Sunday, July 15, 2012

AYUBOWAN SRI LANKA Part 5 : Urusan Makan yang Bikin Pusing Kepala



Berbicara tentang kuliner di Sri Lanka rasanya tidak  jauh berbeda dengan kuliner India yang sarat dengan rempah dan kari yang begitu “menyengat”. Kebetulan gue sendiri bukan termasuk  penyuka makanan India sehingga membuat gue agak sedikit “mati gaya” ketika berhadapan dengan kuliner di Sri Lanka. Tapi bukan karena “mati gaya” akan kuliner Sri Lanka sehingga membuat gue harus mati kelaparan selama berada di sana. Bagaimanapun gue harus tetap makan!



Kebingungan melanda sejak di hari pertama tiba di Colombo ketika sedang menjelajah Pettah Market. Saat jam makan siang tiba, itupun sudah dalam hitungan terlambat karena sebelumnya gue berkunjung dulu ke Gangaramaya Temple, gue berkutat mengitari Pettah Market untuk mencari tempat makan siang yang cocok. Selama kurang lebih 30 menit gue berjalan terlunta kesana kemari akhirnya gue menyerah dengan masuk ke salah satu restoran yang menyajikan makanan lokal Sri Lanka. 

Ternyata restoran yang gue datangi adalah restoran yang menyediakan masakan vegetarian. Mungkin karena mayoritas masyarakat Sri Lanka penganut Budha sehingga banyak dari mereka yang vegetarian sehingga banyak tersebar restoran khusus vegetarian. Agak sedikit bingung dengan menu yang akan dipesan dan akhirnya gue memilih nasi campur  vegetarian ala Sri Lanka dan setelah dihidangkan membuat gue agak sedikit “shock” karena porsinya yang sangat banyak dan disajikan pada sebuah piring yang menurut gue mirip  panci “mini” karena begitu besar ukurannya.

Menu Vegetarian


Jangan ditanya tentang isi nasi campur tersebut karena dari 4 item yang berbaur dalam satu piring hanya 2 item yang gue kenal yaitu sejenis kacang-kacangan yang dimasak dengan sambal dan wortel yang dimasak dengan kari yang begitu aduhai menyengatnya. Sedangkan 2 item yang lain gue tidak bisa untuk mengidentifikasinya. Mau bertanya kepada pelayan restoran mereka begitu sibuk hilir mudik melayani pelanggan yang lain sehingga tidak ada kesempatan bagi gue untuk bertanya.

Akhirnya hanya 1/2 porsi yang bisa gue habiskan karena gue tidak sanggup untuk menghabiskan seluruhnya yang menurut gue porsi tersebut bisa disantap untuk 2 orang. Soal rasa? Entahlah......yang pasti gue berjuang keras untuk menelan makanan tersebut untuk masuk ke dalam peru. Gue harus membayar Rs 220 (Rp 16,500) untuk seporsi makanan tersebut beserta soft drink.

Selesai makan jangan harap di meja makan tersedia tisu (untuk membersihkan tangan dan mulut setelah makan) seperti yang biasa kita temukan saat makan di Jakarta dari kelas warteg sampai restoran mewah. Di Sri Lanka hampir di semua tempat makan hanya menyediakan kertas dalam ukuran kecil yang ditempatkan pada sebuah wadah yang dipergunakan untuk membersikan tangan dan mulut setelah makan. Bahkan kertas yang disediakan ada yang berupa kertas koran! Dan gue melirik ke pengunjung lain yang selesai makan mereka benar-benar membersihkan mulut mereka dengan kertas koran tersebut! Hm......tidak salah memang antisipasi gue dalam setiap traveling  selalu menyiapkan tisu di tas kecil yang gue bawa.

Tisu diganti dengan kertas koran


Saat berada di Kandy ketika mencari makan siang mata gue tertuju pada restoran waralaba KFC  di Jalan Dalada Veediya. Gue penasaran untuk mencoba menu yang ada di KFC ini yang biasanya juga menawarkan  menu lokal kepada pelanggannya di setiap negara. Begitu masuk dalam antrian segera gue menebarkan pandangan pada papan menu. Ah.....gue menemukan menu lokal berupa nasi briyani ayam (biasanya nasi briyani identik dengan daging kambing). Karena penasaran akhirnya gue memutuskan  memilih nasi briyani ayam  (dalam ukuran kecil karena trauma sebelumnya untuk urusan porsi makanan), french fries dan  juice mangga dengan harga total Rs 360 (Rp 27,000).

Menu lokal KFC yang eksotik (Nasi Buriyani)


Ternyata nasi briyani ayam ini bisa diterima oleh lidah gue. Perpaduan ayam yang crispy dan nasi briyani yang gurih dengan karinya  yang tidak jauh berbeda dengan rasa kari di restoran Aceh  di Jakarta membuat gue langsung doyan dengan menu ini. Apalagi tenggorokan yang seret setelah makan diguyur dengan juice mangga yang begitu manis rasanya membuat makan siang gue kali ini penuh sensasi.

Kenikmatan makan siang gagal gue ulangi pada makan malam di Kandy. Setelah kunjungan ke Sacred Temple of the Tooth Relic, saatnya mencari makan malam. Dan ketika melewati sebuah restoran yang letaknya di seberang kuil, gue penasaran untuk mencobanya karena di daftar menu terdapat menu nasi goreng. Seperti apa sih rasa menu nasi goreng di Sri Lanka? Begitu yang ada di pikiran gue. Tanpa ragu segera gue masuk ke restoran yang merupakan milik dari Hotel   Queen’s  yang letaknya berdampingan dan memesan langsung fish fried rice alias nasi goreng dengan daging ikan. 

Setelah pesanan datang dan melihat dari penampakannya sepertinya menggiurkan. Rasa nasi gorengnya lumayan enak tapi daging ikannya (gue tidak tahu persis ikan jenis apa, sepetinya mirip dengan ikan kakap) yang berupa fillet astaga kerasnya minta ampun pada gigitan pertama!  Sulit buat gue untuk menghabiskan daging ikan yang keras dan alot ini padahal harganya  tergolong lumayan mahal yaitu Rs 365 (Rp 27,300) dengan sebotol air mineral. Hm......makan malam ini berakhir dengan kekecewaan. 

Nasi Goreng dengan Fish Fillet


Sepertinya gue sudah terbiasa dengan menu nasi goreng di Sri Lanka karena menjadi pilihan terakhir di saat gue bingung untuk menentukan makanan apa yang akan gue santap. Saat di kota  Dambulla, kembali gue memilih menu nasi goreng sebagai teman makan siang gue di salah satu kedai makan di jalan raya Dambulla. Kali ini nasi goreng yang gue pilih dipadu dengan campuran daging ayam.

Kembali mata gue dibuat terbelalak dengan porsi yang dihidangkan dalam ukuran super jumbo. Gue tidak habis pikir mengapa restoran dan tempat makan di Sri Lanka selalu menghidangkan dalam ukuran jumbo pada setiap porsi yang dihidangkan. Apakah memang penduduk Sri Lanka memang terbiasa makan dengan porsi sebesar itu. Ah entahlah, membayangnya saja sudah membuat perut ini terasa kenyang apalagi saat gue harus menyantap beneran.

Nasi Goreng Ayam dengan  Ukuran Jumbo


Saat gue makan beberapa orang pelayan duduk bersama dalam satu meja makan dengan gue sambil bertanya-tanya tentang gue. Mungkin mereka heran ada orang asing yang makan di tempat mereka dan seperti biasa mereka menduga gue berasal dari salah satu negara di Asia Timur.

Rasa dari  nasi goreng tersebut tidak terlalu mengecewakan dan gue sangat menikmatinya. Sempat mencoba untuk menghabisinya namun sayang perut ini menolak untuk menampung. Seporsi nasi goreng ukuran jumbo + sebotol Coca Cola dikenakan biaya Rs 240 (Rp 18,000).

Setelah 2 hari berturut-turut hanya merasakan nasi goreng, akhirnya gue merasakan menu yang berbeda di Negombo yang gue temukan di Kedai Nayomi’s. Kedai ini selain menyediakan masakan ala restoran juga menjual pastry beserta pernak perniknya. Dua hari tidak merasakan sayur-sayuran membuat perut ini langsung nagih. Tanpa ragu gue langsung memesan menu cap cay ala Sri Lanka yang disebut vegi cowfis + nasi putih ( yang setelah dihidangkan ternyata nasinya dicampur ).



Saat melakukan pesanan gue meminta dibuatkan ½ porsi saja karena gue sudah bisa menebak pasti porsi super jumbo kembali akan dihidangkan namun gue tetap akan membayar dengan porsi normal. Tetapi anehnya permintaan gue ditolak oleh pelayan restoran yang bersikeras menghidangkan gue dengan porsi normal. Suasana mendadak hening karena gue tidak bisa berkomentar lagi.

Baiklah, dengan perlahan namun meyakinkan gue mencoba untuk menghabiskan hidangan yang sudah tersodor di hadapan gue. Namun gue tidak bisa memungkiri kalau gue tidak sanggup untuk menghabiskannya karena fakta porsi tersebut memang untuk 2 orang seperti yang gue saksikan di meja sebelah. Setelah 2 hari tidak mengkonsumsi sayur-sayuran rasanya masakan ini enak sekali dan dengan paduan beberapa sayuran yang dapat kita jumpai di Indonesia. 

Akh.....Nemu Sayur Juga Akhirnya


Sebagai penutup gue memesan fruit salad karena terinspirasi dari meja sebelah padahal sebelumnya gue telah memesan air mineral. Total harga makanan dan minuman yang gue bayar sebesar Rs 455 ( Rp 34,100 ), harga yang cukup murah menurut gue bila dilihat dari item dan porsi yang gue pesan.

Fruit Salad yang Segar


Sepertinya sudah berlaku umum dan menjadi aturan tidak tertulis kalau harga-harga entah itu di restoran, cafe, toko dll di kawasan turis harganya relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan di luar kawasan turis. Hal ini juga berlaku di kawasan Lewis Place yang merupakan kawasan turis  populer di Negombo. Saat malam hari, gue berjalan menyusuri sepanjang Lewis Place untuk mencari makan malam yang harganya cukup “bersahabat” dengan kantong backpacker. Namun setelah hampir 30 menit gue berjalan sambil melihat kiri kanan jalan mencari tempat makan yang kira-kira terjangkau ternyata sangat susah untuk menemukannya.

Sebagian besar tempat makan yang gue temui berupa cafe dan restoran yang cukup fancy bila dilihat dari tampilan tempat serta daftar menu serta harga yang dipajang di dekat pintu masuk. Gue mengernyitkan dahi sambil berlalu dari tempat tersebut dan mencoba melangkah ke tempat lain sambil berharap menemukan tempat yang cocok dengan keinginan gue. Karena kaki sudah lelah untuk berjalan lebih jauh lagi akhirnya gue masuk ke Peacock Cafe dan memesan Chinese food dengan judul sea food noodle.

Ternyata setelah pesanan datang gue amati bentuknya mie nya kecil-kecil dengan topping pelengkap sesuai dengan judulnya beberapa sea food seperti udang dan cumi, namun setelah menyentuh lidah, gue merasakan sepertinya terdapat campuran keju pada mie tersebut jadi hidangan ini akhirnya mengarah kepada spaghetti. Ah entahlah jenis makanan apa ini yang penting bisa membuat gue kenyang dan rasanyapun tidak terlalu mengecewakan menurut gue.  Kembali Rs 500 ( Rp 37,500 ) melayang dari dompet gue dengan minuman pelengkap berupa Coca Cola.

Sea Food Noodle


Ternyata urusan perut juga bisa bikin pusing kepala di Sri Lanka buat yang tidak bisa beradaptasi dengan makanan lokal .....

13 comments:

  1. Wah...harus nyoba nih nasi briyani nya KFC di Srilanka :))

    ReplyDelete
  2. 3 jam menjelang berbuka...dan nggak sengaja liat nasi campur srilanka. Terbitlah liur.

    Nice post!

    ReplyDelete
  3. Iya San, kudu nyobain Nasi Briyaninya di KFC Sri Lanka. Maknyooss dah..!!

    ReplyDelete
  4. Hahaha Thanks Dimas dah melipir tapi tidak bermaksud untuk menggoda selera makan di bulan puasa ini.

    ReplyDelete
  5. *manggut2* ngeliatin post tentang India ini. Ah, jadi tidak sabar menanti Januari.
    Dan porsi jumbonya menggelitik sanubari hati banget kakak mendeksripsikannya XD ahuahua.
    INDIAAAA!

    ReplyDelete
  6. Alo salam kenal

    menimbulkan pertanyaan dlm benak saya..... dgn porsi nasi2 mereka yg beda ukuran dgn org indo, knp mrk tidak import beras ya? sedangkan indo hrs import beras.

    ReplyDelete
  7. Trims utk info nya....sgt berguna nih saat berkunjung kesana..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai..terima kasih juga sudah mampir. Semoga bermanfaat infonya.

      Delete
  8. betul pengalaman waktu di Sri lanka saya milih makan buah2an ja...prnah makan d Pizza hut Negombo brhrap tu jd makanan pnyelamat tp yg sya dpati adalh Pizza curry dan pilihan Pizzanya hnya 3 atau 4 mcam...KFC Negombo jg bgtu g kayak d ngra kta

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaa rupanya punya pengalaman yang sama yah mba :)

      Delete
  9. thx banget buat informasinya, minimal mau berangkat tgl 16 minggu depan sudah ada planning mau makan apa soalnya untuk urusan makanan saya juga sedikit susah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf pak baru bisa dibalas sekarang. Semoga tidak menemui kendala soal makanan selama di sana yah.

      Delete
  10. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete