungut biaya alias gratis.

Pengunjung yang masuk ke dalam Mausoleum ini harus antri berbaris dengan tertib dan  tidak boleh berbicara satu sama lain. Rekan gue Rini yang saat itu mungkin dalam kondisi dingin sehingga memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket dan ketika dilihat oleh tentara penjaga diminta untuk menurunkan kedua tangannya. Jadi benar-benar harus dalam posisi siap siaga saat masuk ke dalam gedung mausoleum. Akhirnya kami berkesempatan untuk melihat jenazah Ho Chi Minh yang telah diawetkan dalam sebuah peti kaca yang di sekelilingnya dijaga oleh beberapa tentara. Tampak jenazahnya seperti orang yang sedang tidur pulas. Pengunjung tidak diperkenankan untuk berhenti untuk menyaksikannya namun harus terus berjalan perlahan sehingga kami di dalam hanya sekitar 2 menit saja.

Tips #14 Mausoleum Ho Chi Minh ditutup untuk umum pada hari Senin dan Jumat, diluar hari itu dibuka untuk kunjungan dari jam 8 sampai 11 pagi. Di bulan Oktober dan November Mausoleum ditutup total untuk pengunjung. Jadi harus diperhatikan jadwal kunjungan bagi yang ingin ke tempat ini.

Keluar dari gedung Mausoleum kami buru-buru mampir ke Museum Ho Chi Minh yang terletak di belakang Mausoleum. Harga tiket masuk ke museum ini yaitu VND 25,000 (sekitar Rp 10,5000). Museum yang berisikan tentang kehidupan Ho Chi Minh, Bapak Bangsa Vietnam ini terdiri atas 3 lantai dan kita dapat saksikan semua kehidupan Ho Chi Minh melalui foto-foto, kliping koran serta beberapa barang pribadi yang turut dipamerkan.
Suasana Dalam Museum Ho Chi Minh
Foto Pertemuan Presiden Soekarno dengan Ho Chi Minh

Nama Soekarno ditulis Salah Menjadi Hatiny Sucano ?

Lantai 2 Museum

Uncle Ho
Waktu terus berjalan dan kami harus segera mengakhiri kegiatan kami di Museum Ho Chi Minh untuk bergegas kembali ke hotel dengan menumpang taksi May Linh. Tarif argonya sama dengan saat kami datang yaitu VND 50,000.

Setiba di hotel kami tinggal mengangkut ransel  yang telah dipack malam sebelumnya. Sebelum meninggalkan hotel kami berfoto-foto dulu dengan para staf hotel Bong, Dung dan David Trung. Sedih rasanya meninggalkan hotel ini yang telah menorehkan kenangan tersendiri di hati kami. Keramahan, kebaikan serta ketulusan mereka benar-benar membekas di ingatan kami dan membuat kami sungguh betah tinggal di hotel ini.
Foto-foto dulu dengan Staff  Hotel

Untuk menuju bandara kembali kami menyewa jasa transfer dari pihak hotel dan kami harus membayar USD 17 untuk satu mobil. Perjalanan ke Bandara Internasional Noi Bai ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam. Setiba di bandara kami langsung menuju counter Jet Star untuk melakukan check in dan kami sempat deg-degan apakah kami akan didenda kembali  untuk ransel kami yang overweight. Akhirnya kami pasrah ketika petugas check in menyatakan 3 ransel kami overweight dan harus membayar denda sebesar VND 495,000, jadi masing-masing kami harus membayar sebesar VND 165,000 (sekitar Rp 69,300).

Kami masih mempunyai waktu yang cukup sampai take off nanti pukul 14.35 dan perut sudah bergejolak untuk minta jatah makan siang. Setelah menyusuri beberapa restoran dan food court di terminal keberangkatan dan membandingkan harganya akhirnya kami sepakat memilih tempat makan di lantai 3 yang ternyata banyak terdapat beberapa restoran dan cafe di situ.
Gue memilih menu sea food soup + nasi putih dengan harapan yang bakal datang nanti sup hangat dengan kuah encer dan rasanya sedikit pedas yang isinya berbahan makanan laut. Setelah ditunggu tunggu ternyata yang datang adalah sup dengan kuah kental (mirip kuah sup jagung) dan isi sea food nya nyaris tak nampak. Yaaahh...tertipu deh, apa yang dibayangkan tidak sesuai dengan kenyataan. Karena sudah terlanjur dipesan mau tidak mau gue harus habiskan juga makanan tersebut dengan rasa yang aneh  apalagi harganya tidak murah yaitu VND 72,000 (sekitar Rp 30,300).
Makanan yang Aneh :(

Pesawat Jet Star  lepas landas tepat waktu pukul 14.35 dan kembali kami harus menyaksikan berbagai pola tingkah laku warga lokal Vietnam di atas pesawat. Beberapa saat menjelang pendaratan, seperti biasa awak kabin mengumumkan kepada penumpang melalui pengeras suara bahwa pesawat bersiap untuk mendarat dan lazimnya penumpang harus mematuhi aturan yang berlaku seperti mengencangkan sabuk pengaman, menegakkan sandaran kursi, melipat meja makan kecil di depan tempat duduk dll. Namun kami menyaksikan beberapa peristiwa lucu di pesawat pada saat pesawat akan menjejakkan rodanya di landasan pacu yaitu ada seseorang ibu-ibu bukannya duduk dengan tenang di kursinya namun malah mengajak anak (atau cucunya?) yang masih kecil berjalan-jalan di lorong pesawat. Sang pramugrari yang melihat kejadian itu bukannya meminta mereka segera kembali dengan dipandu untuk memastikan mereka telah kembali ke tempat duduknya, tapi hanya memberi kode dengan tangannya menunjuk kursi tempat duduk mereka. Di lain kursi, ada seseorang anak muda yang masih asyik tidur dan menopang kepalanya dengan meja makan kecil di depannya yang seharusnya meja kecil tersebut dilipat. Duh...ada-ada saja tingkah laku mereka, apakah mereka tidak menyadari tindakan mereka dapat membahayakan keselamatan semua penumpang apalagi pesawat sudah siap-siap mau mendarat.

Setelah mendarat kembali di Bandara Tan Son Nhat HCMC pukul 16.35 , kami harus berpindah ke terminal keberangkatan internasional untuk check in pesawat Air Asia menuju Jakarta. Saat tiba di check in counter, ternyata counter baru dibuka pukul 18.00 sehingga kami harus menunggu dan sambil menunggu kami berjalan-jalan di dalam bandara.

Mimpi buruk terakhir terjadi pada saat check in, yaitu untuk ke-3 kalinya kami harus membayar denda untuk kelebihan berat ransel kami. Padahal pada saat berangkat dari Jakarta tidak menemui masalah dengan ransel kami dan lolos untuk dibawa masuk ke kabin pesawat. Hm...beda negara beda perlakuan walaupun dengan maskapai yang sama Air Asia. Celakanya lagi uang cash VND kami tidak cukup untuk membayar denda sebesar VND 254,000 (sekitar Rp 107rb) per orang. Akhirnya masing-masing kami menukar sisa uang asing yang masih ada di money changer bandara. Gue menukarkan uang Ringgit Malaysia sebesar MYR 50 dan mendapatkan VND 305,000. Sedangkan Hary dan Elly  menukarkan mata uang US Dollar.

Setelah membayar denda, ternyata mata uang VND masih tersisa dan kami harus menghabiskan mata uang tersebut di bandara karena kalau dibawa pulang ke Indonesia, mata uang tersebut tidak laku untuk dijual kembali. Akhirnya masing-masing kami memisahkan diri untuk membelanjakan VND sampai habis. Gue dan Elly berjalan menuju area luar bandara dan mampir ke gerai Burger King untuk membeli makan malam. Satu porsi kentang goreng dan sebotol orange juice ukuran sedang dibayar dengan harga VND 66,000 (sekitar Rp 28rb).

Tiga puluh menit sebelum pesawat lepas landas kami sudah siap menunggu di ruang tunggu yang gue lihat 70% penumpangnya wajah-wajah asal Indonesia. Pukul 20.20 pesawat Air Asia lepas landas menuju Jakarta dan gue berniat untuk membelanjakan sisa VND yang masih ada untuk membeli minuman di atas pesawat. Ternyata awak kabin tidak menerima mata uang VND dan hanya menerima mata uang Rupiah dan US Dollar saja. Yaah....kami semua kecewa karena ternyata sisa mata uang VND tersebut tidak dapat kami belanjakan dan saat tiba di Indonesia mata uang tersebut akhirnya menjadi suvernir.

Tak diduga dan disangka ternyata kami satu pesawat dengan “Trinity Traveler”, salah seorang backpacker juga, pengarang buku Naked Traveller dalam perjalanan pulang HCMC-Jakarta dengan pesawat Air Asia. Hm...dunia memang sempit ternyata.

Setelah pesawat mendarat ternyata antrian imigrasi tidak terlalu panjang karena hanya pesawat kami sendiri yang mendarat malam itu pukul 23.15. Ah...1 minggu waktu yang singkat dan tidak terasa saat melakukan traveling. Namun kenangan serta pengalaman yang didapat sangat banyak dan begitu berharga. Negeri Vietnam ternyata telah membuka dan memberikan wawasan baru bagi gue dan yang terpenting dari semuanya itu gue  bersyukur kalau gue diberi kesempatan untuk melihatnya dengan datang secara langsung.
Catatan :
<>
 
<>
<>
<>
<>
Rincian Biaya Perjalanan Selama 8D/7N tanggal 14-21 February 2012 ( Semua biaya dirupiahkan)

Asumsi : kurs USD 1 = Rp 9,100 dan VND 1 = Rp 0.42
No
Biaya
Rp


1 Tiket pesawat promo Air Asia JKT-HCMC-JKT Net          638.000
2 Tiket pesawat Jet Star HCMC-Ha Noi-HCMC Net          978.996
3 Airport Tax Jakarta          150.000
4 Hotel HCMC dan Ha Noi total 7D/6N          630.521
5 Transpor ( ke dan dari bandara serta di dlm kota)          218.761
6 Makan dan Minum + snack + oleh2 makanan          593.590
7 Paket Ha Long Bay 2D/1N          665.568
8 Paket Wisata ke Cao Dai Temple + Cu Chi Tunnel             58.800
9 Tiket Masuk ke berbagai objek wisata          111.300
10 Tips sopir + Tour Leader + Staf Hotel             55.860
11 Suvernir          127.806
12 Toilet Umum               3.360
13 Denda bagasi Jet Star dan Asir Asia          246.120
Total Biaya Keseluruhan       4.478.682
Total Biaya tanpa Suvernir dan Denda Bagasi       4.104.756

21 comments:

  1. Lengkap sekali infonya dan sangat berguna. Saya bermaksud traveling ke Hanoi juga bulan Juni ini, dan tertarik ikut cruise ke Halong. Tapi saya jadi bingung untuk booking cruise yang mana. Dari tulisan bapak, Opera Cruise (tapi dari gambar kapal Sapphire Sails, gambar bus transfer Halong Party Cruise). Dan kebetulan saya juga membaca dari harrymudjiarto.blogspot , rangkuman perjalanan yg sama , tapi cruise yang dipilih Halong Party Cruise. Mohon informasinya, saya booking cruise yang mana? Sekali lagi terimakasih untuk kesediaannya membantu.linda

    ReplyDelete
    Replies
    1. KABAR BAIK!!!

      Nama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.

      Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.

      Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.

      Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

      Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan

      Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.

      Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com

      Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.

      Sepatah kata cukup untuk orang bijak.

      Delete
  2. Halo,boleh tanya alamat email hotel rising dragon?thanks ya

    ReplyDelete
  3. Blognya keren. Bagus banget & sangat informative (semoga spelling nya bener..lol).
    Been enjoying to read your posts lately. Keep it up,Sir! Way to go!

    ReplyDelete
  4. Hi Linda,maaf agak sedikit bingung. Kemungkinan nama cruisenya ketuker atau terbalik soalnya kami mendapat upgrade dari yang kami booking sebelumnya dengan harga USD 65/pax. Untuk pastinya Linda cek harga vs nama cruisenya jd pasti ketahuan cruise yg akan dipakai yg mana dgn budget yg kita inginkan.

    ReplyDelete
  5. Hi..alamat emailnya: info@risingdragonhotel.com

    ReplyDelete
  6. Hi..alamat emailnya: info@risingdragonhotel.com

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. jadi ceritanya batal tuh kayakingnya?

    ReplyDelete
  9. Belum sempat baca bagian 1, tolong URL nya.. sangat menarik. Trims.

    ReplyDelete
    Replies
    1. http://culinaryntravelmaniac.blogspot.com/2012/03/menyibak-misteri-vietnam-bagian-1.html

      Enjoy :)

      Delete
  10. Boleh minta nama bank yg anda gunakan agar tidak mendapatkan potongan ketika narik atm di luar negeri?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saat itu saya menggunakan Bank Standard Chartered, namun untuk saat ini peraturannya sudah berubah untuk setiap penarikan uang tunai di ATM bank luar negeri dikenakan sejumlah biaya.

      Delete
  11. hi kak.. blog nya membantu banget hehe.. mau tanya, kak, di sana banyak travel2 yg menyediakan tour ke halong bay ga? aman ga kalo misalnya aku pesen tour nya di sana? thank youuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf telat reply karena saya baru kembali dari traveling. Di kawasan Old Quarter banyak sekali agen perjalanan yang menjual paket ke Halong Bay tinggal dibandingkan harga dan servisnya. Sejauh ini aman-aman saja.

      Delete
  12. hi boleh tau, kalo misalnya saya bawa koper besar. kira kira pas di halong bay nya bisa nitip gak ya disana? soalnya kan kalo naik ke cruise nya ga bisa bawa koper besar. thank you

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anda ke Halong Bay nya pulang hari atau menginap? kalau menginap saya rasa bisa bawa kopernya ke dalam kabin, kan masing-masing mendapat kamar jadi bisa disimpan di kamar.

      Delete
  13. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  14. Sangat lengkap dan membantu.
    Kalau boleh tau mohon info mata uang apa saja yg berlaku untuk berbelanja di vietnam selain VND?
    Terima kasih sebelumnya..

    ReplyDelete
  15. Bang, Selama berlayar dengan kapal halong apakah ada signal telepon atau internet selama berlayar?

    ReplyDelete