![]() |
Ha Long Bay |
Hari ke-4 tanggal 17 February 2012
Pukul 6 pagi kami sudah check out dari hotel dan ditransfer ke Bandara Tan Son Nhat karena penerbangan kami ke Ha Noi pagi itu pukul 8. Setiba di terminal domestik kami melakukan check in pada maskapai Jet Star. Tiket penerbangan HCMC-Ha Noi-HCMC kami beli secara on line dengan harga (setelah dirupiahkan) sebesar Rp 978rb net tanpa fasilitas bagasi.
Namun nasib kami kurang beruntung
pagi itu. Saat melapor untuk
keberangkatan, petugas check in
meminta kami untuk menimbang semua ransel dan tas yang kami bawa satu persatu.
Dari 5 orang, 4 orang dinyatakan overweight
dan kami harus membayar biaya bagasi. Memang sejak awal pada saat membeli tiket
kami tidak membeli bagasi seperti yang selama ini kami lakukan pada penerbangan
Air Asia ke beberapa negara dan kami membawa ransel tersebut ke dalam kabin
pesawat dan tidak ada masalah. Namun menurut ketentuan Jest Star hanya
diperkenankan membawa bagasi kabin dengan berat maksimum 7 kg/orang dengan dimensi
ukuran 23 x 34 x 48 cm dan kami dinyatakan tidak lolos untuk 2 ketentuan
tersebut.
Setelah berdebat beberapa saat
(udah salah masih aja coba untuk berdebat hehehehe namanya juga usaha!)
akhirnya hanya 3 orang yang ranselnya dinyatakan overweight karena salah satu tas rekan kami hanya melebihi sedikit
dari 7 kg sehingga dibebaskan. Mau tak mau kami harus membayar biaya bagasi
sebesar VND 500,000 (sekitar Rp 210rb) untuk
3 orang (jadi per orang membayar Rp 70rb). Sial......! gue udah beberapa kali traveling ke beberapa negara biasanya
lolos aja membawa ransel ke kabin pesawat, namun baru kali ini kena skak mat
hehehehe. Namun ya sudahlah, gue tidak mau merusak liburan gue hanya gara-gara
masalah bagasi ini yang penting the show
must go on, liburan harus tetap jalan terus..!!
Terminal keberangkatan domestik
Bandara Tan Son Nhat sangat sederhana dan pagi itu tidak terlalu banyak
penerbangan. Karena masih mempunyai cukup waktu sebelum boarding, kami mampir sejenak ke kios penjual makanan yang
tempatnya menyatu di ruang tunggu penumpang untuk sarapan pagi. Sepotong roti Baguette dengan secangkir teh menemani
sarapan pagi gue dan ditebus dengan harga VND 75,000 (sekitar Rp 31,500).
Ruang Keberangkatan Domestik Bandara Tan Son Nhat |
Ruang Tunggu Domestik Bandara Tan Son Nhat |
Milih Buat Sarapan Dulu ah... |
Pukul 07.45 kami boarding dan saat masuk, suasana di dalam pesawat sangat gaduh seperti suasana di pasar. Penumpangnya didominasi oleh warga lokal Vietnam yang rata-rata membawa barang bawaan ke kabin gak kira-kira seperti mau pindahan rumah saja. Heboh, rame dan berisik mewarnai penerbangan pada pagi itu. Dan beberapa saat ketika pesawat akan lepas landas, masih terdengar suara telepon genggam yang berbunyi dan dijawab oleh pemiliknya. Duh.....gue kira penumpang dari negara kita saja yang tidak tertib dan disiplin, ternyata masih ada warga dari negara lain yang lebih parah tingkat displin serta etikanya di dalam pesawat.
Akhirnya pukul 08.10 pesawat lepas
landas terbang untuk membawa kami kepada
impian melihat keindahan Ha Noi. Penerbangan
ke Ha Noi ditempuh selama 2 jam dan pukul 10.15 kami tiba di Bandara Noi Bai,
Ha Noi. Begitu turun dari tangga pesawat, udara dingin dengan suhu sekitar 17oC
menyergap tubuh kami. Namun kami sudah mengantisipasinya dengan pakaian hangat
yang sudah kami pakai sejak di pesawat. Berbeda dengan di Indonesia yang hanya
mempunyai 2 musim, di Vietnam khususnya Vietnam Utara (yang letaknya berbatasan
langsung dengan China) mengenal 4 musim yaitu musim panas, musim dingin, musim
semi dan musim gugur. Sebenarnya bulan February ketika kami datang sudah masuk
musim semi namun tetap saja buat kita yang tidak terbiasa dengan cuaca dingin
suhu 17oC masih tergolong dingin.
Tips #9 Selera cuaca tiap-tiap orang berbeda. Jadi kalau ingin traveling ke Vietnam silahkan diatur jadwal
kedatangan sesuai dengan cuaca yang diinginkan dan hindari datang jika tidak
cocok dengan cuaca pada saat itu. Kalau di Vietnam Selatan, cuacanya relatif
sama dengan di Indonesia yaitu musim panas (April-Okt) dan musim hujan
(Okt-April). Tapi kalau di Vietnam Utara (Ha Noi, Ha Long City, Hai Phong, Sapa
dsk) di bulan Feb-April masuk ke musim semi. Di bulan Mei-Jul menginjak musim
panas, sedangkan di bulan Aug-Oct mereka merasakan musim gugur, tiba di bln
Nov-Jan merasakan musim dingin.
Bandara internasional Noi Bai di Ha
Noi juga tidak terlalu besar dari segi ukuran. Setelah bagasi diambil dari conveyor belt, kami segera menuju pintu
keluar untuk mencari jemputan transportasi dari pihak hotel yang telah kami
booking dari Jakarta. Biaya penjemputan ke bandara dikenakan biaya sebesar USD
17 untuk mobil dengan kapasitas 5-7 orang. Tidak sulit untuk menemukan sang sopir yang
membawa plang nama gue dan kamipun menunggu sang sopir mengambil mobil dengan
menunggu depan pintu keluar tepi jalan raya.
Pada saat menunggu mobil tiba, di
dekat kami berdiri ada seorang pria bule yang sebelumnya satu pesawat dengan
kami dari HCMC sepertinya juga sedang menunggu jemputan. Ketika mobil tiba di
tempat kami menunggu, ternyata sang bule juga ikut masuk ke mobil yang telah
kami booking. Saat itu gue mau
menanyakan hal tersebut kepada sang sopir namun gue urungkan khawatir
komunikasi dengan sang sopir bakal gak nyambung.
Selepas dari bandara, mobil masuk
ke jalan bebas hambatan menuju pusat kota Ha Noi. Uniknya dan sekaligus aneh
jalan tol di Vietnam, bukan hanya mobil yang boleh melintas di jalanan namun
sepeda dan sepeda motorpun diperkenankan untuk melewatinya. Perjalanan dari
Bandara Noi Bai ke pusat kota Ha Noi ditempuh dalam waktu kurang lebih satu
jam.
Si pria bule diantar terlebih
dahulu di hotel tempat dia menginap yang ternyata satu grup dengan hotel tempat
kami menginap selama di Ha Noi yaitu Hotel Rising Dragon namun di properti yang berbeda. Dan selang 10
menit kemudian kamipun tiba di hotel yang telah kami pesan dari Jakarta via
email. Hotel Rising Dragon ini terletak
di 61 Hang Bee Street kawasan Old Quarter yaitu kawasan kota tua Ha
Noi dan pusat turis seperti halnya Pham Ngu Lao di HCMC. Di kawasan ini
berbagai hotel dan hostel bertebaran tinggal menyesuaikan dengan budget yang diinginkan. Selain itu
berbagai restoran, kafe, pub, toko suvernir, kedai kopi dll juga banyak
terdapat di sini. Gue sarankan bagi yang ingin berlibur ke Ha Noi sebaiknya
memilih hotel di kawasan Old Quarter
karena selain tempatnya strategis juga berbagai kebutuhan turis tersedia di
sini. Gue sangat suka tempat ini karena suasananya begitu hidup dan aura
turisme begitu terasa.
Tiba di hotel kami mendapat
sambutan hangat dari staff dan karyawan hotel. Ucapan “welcome to Rising Dragon Hotel” dari karyawan yang menyambut kami di
lobi hotel sungguh menyejukkan hati. Kami dipersilahkan untuk beristirahat
sejenak di lobi hotel sembari minum teh/kopi yang memang disediakan selama 24
jam di situ. Setelah berbincang-bincang sejenak dengan staff marketingnya
(Bong) mengenai perjalanan kami sebelumnya dan juga sekaligus melakukan
konfirmasi mengenai rencana kami ke Ha Long selama 2 hari 1 malam untuk keesokan
harinya (kami membeli paket tur ke Ha Long dari hotel ini juga), gue pun
menyampaikan uneg-uneg masalah penjemputan di bandara tadi yang intinya gue
mempertanyakan mengapa ada penumpang lain yang ikut bersama kami dalam satu
mobil padahal kami telah memesan mobil tersebut secara private dan membayar harga sewa untuk satu mobil. Etikanya sang sopir
tidak diperkenankan untuk mengambil penumpang lain untuk digabung dengan
rombongan kami.
Ternyata respon dari Bong sangat
positif. Beliau menanggapi komplain ke gue dan diteruskan kepada atasannya Mr.
David Trung saat itu juga. Mr. David ini contact
person dari Hotel Rising Dragon pada
saat gue melakukan pemesanan kamar via
email dari Jakarta. Setelah menyerahkan paspor untuk didata, kami bersiap-siap
untuk check in ke kamar. Pada saat kunci diserahkan kami
mendapat surprise dari pihak hotel
berupa upgrade atas kamar yang telah kami pesan sebagai
bentuk “kompensasi” atas komplain gue tadi. Gue berdua dengan Harry memesan
kamar tipe standard twin dengan harga
USD 22/malam/kamar (per orang sekitar Rp 100rb/malam) sedangkan Ana, Elly dan
Rini menempati kamar tipe standard triple yang dihargai USD
30/malam/kamar (sekitar Rp 91rb/malam). Tak disangka dan diduga kamar kami diupgrade menjadi standard triple untuk gue berdua sedangkan rekan cewek diupgrade menjadi deluxe triple. Wow....benar-benar a blessing in disguise.
Tidak hanya sampai di situ. Kami
juga mendapat upgrade atas paket tur
ke Ha Long Bay untuk keesokan hari
selama 2 hari 1 malam dengan menginap di atas kapal cruise. Semula kami membeli paket untuk tipe standar dengan harga
USD 65/orang, namun diupgrade ke tipe deluxe. Benar-benar rezeki
yang tidak terduga....
Hotel Rising Dragon sendiri
merupakan hotel kecil di kawasan Old
Quarter terdiri dari 5 lantai (tidak tersedia lift sehingga naik turun
harus menggunakan tangga). Jumlah kamarnya juga tidak terlalu banyak sehingga
jumlah tamunya pun tidak terlalu ramai sehingga memungkinkan hubungan personal
antara tamu dengan manajemen hotel sangat dekat dan akrab. Fasilitas hotel yang bisa dinikmati yaitu
tersedia sarapan pagi dengan berbagai menu yang dapat dipilih sendiri dan yang
telah disediakan secara gratis, minuman teh/kopi gratis yang tersedia di lobi
hotel selama 24 jam (tempat favorit kami untuk nongkrong sebelum pergi dan pada
saat pulang dari jalan-jalan), 3 unit komputer dengan fasilitas internet yang kecepatannya
wus wus wus...
Fasilitas di kamarnya pun tidak
kalah “heboh” setara dengan fasilitas hotel bilang 3. Selain bersih, kamarnya
juga sangat nyaman dilengkapi dengan tempat tidur spring bed yang empuk, AC (karena cuaca pada saat kami tiba sangat
dingin 17oC jadi hanya sebagai pajangan alias tidak kami gunakan),
telepon kamar, televisi layar LCD, kamar mandi yang luas dengan bath up, lemari pakaian, kursi sofa dan
tidak kalah penting WIFI dengan sinyal 2 jempol deh! Benar-benar sangat “mewah”
untuk harga yang sangat murah. Gue sangat merekomendasikan hotel ini sebagai
pilihan akomodasi bagi traveler yang
mengunjungi Ha Noi.
Kamar Mandi Hotel Rising Dragon |
Tanpa berlama-lama setelah meletakkan ransel di kamar, kami memulai petualangan dengan menyusuri kawasan Old Quarter dimulai dengan mengunjungi salah satu restoran untuk makan siang. Pilihan jatuh ke sebuah restoran kecil “Linh Phung” yang terletak di jalan Dinh Liet 7 dan karena cuaca yang terasa dingin siang itu keinginan untuk makan yang hangat-hangat menjadi obsesi terbesar kami. Secara aklamasi kami semua memilih menu “Pho” dan mencobai Vietnam Spring Roll. Sebagai pelengkap segelas Ginger Tea cukup untuk membuat badan kami terasa hangat. Untuk makan siang ini gue menggelontorkan VND 47,000 (sekitar Rp 19,800).
Menyantap Pho Dnegan Lahap |
Ginger Tea |
Kota Ha Noi juga dijuluki kota “seribu danau” karena banyaknya danau yang tersebar di kota ini yang membuat kota ini menjadi romantis karena menjadi tempat bagi warganya untuk berkumpul dan bersantai serta melakukan berbagai aktivitas di sekitar danau. Salah satu danau terbesar yang tedapat di pusat kota Ha Noi yaitu “Hoan Kiem Lake” yang merupakan salah satu spot favorit yang menarik bagi kalangan turis. Danau ini sangat indah dan sangat cocok menjadi tempat untuk rileks untuk melepaskan segala kepenatan karena banyaknya pepohonan di sekeliling danau ditambah dengan banyaknya tempat duduk yang disediakan.
Karena lokasinya yang sangat dekat
dari Old Quater yaitu hanya 5 menit
jalan kaki, maka danau ini menjadi perhentian pertama kami. Sebelumnya gue
mampir dulu ke ATM Citibank untuk menarik uang tunai melalui mesin ATM. Karena
gue punya rekening tabungan di salah satu bank yang memberikan fasilitas untuk
menarik uang tunai di luar negeri melalui jaringan “Cirrus” tanpa dikenakan
biaya apapun dengan kurs pasar, maka gue jarang membawa uang tunai dalam jumlah
besar dari Jakarta karena bisa tarik di mesin ATM setiap saat (yang penting
saldonya masih ada yah hehehehe).
Sebuah pagoda yang terletak di
tengah danau dengan nama “Turtle Temple”
membuat Hoan Kiem Lake ini semakin cantik dan romantis terlebih di
malam hari. Namun sayangnya pagoda ini tidak bisa dikunjungi karena memang
letaknya di tengah-tengah danau.
Di sisi utara danau juga terdapat
pagoda lain yang bernama “Ngoc Son
Temple”. Tersedia akses untuk menuju pagoda ini berupa sebuah jembatan
melengkung yang berwarna merah menyala dengan nama “The
Huc Bridge”. Untuk masuk ke area pagoda ini setiap pengunjung harus membeli
tiket dengan harga VND 20,000 (sekitar Rp 8,400). Bentuk pagoda ini dipengaruhi
arsitektur China. Tidak heran karena Vietnam juga pernah dijajah oleh bangsa
China sehingga pengaruh budaya, kuliner dan bentuk bangunan dengan nuansa Cina sangat
terasa di Vietnam. Namun orang Vietnam sendiri tidak suka jika mereka disebut
dengan sebutan “Orang Cina”. Mungkin rasa nasionalismenya yang tinggi kali yah
sehingga mereka akan bangga disebut sebagai “Orang Vietnam”
Gerbang Masuk Ngoc Son Temple |
Jembatan Merah |
Merenung di Tepi Hoan Kiem Lake :) |
Pagoda ini sangat indah dan di dalamnya kita bisa menyaksikan ritual ibadah yang dilakukan oleh para penganut Budha di sana. Entah berapa jepretan foto yang kami lakukan di sekitar danau, jembatan dan pagoda layaknya pengambilan foto pre-wed hehehehe
![]() |
Santai Sejenak |
Puas menikmati keindahan “Hoan Kiem Lake” kembali kami berjalan
menyusuri kawasan Old Quarter untuk
mencapai “Dong Xuan Market” yang
jaraknya tidak begitu jauh dari danau hanya sekitar 15 menit berjalan kaki. Di
tengah perjalanan kami dicegat oleh beberapa ibu-ibu pedagang yang menjual
dagangan berupa buah-buahan dengan memanggul semacam bakul kecil di sisi depan
dan belakang yang terhubung dengan sebuah pikulan dan dengan mengenakan topi
caping khas Vietnam. Mereka agak sedikit
“memaksa” yang secara tiba-tiba meletakkan panggulan mereka pada pundak kami saat melintas sembari menawarkan difoto
lengkap dengan caping mereka. Namun kami merasa kurang nyaman dengan perlakuan
seperti itu sehingga kami menolaknya dengan halus.
Tips #10 Hati-hati jika bertemu dengan ibu-ibu pedagang seperti ini. Mereka agak sedikit memaksa kita memanggul dagangan mereka sambil difoto. Memang mereka tidak meminta tips untuk itu namun kita akan “dipaksa” untuk membeli barang dagangan mereka sebagai kompensasi.
Beberapa pasangan turis bule yang
kami saksikan menjadi “korban”. Selesai difoto mereka “dipaksa” untuk membeli
dagangan ibu-ibu ini. Namun kami tidak tahu selanjutnya apakah pasangan bule ini akhirnya membeli
atau tidak karena kami segera berlalu dari tempat itu.
Dong Xuan
Market sekilas mirip dengan Ben Thanh Market yang terdapat di HCMC
berupa pasar tradisional yang menempati sebuah gedung yang di dalamnya menjual
berbagai macam barang. Karena kami tiba menjelang sore aktivitas pasar ini
sudah tidak terlalu ramai lagi dan ada beberapa pedagang yang sudah siap-siap
untuk menutup kios mereka. Kami tidak masuk sampai ke dalam melainkan hanya
melihat-lihat dan berputar di bagian depan pasar saja. Tidak banyak yang kami
beli di pasar ini, hanya beberapa makanan kecil (berupa kacang almond dan
kacang lotus) dan beberapa suvernir saja.
Pintu Masuk Dong Xuan Market |
Suasana Dalam Pasar |
Sore itu kami memutuskan kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak dan bersiap-siap kembali menjelajahi Ha Noi di malam hari. Saatnya makan malam dan pilihan kuliner di malam hari jatuh kepada restoran “New Day” di Ma May Str (sesuai rekomendasi Bong) dengan pilihan beragam makanan yang bisa kita pilih langsung dan akan diantar ke meja tempat kita duduk.
![]() |
Restoran New Day |
Karena kami tiba di Ha No pada hari
Jumat bertepatan dengan Night Market
yang digelar setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu di akhir pekan di sepanjang
jalan Hang Dao-Hang Ngang sehingga jalan ini ditutup untuk kendaraan umum dan
hanya diperuntukkan buat para pedagang. Berbagai macam barang dijajakan oleh
para pedagang K-5 dengan lapak yang beraneka ragam mulai dari pakaian, tas,
pernak-pernik, suvernir, makanan dll. Suasana Night Market ini sangat ramai dan dipenuhi baik oleh warga lokal
maupun wisatawan asing.
Sebelum pulang ke hotel, gue dan 2 rekan lainnya nongkrong sejenak di salah satu cafe di Old Quarter sambil menikmati wine. Sedangkan 2 rekan lainnya langsung pulang ke hotel untuk berkemas untuk persiapan ke Ha Long City esok hari. Harga wine per gelasnya hanya VND 50,000 (sekitar Rp 21rb), termasuk murah dan cukup untuk menghangatkan tubuh kami malam itu.
Akhirnya kami harus segera mengistirahatkan tubuh pada malam ini karena keesokan hari akan berangkat menuju Ha Long City dan bermalam di atas Cruise yang berlayar di Teluk Ha Long. Ah...tak sabar rasanya menanti keberangkatan esok hari.
Hari ke-5 tanggal 18 February 2012
Sarapan pagi kami lalui dengan
nikmat dan sepuasnya sebelum dijemput pukul 8 pagi oleh
operator tur untuk berangkat ke Ha Long
City. Setelah melakukan check out
kamar untuk sementara (karena balik dari Ha Long kami akan menginap kembali di
hotel ini) dan menitip ransel di hotel akhirnya penjemputan tiba dan segera
kami naik ke dalam bus khusus yang digunakan untuk trip ke Ha Long. Busnya
sangat bagus dan nyaman dengan kapasitas 15-18 orang. Rupanya kami rombongan
pertama yang dijemput dan setelah itu satu persatu rombongan lain dijemput yang
kebetulan semuanya tinggal di kawasan Old
Quarter sehingga tidak butuh waktu lama untuk “menyapu bersih” semua
anggota rombongan trip kami saat itu.
Oh yah, kami membeli paket tur ke
Ha Long ini dari Jakarta melalui Hotel Rising Dragon tempat kami menginap di Ha
Noi dengan harga USD 65/org (sekitar Rp 592rb) untuk tipe standar dengan menginap
di atas kapal selama 2 hari 1 malam, namun kemudian diupgrade ke tipe deluxe oleh
pihak hotel yang tentu fasilitasnya berbeda. Oh ya untuk tipe standar dan deluxe menggunakan kapal/cruise yang
berbeda. Rombongan kami sendiri menggunakan “Opera Cruise”.
Untuk membeli paket tur ke Ha Long
Bay, selain membeli di hotel tempat
kita menginap dengan cara memesan bersamaan pada saat booking kamar hotel seperti yang kami lakukan juga dapat membeli
pada agen wisata yang tersebar di
kawasan Old Quater pada saat kita
tiba di Ha Noi. Tinggal dibandingkan harga antar agen wisata sesuai dengan budget yang diinginkan. Cruise apa yang dipakai serta fasilitas
yang ditawarkan benar-benar harus ditanyakan dan dipastikan dengan jelas sebelum membeli karena banyak kejadian
fasilitas yang didapat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena ada
beberapa informasi yang tidak ditanyakan.
Anggota rombongan tur kami
berjumlah 18 orang (nantinya menjadi 22 orang yang bergabung langsung dari kota
Ha Long). Hanya kami ber-5 yang merupakan peserta dari Asia, sisanya berasal
dari Jerman, Swiss, Kolombia, Argentina, Belanda, Inggris, Rusia, Italia dan
Amerika Serikat. Bersama dengan 22 orang inilah nanti kami akan tinggal dalam 1
kapal selama 2 hari 1 malam (ada beberapa orang yang mengambil paket 3 hari 2
malam) untuk berbagi keceriaan serta pengalaman bersama.
Setelah semua anggota rombongan
dijemput, akhirnya bus bertolak menuju kota Ha Long dengan kondisi hujan dan
suhu sempat drop sekitar 15oC. Peserta harus membawa paspor untuk didata oleh
Tour
Leader kami Jeremy, yang bahasa Inggrisnya cukup fasih kemudian memperkenalkan diri kepada anggota
rombongan di bis serta memberikan gambaran negara Vietnam secara umum . Beliau
cukup komunikatif serta aktif untuk berinteraksi dengan anggota rombongan
sehingga membuat suasana perjalanan mempunyai “warna” tersendiri.
Kota Ha Long merupakan ibukota dari
provinsi Quang Ninh yang terletak sekitar 160 KM sebelah timur laut Ha Noi.
Perjalanan ke kota Ha Long ditempuh selama lebih kurang 3.5-4 jam dan
sebelumnya sempat transit ke salah satu toko yang menjual suvernir untuk toilet break dan nge-teh/ngopi dulu.
Toko ini cukup besar yang menjual berbagai macam suvernir, buku-buku, post card, serta makanan dan minuman
ringan.
Sekitar pukul 12 siang kami tiba di
kota Ha Long dan langsung diantar menuju dermaga di bibir Teluk Ha Long. Oh ya
untuk masuk ke kawasan ini pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar VND
40,000 (sekitar Rp 16,800) namun kami tidak perlu membayar lagi karena sudah
termasuk dalam paket. Suasana dermaga saat itu sangat ramai dengan turis dari
manca negara yang sedang menunggu untuk diberangkatkan ke kapal dan mereka yang
baru saja kembali dari Teluk Ha Long. Tidak heran karena Ha Long Bay merupakan
tujuan wisata favorit dan populer di Vietnam apalagi setelah ditetapkan sebagai
salah satu New7Wonders of Nature
tahun lalu bersama 6 site lain di
dunia (salah satunya Pulau Komodi di Indonesia). Belum afdol kayaknya kalau
sudah ke Vietnam tidak mampir ke kota Ha Long untuk merasakan sensasi tinggal
dan menginap di atas kapal yang berlayar di Teluk Ha Long. Gue sendiri bermimpi
untuk dapat kemari dan akhirnya mimpi itu akhirnya dapat terwujud. Thank’s God...!
Kawasan Teluk Ha Long yang
merupakan bagian dari Teluk Tonkin yang berbatasan dengan China merupakan situs
alam berupa laguna seluas kira-kira 1,500 KM2 yang dikelilingi oleh
lebih kurang 1.900an pulau besar dan kecil. Di kawasan tersebut tersebar banyak
batu karang dari berbagai ukuran yang
membuatnya unik dan indah. Ha Long Bay juga dinyatakan sebagai salah satu UNESCO World Heritage Site sejak tahun 1994.
Welcome to Ha Long Bay |
Pulau Karang di Ha Long Bay |
Tidak lama kami menunggu akhirnya kapal boat kecil telah siap untuk mengantar rombongan kami menuju cruise yang buang sauh di tengah laut. Sekitar 10 menit kemudian kami tiba di cruise yang akan menjadi “rumah” kami selama 2 hari 1 malam. Kami dibriefing sejenak oleh sang pemandu mengenai kapal yang kami tempati serta fasilitas yang terdapat di dalamnya dan dilakukan pembagian kamar untuk seluruh peserta. Kamar yang digunakan bervariasi, ada yang mengambil jenis single, ada yang double serta triple. Kami sendiri mengambil 2 kamar untuk jenis double dan triple.
Opera Cruise |
Oh yah sebagai tambahan info, harga yang dibayarkan sudah satu paket dalam arti sudah termasuk transportasi antar jemput dari dan ke penginapan menuju Ha Long + antar jemput ke cruise, Tiket masuk kawasan Ha Long, akomodasi selama 2 hari 1 malam di kabin kapal, makan selama tur berlangsung, minuman wine pada saat party di malam hari, aktivitas kayaking, dan wisata ke salah satu pulau karang di tengah laut. Namun tidak disediakan minum selama berada di kapal sehingga pada saat makan kita harus membayar untuk minuman.
Tiba waktunya untuk makan siang dan
kami dipersilahkan untuk mengambil tempat di meja makan yang telah disediakan
di dalam kapal dan pada saat yang bersamaan kapal perlahan mulai bergerak ke
tengah laut lepas. Kami ber-5 duduk dalam satu meja makan dan makanan
dihidangkan secara satu persatu bergantian sebanyak kurang lebih 5-6 jenis. Dibuka
dengan sajian french fries, disusul
dengan kerang saos tiram, (maaf) sate babi,
tumis berbagai sayuran, tim ikan (kerapu?) saos tiram (satu menu lagi saya lupa
karena tidak difoto hehehe) dan ditutup
dengan buah-buahan.
Kerang Saos Tiram |
Sate Babi |
Tumis Sayuran |
Ikan Kerapu |
Cukup puas kami dengan makanan yang dihidangkan dan kami menyelesaikan makan siang dengan kondisi perut yang luar biasa kenyang. Oh ya, sebagai catatan dari semua makanan yang disajikan, hanya meja kami yang selalu habis tiada tersisa, sedangkan meja lain kami lihat selalu ada sisa. Entah kami yang lapar atau nggak mau rugi jadi semua makanan yang keluar kami sikat habis..!!
Observasi kapal (dan foto-foto
tentunya) mengisi kegiatan kami setelah makan siang. Kapal yang kami pergunakan
bernama “Opera Cruise” dari segi
ukuran termasuk menengah dan terdiri atas 3 lantai. Di bagian dalam kapal
terdapat bar dan ruang makan sekaligus berfungsi sebagai tempat entertaiment, serta kabin/kamar tempat
menginap bagi para penumpang. Di sisi luar kapal di geladak yang berfungsi sebagai
tempat leyeh-leyeh dan bersantai tersedia beberapa kursi panjang untuk rebahan.
Melalui geladak kapal ini kita dapat memandang laut lepas beserta pulau-pulau
karang yang indah.
Bar di dalam Kapal |
Kamar Tidur di dalam Kapal |
Kamar Mandi di dalam Kapal |
Tempat Leyeh-leyeh di Geladak Kapal |
Sekitar pukul 3 sore kami diminta
bersiap-siap oleh sang pemandu untuk aktivitas selanjutnya yaitu kayaking. Untuk melakukan kegiatan ini
kami diantar oleh kapal boat kecil
menuju tempat aktivitas kayak di dekat salah satu pulau karang yang dikelola
oleh penduduk setempat. Hm......di tengah laut seperti ini ternyata masih ada
penduduk yang tinggal dan melakukan segala aktivitasnya melayani para turis.
Tampak beberapa perahu kecil yang menjajakan barang dagangan berupa makanan dan
minuman sedang bersandar melayani pembeli.
Aktivitas di perahu kayak ini
dilakukan oleh 2 orang untuk 1 kayak. Peserta lain tampak begitu antusias dan
langsung mengenakan life jacket dan
mengambil dayung serta bersiap-siap menuju perahu. Sedangkan kelompok kami
tampak ogah-ogahan karena memang belum menguasai perahu kayak dan khawatir
perahu nantinya terbalik sedangkan kami tidak membawa pakaian ganti yang cukup.
Hanya Elly yang bersemangat dan berpasangan dengan Iris, peserta dari Swiss
langsung “tancap gas” mengayuh kayak ke
tengah laut dan mampir ke gua di salah satu pulau karang. Gue sendiri begitu
penasaran ingin mencobanya, masa sudah jauh-jauh datang dan sudah tiba di
lokasi tidak merasakan aktivitas kayak ini.
Akhirnya gue memberanikan diri untuk bergabung berpasangan dengan Hary
dan segera mengenakan perlengkapan dan langsung dipandu oleh petugas turun dari
dermaga ke perahu.
Ternyata tidak mudah untuk
“menundukkan” sang kayak. Di saat perserta lain sudah menghilang ke tengah laut,
gue dan temen gue masih berkutat di situ-situ saja. Untuk melakukan gerakan
maju dan mundur susahnya setengah mati. Niat hati mau melakukan gerakan maju,
eh malah kayaknya malah mundur, demikian juga sebaliknya hahahahha. Alhasil
selama beberapa menit kami hanya berputar-putar di sekitar dermaga saja
ditambah dengan kekhawatiran kayak bakal oleng dan kami akan tercebur di air
akhirnya kami memutuskan untuk kembali dan naik ke dermaga. Sedangkan Rini dan
Ana tidak ikut turun dan hanya menunggu di dermaga sembari mentertawakan
ketololan kami hahaha.
Selesai aktivitas kayak, kami
diantar kembali ke cruise untuk
bersiap-siap menuju ke salah satu pulau karang yaitu Dao Soi Sim yang jaraknya
hanya sekitar 10 menit menyeberang. Gue langsung ganti kostum karena memang berniat
untuk berenang di pantai di pulau tersebut. Kapal boat kecil kembali merapat di
dermaga pulau dan segera kami melakukan trekking
ke puncak bukit karang untuk menyaksikan keindahan Ha Long Bay dari atas puncak bukit karang. Untuk naik sampai ke
puncak bukit karang kami menempuh medan yang sangat terjal dengan kontur
bebatuan yang sangat licin (karena baru disiram hujan beberapa saat sebelumnya)
dan kami harus ekstra berhati-hati agar tidak jatuh terpeleset dan terperosok.
Setelah mendaki selama lebih kurang
20-30 menit akhirnya kami tiba di puncak bukit karang dan menyaksikan pemandangan yang luar biasa
indahnya. Tidak tahu kata-kata apa yang pas untuk disematkan dalam melukiskan
karya Tuhan yang begitu cantik ini. Hamparan laut lepas dengan gradasi warna
kehijauan serta bukit-bukit karang yang bertebaran membuat kami semua begitu
takjub dan terbius oleh keindahan yang ditampilkan. Tidak salah jika Ha Long
Bay menjadi salah satu dari New7Wonders
of Nature.
Puas menikmati Ha Long Bay dari puncak bukit karang, kami segera turun kembali
untuk bermain di pantai dengan pasirnya yang begitu halus dan bersih. Tidak
banyak peserta yang turun ke laut untuk berenang karena sebagian memang ada
yang tidak bisa berenang selain itu kondisi cuaca yang sangat dingin otomatis membuat
air laut saat itu juga dinginnya minta ampun. Karena dari Jakarta gue sudah
mempunyai niat untuk berenang di Ha Long
Bay, maka cuaca dinginpun gue abaikan yang penting niat gue dapat tercapai
hehehe. Beberapa perserta lain mengajak berenang dari pantai mengarungi laut
menuju lokasi Cruise yang sedang
buang jangkar. Gue mencoba untuk berenang mencapai Cruise namun karena kondisi air laut yang begitu dingin serta
tekanan air laut yang begitu kuat akhirnya gue batalkan untuk berenang menuju Cruise dan akhirnya putar balik berenang
menuju pantai kembali. Tak masalah yang penting keinginan berenang di Ha Long Bay akhirnya tercapai....
hehehehe
![]() |
Pantai yang Cantik |
Menjelang senja kami diantar kembali ke Cruise untuk bersiap-siap mandi dan makan malam bersama. Karena cuaca yang sangat dingin di Ha Long Bay pada saat itu (kira-kira 13oC) maka sebagian besar peserta (tebakan gue sih) tidak mandi karena teman-teman guepun kebanyakan tidak mandi. Gue sendiri karena baru berenang di laut sehingga mau tidak mau harus mandi untuk membersihkan badan yang begitu pekat dengan air laut. Sial buat gue, ternyata air panas di kabin gue tidak berfungsi pada saat itu. Mau komplain ke Jeremy kelamaan karena gue keburu dingin dan harus segera membilas badan gue yang terasa lengket dengan air laut. Akhirnya mau tak mau gue mandi dengan menahan dingin yang luar biasa.
Sekitar pukul 7.30 malam digelar
makan malam bersama dengan berbagai aneka menu dan seperti biasa tanpa dikomando meja kami
selalu bersih tak bersisa sampai ke akar-akarnya. Untuk minum dikenakan biaya
pada saat makan. Segelas teh dengan ukuran yang mini (karena ukurannya memang
mini sehingga 3-4 teguk langsung habis) harganya VND 20,000 (sekitar Rp 8,400).
Selesai makan malam kami gunakan kesempatan itu untuk bergabung dengan peserta lain berbincang-bincang serta membangun persahabatan dengan mereka dan tak lupa sebagai “duta bangsa” tidak resmi di situ (halah..!) kami juga mempromosikan pariwisata Indonesia serta mengundang mereka untuk datang berkunjung melihat keindahan negeri Indonesia secara langsung dan beberapa dari mereka tampak antusias.
Jumlah peserta trip di “Opera Cruise” ini yaitu 22 orang. Kami ber-5 dari Asia-Indonesia. Sisanya ada Reena dan suami (keturunan India) warga Inggris, Iris dan Benjamin dari Swiss, Irene dari Jerman, William + 2 rekannya asal Belanda, Moreno dan sang ayah warga Kolombia, Lydia (keturunan Vietnam) warga US, sedangkan sisanya yang gue gak tahu dan gak ingat namanya : 2 cewek dari Rusia, 2 warga Argentina, dan Italia.
Ternyata beberapa dari mereka ada
yang sudah berminggu-minggu bahkan berbulan bulan berkelana berpindah dari satu
negara ke negara lain melakukan perjalanan. Reena (seorang lawyer) dan sang suami (seorang army)
warga Inggris bahkan telah 7-8 bulan menjelajah sejumlah negara dan rencananya
bulan Maret ini mereka akan mengunjungi Bali dan Lombok (duh
senengnya...hehehehe). Demikian juga dengan Iris dan Benjamin telah hampir 2
bulan menjelajahi beberapa negara di Asia Tenggara. Tak ketinggalan William dan
rekan-rekan warga Belanda juga melakukan hal serupa. Rata-rata dari mereka
masih berusia sangat muda, ada yang berstatus mahasiswa bahkan ada pula yang
baru lulus SMU menjelang masuk universitas. Ah....”iri” rasanya melihat mereka
yang bisa berpetualang dari satu negara ke negara lain dalam jangka waktu yang
cukup lama.
![]() |
Bersama Iris |
Bersama Benjamin |
Sekitar pukul 9 malam diadakan party di atas kapal dan kali ini disediakan minuman wine secara gratis beserta cemilan berupa buah-buahan. Hiburan karaokepun digelar bagi peserta yamg berminat. Namun gue sendiri terlibat pembicaraan mulai dari topik ringan hingga serius namun mengasyikkan dengan Benjamin peserta dari Swiss. Beragam topik mulai dari aktivitas sehari-hari, pekerjaan, kegiatan traveling sampai membahas masalah ekonomi serta politik Asia, Eropa serta global menjadi topik pembahasan kami. Maklum karena beliau adalah mahasiwa yang mengambil jurusan politik serta menjadi aktivis partai di negaranya. Sungguh mengasyikkan bisa saling bertukar pikiran serta diskusi dengannya dan gue pun mendapat banyak informasi baru darinya yang selama ini belum gue ketahui. Dan tak lupa Benjamin pun mengundang untuk datang ke kotanya di Zurich, Swiss dan gue iya kan (namun entah kapan bisa terwujud hehehehe). Peserta lain memilih hiburan bermain kartu sehingga suasana kapal malam itu terasa ramai dengan celoteh dan tawa mereka. Dan malam itu kami tutup dengan tidur di atas kapal yang memberikan nuansa serta warna tersendiri dalam kegiatan traveling kami.
Hari ke-6 tanggal 19 February 2012.
Pukul 7.30 pagi dibuka dengan acara
makan pagi bersama dan kunjungan berikutnya yaitu menuju ke salah satu pulau
karang lain yang bernama Bo Hon Island
dan di sini terdapat gua yang terkenal dan terbesar yaitu Hang Sung Sot. Lokasi
ini dicapai hanya sekitar 15 menit dengan kapal boat kecil. Karena biaya yang
kami bayarkan termasuk kunjungan ke pulau ini jadi kami tidak perlu lagi
membayar tiket masuk. Hang Sung Sot
Grotto merupakan salah satu 3 gua yang terkenal di Ha Long Bay selain Hang
Dau Go dan Hang Trong.
Setelah mendapat penjelasan singkat
dari sang pemandu kami diajak naik mendaki ke atas bukit karang melalui anak
tangga yang memang sengaja dibuat untuk memudahkan pendakian bagi para
wisatawan. Sesampainya di atas kembali kami disajikan pemandangan spekatakuler Ha Long Bay dari sisi yang lain. Tak
puas-puasnya kami berfoto berlatar belakang laut dan pulau karang yang cantik
ini. Yang membuat gue terheran-heran adalah di tempat terpencil di tengah laut
itu masih ada saja yang menjual berbagai suvernir yang ditawarkan kepada turis.
Memangnya mereka tinggal dimana yah? Hehehehe. Elly sempat membeli kalung mutiara yang tentunya
harganya tidak bisa ditawar alias harga pas!
Penjelajahan lanjut ke gua di dalam
bukit karang yang di dalamnya tidak kalah indahnya. Ruangan gua ini sangat luas
dan terdiri atas struktur bebatuan serta stalagtit dan stalagmit yang telah
terbentuk sejak ratusan tahun (bahkan ribuan tahun katanya?) yang lalu sehingga membuat gua ini sangat
mempesona. Apalagi ditambah dengan sistim pencahayaan yang dibuat di dalam,
membuat gua ini semakin indah. Bentuk bebatuan di dalamnya sangat unik, ada
yang berbentuk seperti kura-kura, ada pula yang berbentuk (maaf) seperti alat
kelamin pria, selain itu ada yang menyerupai Budha dll Di dalam gua ini juga terdapat beberapa danau
kecil sehingga memberi nuansa sejuk di dalam ruangan gua. Namun sayang danau
tersebut diberi pembatas sehingga tidak dapat didekati oleh para pengunjung.
Suasana Dalam Gua |
Batu berbentuk Kura-kura |
Suasana Gua yang Luas dan Lebar |
![]() |
Batu yang berbentuk (mirip) (maaf) Penis :) |
Akhirnya kami mengakhiri kegiatan di Bohon Island dengan Hang Sung Sot grottonya yang terkenal ini dan diantar kembali ke Cruise untuk bersiap-siap mengemasi barang-barang kami. Setiba di Cruise kami menikmati makan siang terakhir di kapal.
Oh ya sebelumnya kami harus memberesi/membayar semua tagihan minuman selama berada di kapal terlebih dulu serta menyiapkan tips yang akan diberikan kepada tour leader serta beberapa orang crew kapal.
Acara makan siang kali ini agak sedikit berbeda yaitu kami disuguhkan acara demo pembuatan Vietnam Spring Roll oleh Jeremy. Setelah menjelaskan bahan-bahan yang digunakan sang pemandu memperagakan cara pembuatannya dan diakhiri dengan proses penggorengan di wajan kecil. Semua peserta secara bergantian diberi kesempatan untuk mencoba membuatnya bahkan ada yang sampai beberapa kali melakukannya dan langsung digoreng saat itu juga oleh Jeremy. Setelah selesai digoreng menjadi makanan pembuka kami bersama-sama. Hm...maknyus rasanya apalagi masih panas dan baru diangkat dari penggorengan.
Selesai menikmati makan siang dengan
berat hati kami harus mengakhiri rangkaian acara kami selama di Ha Long Bay ini. Kami diantar kembali
dengan kapal boat kecil ke dermaga
utama untuk selanjutnya diantar pulang ke masing-masing hotel di Ha Noi.
Aah...keindahan Ha Long Bay selalu
dan senantiasa akan membekas dalam ingatanku. Juga persahabatan yang terjalin
dengan peserta lain juga walaupun selama 2 hari 1 malam namun membawa arti dan
kesan tersendiri. Itulah makna sesungguhnya yang ingin dicapai dalam setiap traveling kami. Ha Long
Bay.....suatu saat gue akan kembali lagi untuk mengenang serta merengkuh
pesona yang engkau miliki.
Setiba di hotel sekitar pukul 5
sore kami beristirahat sejenak untuk selanjutnya kembali mengeksplor kota Ha
Noi. Tujuan kami malam itu yaitu Hanoi
Opera House yang terletak di Trang Tien Street. Hanoi Opera House dibangun hampir bersamaan dengan Saigon Opera House. Di sana kami hanya
berfoto-foto dengan latar belakang gedung opera yang sangat indah bermandikan
cahaya di malam hari.
Kami juga sempat melewati beberapa
bangunan tua di sekitarnya yang berada dalam satu jangkauan di antaranya Rex & Caravelle Hotel yang menjadi
salah salah satu hotel bernilai sejarah karena hotel ini dulunya dipakai
menjadi semacam “media center’
pasukan Amerika pada masa perang Vietnam yang rutin mengadakan konferensi pers
bagi wartawan asing di tempat itu.
Ah tak terasa perut sudah terasa
lapar dan kaki kami ajak melangkah untuk mencari tempat makan yang asyik di
malam itu. Hm...akhirnya kami terdampar di salah astu depot makan yang bernama Com Quang Minh dan kami semua memesan
menu yang bernama My Quang yaitu sup yang mirip dengan pho terdiri dari mie
yang terbuat dari beras namun kuahnya agak kental dengan rasa asam dan sedikit
pedas, agak spicy gimana gitu.
Dilengkapi dengan pilihan potongan daging yang bisa dipilih (ayam atau babi),
telur serta berbagai dedaunan membuat sup ini sangat segar (ada jeruk nipisnya
juga) apalagi disantap saat udara dingin. Harga semangkuk My Quang yaitu VND
30,000 (sekitar Rp 12,600). Harga minumannya? Gratis..!! karena kami membawa
botol air mineral sendiri di dalam tas kami masing-masing hehehehe.
Tidak jauh dari tempat kami makan
terdapat St Joseph Cathedral. Namun
karena kami tiba di sana malam hari dan penerangan di sekitar cathedral kurang begitu bagus sehingga
pesona cathedral tersebut tidak
terpancar, yang ada hanya kesan angker seperti penampakan gedung tua yang
gelap. Tidak lama kami berada di St
Joseph Cathedral dan kami sepakat untuk kembali lagi kemari keesokan hari
di saat siang/sore hari ketika masih terang agar hasil foto-fotonya bisa
maksimal hehehehe.
Kami kembali ke hotel lebih awal sekitar
pukul 8 malam karena memang masih terasa letih sisa-sisa perjalanan dari Ha Long City pagi hari tadi. Kami
memutuskan untuk istirahat mengumpulkan tenaga kembali untuk menjelajahi Ha Noi
lebih jauh lagi keesokan harinya.
Hari ke-7 tanggal 20 February 2012.
Selesai sarapan pagi, kami mulai berjalan menuju perhentian pertama yaitu Pagoda Tran Quoc. Pagoda yang terletak di tepi West Lake kami capai dengan berjalan kaki hampir selama 45 menit! Agak kesulitan juga awalnya mencari lokasi pagoda ini dan setelah bertanya-tanya dengan penduduk lokal yang celakanya mereka tidak bisa berbahasa Inggris, akhirnya mereka memberi tahu kami dengan bahasa tubuh dan nampaknya mereka berusaha maksimal untuk menjelaskan kepada kami. Namun akhirnya pagoda tersebut dapat ditemukan juga dan dari luar nampak asri karena dikelilingi oleh pohon-pohon yang rindang.
Masuk ke pagoda ini tidak perlu
bayar alias gratis dan pagi itu suasana pagoda sangat ramai oleh turis asing
yang datang. Pagoda Tran Quoc merupakan salah satu pagoda tertua yang ada di
kota Ha Noi. Dengan bentuk pagoda berwarna merah menjulang memberi kekhas-an
tersendiri dari bentuk arsitekturnya.
Di dalam area pagoda terdapat
tempat semacam kuil tempat persembahyangan bagi umat Budha. Banyak juga umat
Budha yang datang dan melakukan persembahyangan pada saat itu. Karena tidak
kuat dengan bau asap yang timbul dari hio yang dibakar, maka kami tidak
berlama-lama di dalam komplek pagoda. Setelah berfoto-foto sejenak kami segera
berlalu dari lokasi.
Tidak jauh dari lokasi pagoda
terdapat Istana Presiden yang begitu indah yang juga bisa dikunjungi dan
dinikmati oleh para wisatawan. Namun karena pada saat itu Hari Senin dan
biasanya istana presiden ditutup pada hari Senin sehingga kami cukup berpuas
diri hanya dengan berfoto-foto di depan pintu gerbang istana.
Hanya berjalan kaki beberapa meter selanjutnya
kami tiba di Ho Chi Minh Mausoleum
yaitu bangunan yang di dalamnya terdapat jasad Ho Chi Minh, pahlawan dan bapak
bangsa Vietnam yang diawetkan serta disemayamkan di dalam kotak kaca. Mausoleum
ini salah satu spot menarik bagi
wisatawan di Ha Noi karena wisatawan diperkenankan masuk ke dalam gedung untuk
melihat jasad Ho Chi Minh secara langsung yang diawetkan dalam kotak kaca.
Namun hari Jumat dan Senin ditutup bagi kunjungan wisatawan sehingga kami hanya
berjalan-jalan di lapangan tepatnya alun-alun yang sangat luas di depan gedung
mausoleum yang penjagaannya sangat ketat oleh militer untuk berfoto-foto.
Di samping Mausoleum juga terdapat
Ho Chi Minh Museum. Sama halnya dengan mausoleum, museum inipun tutup pada hari
Senin dan Jumat. Akhirnya kami bertekad untuk kembali lagi keesokan harinya
untuk mengunjungi mausoleum karena merupakan salah satu keinginan gue yang
harus diwujudkan.
Tips #12 Saat menyusun itinerary ke Vietnam, sebaiknya dicek
terlebih dahulu dari berbagai sumber mengenai hari dan jam buka setiap objek
wisata yang ingin dikunjungi karena ada beberapa spot menarik bagi para turis ditutup pada hari Senin dan Jumat
seperti Ho Chi Minh Mausoleum, Ho Chi Minh Museum, dan Hanoi Citadel.
Di sekitar mausoleum rupanya
terdapat pagoda yang bernama One Pillar
Pagoda. Walaupun disebut pagoda namun sejatinya bangunan ini bukanlah
seperti beberapa pagoda yang telah kami kunjungi. Setelah kami datangi ternyata
bentuk bangunannya tidak menyerupai pagoda sebagaimana mestinya karena hanya berbentuk
tempat persembahyangan kecil berupa
rumah panggung yang harus dicapai dengan naik tangga. Di dalamnya terdapat
altar dan umat Budha bisa bersembahyang di situ. Yang gue heran kok tempat ini
sangat ramai didatangi oleh para turis padahal tempatnya biasa saja dan tidak
ada sesuatu yang istimewa untuk dijelajahi.
Sebenarnya kami juga berencana
untuk mengunjungi Ha Noi Citadel yang terletak di Hoang Dieu Str. Ha Noi
Citadel yang didirikan tahun 1010 merupakan komplek istana tua yang dulunya
merupakan kediaman Monarki di Vietnam pada masa lalu. Komplek bangunan ini
sekarang menjadi UNESCO World Heritage
Site. Namun sayang Ha Noi Citadel juga ditutup pada hari Senin sehingga
kami hanya berfoto-foto di depan Flag
Tower of Hanoi yang merupakan kawasan bangunan Museum Sejarah Militer
Vietnam yang masih satu komplek dengan Ha Noi Citadel
Flag Tower of Hanoi |
Menjelang tengah hari kami tiba di Temple of Literature yang berupa komplek kuil yang letaknya di tengah kota Ha Noi di Ton Duc Thang Str. Setelah membeli tiket masuk seharga VND 20,000 (sekitar Rp 8,400)/orang kami mulai menjelajah masuk ke dalam kuil.
Pintu Gerbang Temple of Literature |
Komplek kuil ini tidak terlalu luas dan dibagi dalam beberapa bangunan. Lepas dari loket tiket pada saat masuk kita akan disambut dengan gerbang yang sangat indah. Oh ya Temple of Literature ini didirikan tahun 1076 jadi bila dihitung usianya sudah lebih dari 900-an tahun! Pada awalnya tempat ini digunakan sebagai pusat pendidikan Confusius dan cikal bakal universitas pertama di Vietnam.
Melewati gerbang yang indah kita
akan masuk ke dalam komplek kuil dan terdapat danau kecil selepas pintu
gerbang. Walaupun usianya sudah ratusan tahun namun kuil ini tampak begitu
terawat dan masih kokoh berdiri. Terdapat lapangan yang cukup luas di
tengah-tengah kuil sebelum kita masuk ke dalam komplek bangunan yang sepertinya
dipakai sebagai tempat latihan bela diri bagi para siswanya tempo dulu (tebakan
gue sih hehehehe)
![]() |
Halaman Belakang Temple |
Kuil ini masih digunakan sebagai tempat ibadah bagi pemeluk agama Budha. Begitu masuk ke dalam bangunan kuil, banyak terdapat altar dan di situ penganut agama Budha kami lihat sedang khusuk berdoa. Naik ke lantai 2 terdapat altar lain yang juga masih difungsikan sampai saat ini.
Saatnya makan siang telah tiba.
Semula kami ingin mencari makan di sekitar kuil, namun kami teringat
rekomendasi Bong pada saat kami tiba di Ha Noi di hari pertama tentang food street di Tong Duy Tan Str. di mana
dalam bayangan kami suatu jalan di mana
di sisi kanan kirinya terdapat banyak penjual makanan. Segera kami membuka peta
mencari alamat tersebut dan setelah ketemu letak jalannya langsung kami menuju
TKP dengan berjalan kaki. Ternyata jaraknya lumayan jauh bila berjalan kaki ditambah dengan perut yang
sudah keroncongan terasa capek juga hehehe. Akhirnya kami tiba juga di lokasi
tujuan dan kami sempat heran kok sepi banget jauh dari bayangan kami akan
hingar bingar orang yang berjualan makanan.
Ternyata di sepanjang jalan tersebut
memang banyak kedai dan kafe namun sepertinya lokasi ini ramai di malam hari
sedangkan di siang hari hanya beberapa
saja yang buka. Kami sempat kebingungan menentukan kedai mana yang akan kami
masuki karena sepertinya kebanyakan makanan yang dijual mengandung unsur
non-halal yang tentunya menjadi kendala buat rekan kami Rini yang muslim.
Akhirnya kami melirik ke salah satu
kedai yang menyajikan makanan ala kantin dalam arti semua makanan sudah tersedia di balik etalase kaca dan kita
tinggal tunjuk menu apa yang kita inginkan. OK akhirnya semua sepakat untuk
makan di tempat ini setidaknya kendala teman kami Rini bisa teratasi.
Makanan di dalam Etalase Kaca |
Menu yang gue pilih siang itu yaitu ikan goreng (sepertinya tenggiri) dan sayur kuah bening + Coca Cola kaleng ditebus dengan harga VND 65,000 (sekitar Rp 27,300). Begitu lahapnya kami makan dan cita rasa makanannya menurut kami enak (mungkin kami sedang lapar berat ya saat itu? hehehehe ).
Menu Makan Siangku |
Persinggahan berikutnya yaitu Hoa Lo Prison yang terletak di Tho Nhuom Str. Awalnya kami sempat bingung mencari tempat ini karena setelah dicari-cari kami tidak menemukannya padahal kami sudah menemukan alamatnya di peta. Sempat bertanya kepada beberapa warga lokal yang melintas namun ada yang salah memberikan informasi. Akhirnya setelah bertanya kepada orang ke-3 barulah kami dapat menemukannya yang ternyata lokasinya terletak persis di tepi jalan tapi di persimpangan yang berbeda tempat kami mencari jalan sebelumnya. Segera kami menuju loket tempat penjualan tiket yang letaknya di samping pintu masuk dan harga tiket masuk Hoa Lo Prison yaitu VND 20,000 (sekitar Rp 8,400).
Hoa Loa Prison dulunya
merupakan penjara yang dibangun pada tahun 1896 pada saat kolonial Perancis
menjajah negara Vietnam. Saat pecah perang Vietnam, penjara ini digunakan
sebagai tempat tawanan bagi tentara Amerika yang tertangkap. Penjara ini
mendapat sebutan “Ha Noi Hilton”. Tidak begitu jelas mengapa mendapat julukan
seperti itu. Saat ini bekas penjara tersebut dijadikan museum dan pengunjung
masih dapat melihat bangunan yang masih terawat dengan baik.
Pintu Masuk Hoa Lo Prison |
Memasuki ruangan dalam museum yang terdiri dari 2 lantai suasananya terasa begitu mistis. Bagaimana tidak karena kita masih dapat menyaksikan serta masuk ke dalam ruangan penjara yang dulunya dipakai untuk menahan para pejuang yang memberontak melawan penjajahan Perancis. Terdapat barak yang digunakan sebagai penjara untuk menahan pemberontak secara beramai-ramai dengan kondisi kaki tahanan dipasung serta dirantai. Juga terdapat ruang tahanan khusus bagi tahanan politik yang dinilai berbahaya dan mereka ditahan sendiri-sendiri dengan kondisi yang menyedihkan dengan ruang tahanan yang begitu menyeramkan apalagi diperdengarkan suara-suara orang berteriak dan merintih yang diperdengarkan melalui pengeras suara semakin mempertegas suasana penjara yang begitu seram dan mistis.
Kamar-kamar Sel Tahanan |
Alat Pemancung |
Di museum ini juga dipamerkan foto-foto, kliping koran, benda-benda yang sempat digunakan dipenjara diantaranya alat pemancung yang digunakan kolonial Perancis utk memancung para pejuang Vietnam, peralatan yang digunakan tentara Amerika saat menjadi tawanan di situ (piring, sendok, buku, tempat tidur, pakaian, perlengkapan olah raga dll). Seru juga mengunjungi museum ini yang menyuguhkan suasana yang berbeda. Gue sangat salut dengan Vietnam yang begitu kreatif mengemas setiap situs menjadi atraksi wisata yang menarik dan mengasyikkan.
Kami memutuskan untuk menggenapi
“nazar” kami dengan kembali dan mengunjugi St.
Joseph Cathedral yang kami kunjungi malam sebelumnya dengan kondisi
remang-remang karena sudah malam. Kali ini kami tiba di sana dengan kondisi
yang masih terang benderang sehingga kami puaskan untuk berfoto-foto di sana
sebelum kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak.
Malam ini menjadi malam terakhir di
Ha Noi dan Vietnam. Dan makan malam terakhir kami putuskan di restoran Linh
Phung yang merupakan restoran yang kami kunjungi saat petama tiba di Ha Noi tgl
17 Feb kemaren. Kesempatan terakhir ini saya gunakan untuk mencicipi menu beef yang ditumis dengan sayuran dengan
harga VND 45,000 (sekitar Rp 19rb) dan tidak ada aktivitas lagi yang kami
lakukan malam ini karena kami harus nge-pack
barang-barang untuk check out dari
hotel keesokan hari.
Hari
ke-8 tanggal 21 February 2012.
Hari ini adalah hari terakhir kami
di Vietnam untuk kembali ke Jakarta siang nanti dan kami masih berkesempatan untuk menikmati
sarapan pagi terakhir di Hotel Rising Dragon.
Mumpung masih cukup waktu beberapa
jam sebelum bertolak ke Jakarta via HCMC, kami gunakan untuk kembali ke Ho Chi Minh Mausoleum untuk melihat
jasad Ho Chi Minh yang diawetkan dan disimpan dalam peti kaca serta sekalian
mampir ke Museum Ho Chi Minh yang
letaknya di belakang Mausoleum.
Karena waktu yang sudah mepet maka
kami putuskan untuk menggunakan taksi menuju Mausoleum. Ini untuk pertama
kalinya kami menggunakan kendaraan umum khususnya taksi setelah 8 hari berada
di Vietnam karena selama ini kami hanya berjalan kaki saat menjelajahi berbagai
tempat di Vietnam. Selain itu untuk mengejar antrean masuk ke dalam mausoleum
karena kami membaca di beberapa literatur dan juga cerita dari staf hotel kalau
untuk masuk ke Mausoleum ini harus antre dan kalau tibanya sudah agak siang
antrean akan mengular panjang. Jam buka mausoleum ini hanya dari jam 8 sampai
jam 11 pagi.
Kami meminta bantuan staf hotel untuk memanggil taksi dan setelah taksi tiba segera kamu melucur ke TKP. Perjalanan ke Mausoleum hanya ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit dan argo yang kami bayar VND 50,000 (sekitar Rp 21rb). Taksi berhenti di lokasi yang agak jauh dari Mausoleum karena memang disterilkan dari kendaraan umum dan kami harus berjalan kaki menuju lapangan/alun-alun untuk mengambil posisi antri.
Tips #13 Taksi yang direkomendasikan di Vietnam yaitu Vinasun dan May
Linh (di HCMC) serta May Linh (di Ha Noi). Di luar ke-2 taksi itu (menurut
kesaksian beberapa traveler) argonya
sering tidak wajar dan sopirnya sering membuat ulah. Jadi kalau ke Vietnam
pilihlah ke-2 merk tersebut di atas.
Di sekitar lokasi menuju Mausoleum dijaga beberapa tentara dan kami sempat agak sedikit bingung jalan mana yang harus dilalui karena ada beberapa jalan yang tidak boleh dilintasi oleh pejalan kaki. Setelah bertanya dan membaca papan petunjuk yang ada kami menemukan jalan yang harus dilalui untuk mengantri menuju Mausoleum. Oh ya sebelum masuk dalam barisan antrian kami harus menitipkan semua peralatan elektronik seperti kamera, tab dan telephone selular karena barang-barang ini tidak boleh dibawa masuk ke dalam Mausoleum.
Kami diarahkan menuju tempat
penitipan barang (tidak dipungut biaya) dengan pemeriksaan yang sangat ketat,
bahkan salah seorang rekan yang membawa air mineral tidak diperbolehkan dan
harus dihabiskan minum di tempat. Namun saya sempat heran karena Blackberry yang saya kantongi tidak diminta
untuk dititipkan, tapi ketika menuju sekitar lokasi mausoleum sempat saya intip
signal di layar sempat hilang
(sepertinya diacak). Setelah semua barang dititipkan kami mulai masuk ke dalam
antrian. Kami beruntung karena antrian pagi itu belum terlalu panjang sehingga
tidak butuh waktu lama buat kami untuk masuk ke dalam Mausoleum. Untuk masuk ke
dalam Mausoleum ini tidak dipungut biaya alias gratis.
Pengunjung yang masuk ke dalam
Mausoleum ini harus antri berbaris dengan tertib dan tidak boleh berbicara satu sama lain. Rekan
gue Rini yang saat itu mungkin dalam kondisi dingin sehingga memasukkan kedua
tangannya ke dalam saku jaket dan ketika dilihat oleh tentara penjaga diminta
untuk menurunkan kedua tangannya. Jadi benar-benar harus dalam posisi siap
siaga saat masuk ke dalam gedung mausoleum. Akhirnya kami berkesempatan untuk
melihat jenazah Ho Chi Minh yang telah diawetkan dalam sebuah peti kaca yang di
sekelilingnya dijaga oleh beberapa tentara. Tampak jenazahnya seperti orang
yang sedang tidur pulas. Pengunjung tidak diperkenankan untuk berhenti untuk
menyaksikannya namun harus terus berjalan perlahan sehingga kami di dalam hanya
sekitar 2 menit saja.
Tips #14 Mausoleum Ho Chi Minh ditutup untuk umum pada hari Senin dan
Jumat, diluar hari itu dibuka untuk kunjungan dari jam 8 sampai 11 pagi. Di
bulan Oktober dan November Mausoleum ditutup total untuk pengunjung. Jadi harus
diperhatikan jadwal kunjungan bagi yang ingin ke tempat ini.
Keluar dari gedung Mausoleum kami
buru-buru mampir ke Museum Ho Chi Minh yang terletak di belakang Mausoleum.
Harga tiket masuk ke museum ini yaitu VND 25,000 (sekitar Rp 10,5000). Museum
yang berisikan tentang kehidupan Ho Chi Minh, Bapak Bangsa Vietnam ini terdiri
atas 3 lantai dan kita dapat saksikan semua kehidupan Ho Chi Minh melalui
foto-foto, kliping koran serta beberapa barang pribadi yang turut dipamerkan.
Waktu terus berjalan dan kami harus
segera mengakhiri kegiatan kami di Museum Ho Chi Minh untuk bergegas kembali ke
hotel dengan menumpang taksi May Linh. Tarif argonya sama dengan saat kami
datang yaitu VND 50,000.
Setiba di hotel kami tinggal
mengangkut ransel yang telah dipack malam sebelumnya. Sebelum meninggalkan
hotel kami berfoto-foto dulu dengan para staf hotel Bong, Dung dan David Trung.
Sedih rasanya meninggalkan hotel ini yang telah menorehkan kenangan tersendiri
di hati kami. Keramahan, kebaikan serta ketulusan mereka benar-benar membekas
di ingatan kami dan membuat kami sungguh betah tinggal di hotel ini.
Untuk menuju bandara kembali kami
menyewa jasa transfer dari pihak hotel dan kami harus membayar USD 17 untuk
satu mobil. Perjalanan ke Bandara Internasional Noi Bai ditempuh dalam waktu sekitar
1 jam. Setiba di bandara kami langsung menuju counter Jet Star untuk melakukan check in dan kami sempat deg-degan apakah kami akan didenda kembali
untuk ransel kami yang overweight. Akhirnya kami pasrah ketika
petugas check in menyatakan 3 ransel
kami overweight dan harus membayar
denda sebesar VND 495,000, jadi masing-masing kami harus membayar sebesar VND
165,000 (sekitar Rp 69,300).
Kami masih mempunyai waktu yang
cukup sampai take off nanti pukul
14.35 dan perut sudah bergejolak untuk minta jatah makan siang. Setelah
menyusuri beberapa restoran dan food
court di terminal keberangkatan dan membandingkan harganya akhirnya kami
sepakat memilih tempat makan di lantai 3 yang ternyata banyak terdapat beberapa
restoran dan cafe di situ.
Gue memilih menu sea food soup + nasi putih dengan
harapan yang bakal datang nanti sup hangat dengan kuah encer dan rasanya
sedikit pedas yang isinya berbahan makanan laut. Setelah ditunggu tunggu
ternyata yang datang adalah sup dengan kuah kental (mirip kuah sup jagung) dan
isi sea food nya nyaris tak nampak.
Yaaahh...tertipu deh, apa yang dibayangkan tidak sesuai dengan kenyataan. Karena
sudah terlanjur dipesan mau tidak mau gue harus habiskan juga makanan tersebut
dengan rasa yang aneh apalagi harganya
tidak murah yaitu VND 72,000 (sekitar Rp 30,300).
Pesawat Jet Star lepas landas tepat waktu pukul 14.35 dan
kembali kami harus menyaksikan berbagai pola tingkah laku warga lokal Vietnam
di atas pesawat. Beberapa saat menjelang pendaratan, seperti biasa awak kabin
mengumumkan kepada penumpang melalui pengeras suara bahwa pesawat bersiap untuk
mendarat dan lazimnya penumpang harus mematuhi aturan yang berlaku seperti
mengencangkan sabuk pengaman, menegakkan sandaran kursi, melipat meja makan
kecil di depan tempat duduk dll. Namun kami menyaksikan beberapa peristiwa lucu
di pesawat pada saat pesawat akan menjejakkan rodanya di landasan pacu yaitu
ada seseorang ibu-ibu bukannya duduk dengan tenang di kursinya namun malah
mengajak anak (atau cucunya?) yang masih kecil berjalan-jalan di lorong
pesawat. Sang pramugrari yang melihat kejadian itu bukannya meminta mereka
segera kembali dengan dipandu untuk memastikan mereka telah kembali ke tempat
duduknya, tapi hanya memberi kode dengan tangannya menunjuk kursi tempat duduk
mereka. Di lain kursi, ada seseorang anak muda yang masih asyik tidur dan
menopang kepalanya dengan meja makan kecil di depannya yang seharusnya meja
kecil tersebut dilipat. Duh...ada-ada saja tingkah laku mereka, apakah mereka
tidak menyadari tindakan mereka dapat membahayakan keselamatan semua penumpang apalagi
pesawat sudah siap-siap mau mendarat.
Setelah mendarat kembali di Bandara
Tan Son Nhat HCMC pukul 16.35 , kami harus berpindah ke terminal keberangkatan
internasional untuk check in pesawat
Air Asia menuju Jakarta. Saat tiba di
check in counter, ternyata counter
baru dibuka pukul 18.00 sehingga kami harus menunggu dan sambil menunggu kami
berjalan-jalan di dalam bandara.
Mimpi buruk terakhir terjadi pada
saat check in, yaitu untuk ke-3
kalinya kami harus membayar denda untuk kelebihan berat ransel kami. Padahal
pada saat berangkat dari Jakarta tidak menemui masalah dengan ransel kami dan
lolos untuk dibawa masuk ke kabin pesawat. Hm...beda negara beda perlakuan
walaupun dengan maskapai yang sama Air Asia. Celakanya lagi uang cash VND kami tidak cukup untuk membayar
denda sebesar VND 254,000 (sekitar Rp 107rb) per orang. Akhirnya masing-masing
kami menukar sisa uang asing yang masih ada di money changer bandara. Gue menukarkan uang Ringgit Malaysia sebesar
MYR 50 dan mendapatkan VND 305,000. Sedangkan Hary dan Elly menukarkan mata uang US Dollar.
Setelah membayar denda, ternyata
mata uang VND masih tersisa dan kami harus menghabiskan mata uang tersebut di
bandara karena kalau dibawa pulang ke Indonesia, mata uang tersebut tidak laku
untuk dijual kembali. Akhirnya masing-masing kami memisahkan diri untuk
membelanjakan VND sampai habis. Gue dan Elly berjalan menuju area luar bandara
dan mampir ke gerai Burger King untuk membeli makan malam. Satu porsi kentang
goreng dan sebotol orange juice
ukuran sedang dibayar dengan harga VND 66,000 (sekitar Rp 28rb).
Tiga puluh menit sebelum pesawat
lepas landas kami sudah siap menunggu di ruang tunggu yang gue lihat 70%
penumpangnya wajah-wajah asal Indonesia. Pukul 20.20 pesawat Air Asia lepas
landas menuju Jakarta dan gue berniat untuk membelanjakan sisa VND yang masih
ada untuk membeli minuman di atas pesawat. Ternyata awak kabin tidak menerima
mata uang VND dan hanya menerima mata uang Rupiah dan US Dollar saja. Yaah....kami semua kecewa karena ternyata sisa mata
uang VND tersebut tidak dapat kami belanjakan dan saat tiba di Indonesia mata
uang tersebut akhirnya menjadi suvernir.
Tak diduga dan disangka ternyata
kami satu pesawat dengan “Trinity Traveler”, salah seorang backpacker juga, pengarang buku Naked
Traveller dalam perjalanan pulang HCMC-Jakarta dengan pesawat Air Asia.
Hm...dunia memang sempit ternyata.
Setelah pesawat mendarat ternyata
antrian imigrasi tidak terlalu panjang karena hanya pesawat kami sendiri yang
mendarat malam itu pukul 23.15. Ah...1 minggu waktu yang singkat dan tidak
terasa saat melakukan traveling.
Namun kenangan serta pengalaman yang didapat sangat banyak dan begitu berharga.
Negeri Vietnam ternyata telah membuka dan memberikan wawasan baru bagi gue dan
yang terpenting dari semuanya itu gue
bersyukur kalau gue diberi kesempatan untuk melihatnya dengan datang
secara langsung.
Catatan :
<>
<>
<>
<>
<>
Rincian
Biaya Perjalanan Selama 8D/7N tanggal 14-21 February 2012 ( Semua biaya
dirupiahkan)
|
|||||||
No
|
Biaya
|
Rp
|
|||||
1 | Tiket pesawat promo Air Asia JKT-HCMC-JKT Net | 638.000 | |||||
2 | Tiket pesawat Jet Star HCMC-Ha Noi-HCMC Net | 978.996 | |||||
3 | Airport Tax Jakarta | 150.000 | |||||
4 | Hotel HCMC dan Ha Noi total 7D/6N | 630.521 | |||||
5 | Transpor ( ke dan dari bandara serta di dlm kota) | 218.761 | |||||
6 | Makan dan Minum + snack + oleh2 makanan | 593.590 | |||||
7 | Paket Ha Long Bay 2D/1N | 665.568 | |||||
8 | Paket Wisata ke Cao Dai Temple + Cu Chi Tunnel | 58.800 | |||||
9 | Tiket Masuk ke berbagai objek wisata | 111.300 | |||||
10 | Tips sopir + Tour Leader + Staf Hotel | 55.860 | |||||
11 | Suvernir | 127.806 | |||||
12 | Toilet Umum | 3.360 | |||||
13 | Denda bagasi Jet Star dan Asir Asia | 246.120 | |||||
Total Biaya Keseluruhan | 4.478.682 | ||||||
Total Biaya tanpa Suvernir dan Denda Bagasi | 4.104.756 | ||||||
Lengkap sekali infonya dan sangat berguna. Saya bermaksud traveling ke Hanoi juga bulan Juni ini, dan tertarik ikut cruise ke Halong. Tapi saya jadi bingung untuk booking cruise yang mana. Dari tulisan bapak, Opera Cruise (tapi dari gambar kapal Sapphire Sails, gambar bus transfer Halong Party Cruise). Dan kebetulan saya juga membaca dari harrymudjiarto.blogspot , rangkuman perjalanan yg sama , tapi cruise yang dipilih Halong Party Cruise. Mohon informasinya, saya booking cruise yang mana? Sekali lagi terimakasih untuk kesediaannya membantu.linda
ReplyDeleteKABAR BAIK!!!
DeleteNama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.
Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan
Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com
Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.
Sepatah kata cukup untuk orang bijak.
Halo,boleh tanya alamat email hotel rising dragon?thanks ya
ReplyDeleteBlognya keren. Bagus banget & sangat informative (semoga spelling nya bener..lol).
ReplyDeleteBeen enjoying to read your posts lately. Keep it up,Sir! Way to go!
Thanks udah mampir yah :)
ReplyDeleteHi Linda,maaf agak sedikit bingung. Kemungkinan nama cruisenya ketuker atau terbalik soalnya kami mendapat upgrade dari yang kami booking sebelumnya dengan harga USD 65/pax. Untuk pastinya Linda cek harga vs nama cruisenya jd pasti ketahuan cruise yg akan dipakai yg mana dgn budget yg kita inginkan.
ReplyDeleteHi..alamat emailnya: info@risingdragonhotel.com
ReplyDeleteHi..alamat emailnya: info@risingdragonhotel.com
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletejadi ceritanya batal tuh kayakingnya?
ReplyDeleteBelum sempat baca bagian 1, tolong URL nya.. sangat menarik. Trims.
ReplyDeletehttp://culinaryntravelmaniac.blogspot.com/2012/03/menyibak-misteri-vietnam-bagian-1.html
DeleteEnjoy :)
Boleh minta nama bank yg anda gunakan agar tidak mendapatkan potongan ketika narik atm di luar negeri?
ReplyDeleteSaat itu saya menggunakan Bank Standard Chartered, namun untuk saat ini peraturannya sudah berubah untuk setiap penarikan uang tunai di ATM bank luar negeri dikenakan sejumlah biaya.
Deletehi kak.. blog nya membantu banget hehe.. mau tanya, kak, di sana banyak travel2 yg menyediakan tour ke halong bay ga? aman ga kalo misalnya aku pesen tour nya di sana? thank youuu
ReplyDeleteMaaf telat reply karena saya baru kembali dari traveling. Di kawasan Old Quarter banyak sekali agen perjalanan yang menjual paket ke Halong Bay tinggal dibandingkan harga dan servisnya. Sejauh ini aman-aman saja.
Deletehi boleh tau, kalo misalnya saya bawa koper besar. kira kira pas di halong bay nya bisa nitip gak ya disana? soalnya kan kalo naik ke cruise nya ga bisa bawa koper besar. thank you
ReplyDeleteAnda ke Halong Bay nya pulang hari atau menginap? kalau menginap saya rasa bisa bawa kopernya ke dalam kabin, kan masing-masing mendapat kamar jadi bisa disimpan di kamar.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSangat lengkap dan membantu.
ReplyDeleteKalau boleh tau mohon info mata uang apa saja yg berlaku untuk berbelanja di vietnam selain VND?
Terima kasih sebelumnya..
Bang, Selama berlayar dengan kapal halong apakah ada signal telepon atau internet selama berlayar?
ReplyDelete