Sunday, August 12, 2012

Andai Ombak Pantai Ujung Genteng Dapat Berbicara..........



Semangkok indomie panas sudah tersaji masing-masing di hadapan kami untuk disantap. Sajian ‘rakyat’ ini terasa sangat istimewa bagi kami saat berada di Kampung Ciniti, Cibitung Kabupaten Sukabumi. Sebuah warung yang menawarkan kesederhanaan namun keramahan sang penjual tidak dapat ditutupi oleh sambutan hangat mereka kepada kami. Diselimuti udara yang sejuk di sekitar lokasi, terbayar sudah rasa letih dalam perjalanan panjang selama 7.5 jam dari Jakarta dengan menyusuri Ciawi – Cicurug – Cibadak – Sukabumi –Jampang Tengah – Jampang Kulon dan akhirnya tiba di kampung Ciniti ini.


Trip perdana bersama komunitas  @TravelTroopers ke Ujung Genteng ini akhirnya terlaksana tanggal 6 dan 7 Juli 2012 lalu setelah digagas beberapa minggu sebelumnya. Enam anak manusia berbagi kebahagian dan keceriaan dalam perjalanan kali ini yaitu gue, Astrid, Dini, Elly, Harry dan Rozy. Perjalanan jauh dan melelahkan ditambah dengan kondisi jalan yang kurang bersahabat karena banyaknya kelokan yang membuat tubuh sulit beradaptasi, namun tidak membuat semangat kami luruh.

Urusan perut telah selesai pagi itu. Dengan langkah-langkah kecil kami menyusuri jalan setapak menuju sungai kecil dengan sajian  hamparan sawah dan pepohonan hijau yang sungguh menyejukkan mata. Ditemani seorang bapak warga lokal yang memandu kami menuju dermaga kecil kami naik perahu menyusuri sungai menuju Curug Cikaso. Butuh waktu lebih kurang 10 menit untuk tiba di lokasi air terjun (curug) Cikaso. Namun sayangnya pada saat kami tiba, debit air Curug Cikaso agak sedikit menyusut karena pengaruh musim kemarau.

Hamparan Sawah Nan Hijau

Perahu Menuju Curug Cikaso

Dua air terjun yang bersisian secara vertikal tertumpahkan dari puncak bukit memberikan suasana sejuk di hati tatkala mendengar deru air yang jatuh dan mengalir di sela-sela batu. Rasanya kaki ini enggan untuk beranjak dari keindahan Curug Cikaso ini. Sayangnya rencana kami untuk berpindah ke curug lain yaitu Curug Cigangsang yang letaknya tidak terlalu jauh dari Curug Cikaso terpaksa kami batalkan karena mendapat info dari bapak pemandu  kalau debit air di Curug Cigangsangpun menyusut sehingga kurang begitu menarik untuk didatangi.

Curug Cikaso

The Troopers

Akhirnya mobil kami arahkan menuju penginapan ke Pondok Hexa di Desa Surade Ujung Genteng tempat kami bermalam yang letaknya persis di depan pantai. Dengan konsep bungalow yang di dalamnya terdapat kamar tidur berpendingin udara, dapur serta ruang makan menjadi tempat buat kami untuk melewatkan malam di Ujung Genteng. Dengan harga yang cukup moderat sekitar Rp 400rb/malam, bungalow ini direkomendasikan sebagai akomodasi di Ujung Genteng.



Tampak Muka Bungalow

Tempat Tidur

Dapur dan Ruang Makan

Tidak banyak tempat yang bisa disasar sebagai tempat untuk mengisi perut siang itu. Pilihan menu yang ada pun tidak banyak dan tidak bervariasi sehingga siang itu kami lewatkan dengan menyantap bakso dan nasi goreng saja. Namun justru kesederhanaan itu kami ubah menjadi kemewahan. Ya....kemewahan berupa kesempatan untuk kami dapat traveling bersama yang kami balut dalam sebuah kesederhanaan.

Kapan lagi kami mempunyai waktu dan kesempatan untuk berbelanja ikan, cumi-cumi, serta rajungan di tempat pelelangan ikan di sekitar pantai? Pengalaman itu tidak akan pernah kami dapatkan di Jakarta dengan berbagai kesibukan dan halangan dari masing-masing kami. Ditingkahi dengan tawar menawar dengan pedagang di tempat pelelangan ikan akhirnya kami membungkus beberapa kantong ikan, cumi-cumi serta rajungan untuk dibawa pulang ke bungalow sebagai makan malam kami nanti. Apakah kami akan masak sendiri hasil laut tersebut? Tentu tidak karena kami meminta jasa dari pihak bungalow untuk memasaknya dengan membayar sejumlah fee.

Menawar
Aktivitas apalagi yang dilakukan di Ujung Genteng kalau bukan bermain-main di pantai. Astrid-sang ketua perjalanan kali ini- melakukan negosiasi dengan tukang ojek di sekitar bungalow untuk mengantar kami bermain ke 3 pantai sekaligus di wilayah Ujung Genteng yaitu Pantai Cibuaya, Cipanarikan dan Pangumbahan.  Setelah melakukan deal tingkat tinggi akhirnya dicapai kesepakatan tarif  per ojek  Rp 70rb pp ke 3 pantai tersebut untuk mengantar kami berjumlah 6 orang.

Deal DenganTukang Ojek

Ojek motor melaju dan menyibak jalan Desa Surade yang kondisinya kurang begitu mulus penuh bebatuan dan dalam waktu 15 menit kami tiba di Pantai Cibuaya yang saat itu kondisi pantainya sedang surut sehingga kami dapat main hingga ke tengah laut dan dapat dengan jelas  melihat terumbu karang serta beberapa biota laut seperti cacing laut, bulu babi dll

Pantai Cibuaya

Biota Laut

Ojek motor kembali melesat setelah kami puas menikmati Pantai Cibuaya. Dengan jarak yang tidak begitu jauh, ojek berhenti di sebuah hutan kecil. Setelah berjalan melewati jalan berliku liku dan tersembunyi dari pandangan, ternyata ujung jalan setapak itu menuju Pantai Cipanarikan. Wow.....surga tersembunyi itu terbentang di depan mata kami.

Pantai Cipanarikan




Dengan suasana yang sepi dan pasir pantai yang begitu halus membuat hati kami tertambat di pantai ini. Serasa memiliki pantai pribadi, di sini kami bebas berguling-guling, berlari, melompat dan berbagai ekspresi lainnya yang dapat kami lakukan di sini. Pantai Cipanarikan memiliki kontur yang landai serta pasir dengan bulir-bulir yang sangat halus. Benar-benar tempat yang cocok untuk menyepi dan menikmati keindahan laut yang terbentang di hadapan kami. Ah....rasanya ingin berlama-lama di Cipanarikan di mana kami bisa melepaskan segala kepenatan dan melupakan kesibukan untuk sesaat.

Horeeee.....

Menutup rangkaian jalan-jalan ke pantai kali ini, kami dihantar ojek motor menuju ke Pantai Pangumbahan. Sebenarnya ke-3 pantai ini berada pada satu garis lurus dan bila bertitik tolak dari Pantai Cibuaya sebenarnya Pantai Cipanarikan dan Pangumbahan dapat dicapai dengan berjalan kaki. Namun untuk kembali lagi ke Pantai Cibuaya harus berjalan lumayan jauh. Namun hitung-hitung ikut menggerakkan perekonomian masyarakat di Ujung Genteng tidak ada salahnya kami menggunakan jasa ojek motor mereka.



Pantai Pangumbahan menjadi tempat konservasi dan penangkaran bagi penyu laut yang dikelola oleh pemerintah daerah setempat. Di lokasi ini setiap hari menjelang senja kita dapat menyaksikan ritual pelepasan anak penyu laut yang biasa disebut tukik menuju laut lepas untuk menempuh kehidupan baru mereka. Sedangkan pada malam hari kita dapat melihat fenomena yang menarik yaitu puluhan induk penyu laut akan naik ke pantai untuk bertelur.

Senja di Pantai Pangumbahan

Sekitar pukul 5.30 sore petugas mengumumkan bahwa kegiatan pelepasan tukik akan segera dimulai dan semua pengunjung diminta untuk duduk dengan tertib di tempat yang telah ditentukan di tepi pantai menunggu saat-saat tukik dilepaskan. Sesaat setelah semua pengunjung duduk dengan tertib, beberapa petugas yang membawa baskom yang berisi puluhan ekor tukik berdiri di beberapa titik mulai melepas tukik-tukik tersebut. Namun sayang begitu tukik mulai dilepaskan pengunjung langsung berhamburan menuju lokasi tukik dilepaskan untuk melihat tukik secara langsung dari dekat yang membuat tukik-tukik tersebut menjadi stress. Setelah berjuang beberapa saat, akhirnya semua tukik berhasil menuju laut lepas untuk mereka dapat hidup bebas.

Sedang Menanti Pelepasan Tukik

Tukik

Hidangan hasil laut yang  kami beli  tadi siang telah selesai dimasak oleh petugas bungalow dan siap disajikan kepada kami malam itu. Hm...rasa lapar yang menyerang sungguh membuat hidangan tersebut sungguh nikmat. Ikan bakar, cumi-cumi goreng, rajungan saus padang ditambah dengan sayur capcay membuat makan malam kami sungguh lengkap. Ditambah dengan keceriaan dari teman-teman membuat makan malam kami sungguh sempurna.

Ikan Bakar

Rajungan Saus Padang

Cumi-cumi

Capcay

Menjelang kembali ke Jakarta kami menyempatkan untuk mampir ke Amanda Ratu untuk menyaksikan pemandangan laut dengan batu karangnya yang begitu indah dan oleh masyarakat katanya tempat ini mirip dengan Tanah Lot yang ada di Bali. Untuk menyaksikan objek ini kita harus masuk ke dalam komplek Amanda Ratu Resort.

Amanda Ratu

Dua hari satu malam terasa begitu cepat. Sungguh pengalaman yang berkesan dan indah perjalanan bersama kalian teman-teman  @TravelTroopers di akhir pekan itu.

6 comments:

  1. Curug cikaso nya keren, itu airnya beneran warna ijo ya mas?

    Rajungan saus padangnya menggoda puasa-puasa gini

    ReplyDelete
    Replies
    1. airnya sih biasa aja...mungkin bias dari cahaya matahari atau pantulan cahaya :)

      Hm...rajungan saus padangnya emang maknyus!!!

      Delete
  2. Woo..Pantai Cipanarikan keren pisan euuyy...nanti aku bakalan ke sana jugaakk \m/

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete