Thursday, December 29, 2011

Keindahan Tersembunyi di Green Canyon



Green Canyon....nama ini sejak lama sudah gue dengar tetapi ga tau kenapa belum ada keinginan untuk “berkelana” ke sana dan sama sekali belum masuk dalam “radar” travel gue. Faktor jarak yang membuat gue agak sedikit enggan untuk menjelajahinya. Bayangkan dengan berkendaraan dari Jakarta, Green Canyon dicapai selama kurang lebih 9 jam!

Hingga pada suatu hari di pertengahan September teman-teman di kantor heboh dengan mengajak berwisata ke Green Canyon karena terdapat penawaran spesial dari Disdus (situs online yang menjual berbagai penawaran dengan harga promo) yaitu paket ke Green Canyon selama 3D/2N sebesar Rp 504rb/pax. Fasilitas ini sudah termasuk transportasi bis PP, akomodasi, makan pagi-siang-malam, tiket masuk objek wisata, dan air mineral. Dan untuk keberangkatan ke Green Canyon ini diorganize oleh JJS tour & travel.
Akhirnya setelah dirayu dan sedikit “dipaksa” gua mengiyakan tawaran tersebut walaupun masih menyisakan  sedikit rasa enggan namun dengan syarat gue tidak bersedia untuk menjadi koordinator untuk acara ini. Biasanya dalam setiap kegiatan travelling entah domestik atau ke luar negeri gue yang mengkoordinir, dan biasanya untuk beberapa hal gue juga berbagi tugas dengan rekan-rekan lain. Namun untuk travelling kali ini gue murni hanya ingin menjadi peserta yang hanya duduk manis dan tinggal berangkat saja hehehe. Jumlah peserta yang akan berangkat kali ini berjumlah 12 orang dan tanggal keberangkatan ditetapkan 25-27 November 2011. Menjelang hari keberangkatan ada 3 orang rekan yang mendadak batal mengikuti perjalanan ini, namun untung terdapat rekan pengganti sehingga jumlah anggota rombongan kami tetap berjumlah 12 orang.
Hari 1 :
25 November 2011 Setelah jam kerja usai pukul 17.00 di Hari Jumat ini, kami berkumpul untuk bersama-sama berangkat dari kantor menuju Apartemen Mediterania di kawasan Tanjung Duren Jakarta Barat yang menjadi meeting point keberangkatan.  Pukul 18.30 kami tiba di TKP dan melakukan registrasi ulang sembari menunggu keberangkatan yang dijadwalkan pukul 20.00. Ketika tiba di lokasi kami kaget saat mengetahui bis yang akan dipakai menuju Green Canyon agak sedikit kurang nyaman. Betapa tidak? Jumlah peserta yang akan  berangkat pada hari itu dipadatkan menjadi sekitar 60 orang (jumlah yang tidak ideal menurut gue untuk rombongan perjalanan wisata karena terlalu rame) dan jarak antar kursi bis sangat rapat sehingga membuat posisi kaki sangat tidak nyaman. Bisa dibayangkan apa yang terjadi dengan kaki ini selama 9 jam perjalanan! Namun kami coba untuk menikmati perjalanan ini walau agak sedikit tersiksa terutama buat beberapa rekan yang mempunyai postur tubuh yang "ekstrem" :)


Pukul 20.00 bis berangkat tepat waktu. Rute perjalanan menuju Green Canyon melalui tol Jakarta Cikampek - Kabupaten Bandung – Garut - Tasikmalaya – Banjar – Ciamis – Pangandaran. Karena perjalanan kebetulan ditempuh pada malam hari jadi sepanjang perjalanan dibawa tidur sampai tiba di tempat perhentian (rest area) KM 57 tol Jakarta Cikampek dan di sebuah restauran di wilayah Tasikmalaya untuk sekedar meluruskan kaki dan urusan ke toilet.
Hari 2 :
26 November 2011 Pukul 05.00 pagi rombongan kami tiba di Pangandaran dan bis berhenti sejenak di Mesjid Raya Pangandaran untuk memberi kesempatan bagi rekan-rekan muslim melaksanakan sholat subuh dan rekan-rekan non muslim untuk cuci muka (bahkan ada yang mandi) dan beristirahat sejenak. Dan sekitar pukul 06.00 rombongan melanjutkan perjalanan menuju Green Canyon yang terletak di Desa Kertajaya Kecamatan Cijulang Kabupaten Ciamis dengan jarak sekitar 31 KM yang ditempuh selama lebih kurang 30-40 menit.
Setiba di Green Canyon kami mampir sejenak di sebuah rumah makan (Tirta Bahari) untuk makan pagi. Menu makan pagi kali ini yaitu nasi uduk, telur dadar, bihun goreng dan kerupuk + teh manis/kopi dan disajikan secara buffet jadi kita bisa nambah jika terasa belum kenyang hehehe. Setelah perut bisa diajak bersahabat kami diberi kesempatan untuk ganti kostum di toilet umum yang tersedia di depan rumah makan (dengan membayar Rp 2rb/org) karena petualangan ke Green Canyon akan segera dimulai.

Untuk memulai petualangan ke Green Canyon ini kami cukup berjalan kaki dari rumah makan tempat kami sarapan menuju Dermaga Ciseureuh tempat perahu ditambatkan dengan jarak sekitar 150 M yang ditempuh hanya dengan waktu 10 menit saja dengan berjalan santai dan setiba di dermaga Ciseureuh, di mana telah menunggu perahu-perahu yang akan mengantar, kami dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, per kelompok berjumlah 6 orang sesuai dengan kapasitas perahu ditambah dengan 2 orang lagi yaitu sopir perahu dan seorang pemandu. Perahu yang digunakan yaitu perahu tempel bermesin tunggal (mirip perahu jukung) yang mempunyai “sayap” di sisi kiri dan kanannya dan juga  mempunyai atap (kanopi) sebagai pelindung. Bila datang sendiri, perahu ini dapat disewa dengan harga Rp 75rb PP untuk kapasitas 5 orang dan harus membayar lagi tips untuk pemandu dan sopir perahu. Oh ya untuk faktor safety masing-masing kami harus mengenakan life vest yang tersedia di perahu.

Nama Green Canyon sendiri dipopulerkan oleh seorang wisatawan Perancis pada tahun 1933, yang merupakan “plesetan” dari Grand Canyon yaitu tempat wisata tersohor yang terdapat di wilayah Colorado, AS namun dalam Bahasa Sunda disebut juga “Cukang Taneuh” atau Jembatan Tanah dalam Bahasa Indonesia. Disebut jembatan tanah karena terdapat di atas lembah dan jurang Green Canyon terdapat jembatan dari tanah yang digunakan oleh para petani di sekitar situ untuk menuju kebun mereka.
Objek wisata ini merupakan aliran Sungai Cijulang yang menembus gua dengan stalaktit dan stalakmit yang mempesona serta diapit oleh dua bukit bebatuan dan rimbunnya pepohonan menyajikan atraksi alam yang khas dan menantang untuk dijelajahi. Petualangan ini dimulai dengan menyusuri Sungai Cijulang yang airnya berwarna hijau tosca dari Dermaga Ciseureuh menuju goa Green Canyon dengan jarak sekitar 3 KM dan ditempuh dalam waktu sekitar 30-45 menit.

Sepanjang perjalanan menyusuri sungai tersaji pemandangan yang sungguh indah. Bukit bebatuan, pepohonan yang rimbun, air terjun kecil serta beberapa ekor kadal biawak yang berkeliaran mewarnai perjalanan ini dengan arus sungai yang cukup tenang. Setelah menyusuri sungai selama 30 menit akhirnya kami tiba di mulut gua dengan pemandangan yang sungguh indah dengan air terjun Palatar menyambut kami dan terlihat jeram dengan alur yang sempit di mana perahu sudah tidak bisa lagi melaluinya lagi. Di sinilah awal petualangan menjelajah keindahan objek wisata ini dimulai. Semua barang harus ditinggalkan di perahu dan sebelumnya telah dibungkus dengan plastik untuk menghindari basah kena percikan air. Dan untuk menceburkan diri ke dalam sungai tidak diperkenankan menggunakan alas kaki alias nyeker.

Rasanya tak sabar ingin segera menceburkan diri ke air sungai yang begitu bening dan setelah diberi komando oleh sang pemandu dan sopir perahu kamipun mendarat di sebuah batu karang yang terjal dan segera menceburkan diri ke dalam sungai untuk memulai body rafting dengan berenang menyusuri Sungai Cijulang dengan melawan arus. Namun karena arus sungai yang cukup deras dan kuat sehingga kami tidak mampu untuk berenang sehingga semua peserta harus dipandu dengan menggunakan tali yang direntangkan antar batu karang oleh pemandu sambil kami merayap di sisi batu karang dengan berpegangan pada batu karang yang tersedia. Sungguh suatu petualangan yang seru, apalagi berenang menyusuri sungai melawan arus  dengan arus yang sangat deras adalah hal baru bagi kami dan tidak mudah untuk melakukannya sehingga beberapa dari kami ada yang terseret arus (untung cepat diselamatkan), terbentur batu karang yang tajam dan pengalaman seru lainnya (celana gue nyaris melorot karena arus yang sangat deras dan gue kurang kuat mengikatnya).

Perjalanan akan terus berada dalam cekungan dinding terjal di kanan kiri aliran sungai. Dinding-dinding untuk menyajikan keindahan tersendiri, yang paling unik berbentuk menyerupai sebuah gua yang atapnya sudah runtuh. Selain itu di bagian atas beberapa kali pengunjung akan melewati stalaktit-stalaktit yang masih dialiri tetesan air tanah. Setelah beberapa ratus meter berenang, akan terlihat beberapa air terjun kecil di bagian kiri kanan yang begitu menawan.
Berpindah dari satu batu karang ke batu karang lainnya serta bertahan di arus yang deras agar tidak terseret benar-benar perjuangan yang sangat menguras fisik dan terasa sangat melelahkan. Akhirnya setelah berenang selama lebih kurang 1,5 jam akhirnya kami tiba di titik akhir (walaupun belum ujung dari Green Canyon yang sebenarnya namun petualangan kami berakhir di titik ini) berupa bukit bebatuan dan dengan setengah merayap kami memanjat untuk naik ke atas. Namun sayang semua anggota rombongan kami tidak ada yang membawa kamera waterproof sehingga tidak dapat mengabadikan momen-momen langka dan indah ini, namun kami sedikit terhibur karena ada rombongan lain yang membawa sehingga kami bisa nebeng berfoto walau hanya beberapa jepret saja. Kami melewatkan waktu sejenak dengan nongkrong di atas bukit batu sambil menunggu anggota rombongan tiba dan sesekali melompat dari atas bukit dengan ketinggian sekitar 5 M  terjun ke dasar sungai. Ah...sungguh mengasyikkan walaupun ada juga beberapa rekan yang tidak berani melakukannya.

Setelah semua anggota rombongan tiba dan kami puas nongkrong di atas bukit batu sambil menikmati tetesan air yang sejuk, maka kembali kami turun ke sungai untuk kembai ke hilir. Namun kali ini kami tidak perlu bersusah payah karena tinggal mengapung dan mengikuti arus yang akan menyeret kami hingga ke hilir ke tempat pemberhentian perahu yang menunggu kami di sana dengan jarak tempuh hanya sekitar 10-15 menit.
Kami menumpang sembarang perahu yang dinaiki oleh sekitar 10 orang yang akan mengantar kami ke dermaga transit, kemudian dari dermaga transit kami dijemput dengan perahu yang kami gunakan pada saat kami berangkat dan diantar kembali ke dermaga utama Ciseureuh dan dari dermaga kami berjalan kaki kembali menuju ke toilet umum untuk bilas-bilas dan membersihkan badan. Namun gue sendiri memilih untuk tidak bilas karena agenda selanjutnya adalah mengunjungi Pantai Batu Karas sehingga berpikir untuk main-main air di pantai sehingga mubazir kalau harus bilas sekarang sehingga gue biarkan sampai akhirnya pakaian kering sendiri di badan.    

Jam 10.30 kami dipersilahkan untuk makan siang (kepagian nih) yang disediakan dalam bentuk buffet juga. Kali ini menu yang tersedia yaitu : ikan bakar, cumi asam manis, sayur kangkung cah, dan kerupuk. Hm...lumayan menunya apalagi sehabis melakukan body rafting membuat tenaga kami terkuras sehingga perut terasa lapar lagi hehehehe.
Pantai Batu Karas menjadi target kunjungan kami berikutnya. Dengan jarak yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 12 KM dan ditempuh dalam waktu 15-20 menit perjalanan dari Green Canyon, Pantai Batu Karas menawarkan pantai yang landai dengan pemandangan yang indah. Kondisi Pantai Batu Karas lebih datar ±  2km dari bibir pantai menuju tengah laut. Dan yang lebih asyik lagi, kondisi tanah bawah pantai yang kami pijak, lebih padat dan tidak ada pasir sama sekali.  Pantainya sangat bersih dengan deburan ombak yang lebih besar. Pantai Batu Karas sangat cocok untuk berselancar. Walaupun ombaknya cukup besar, ternyata kondisi pantai nya dangkal dan datar.

Tidak banyak aktivitas yang kami lakukan di sini karena saat tiba di pantai sekitar pukul 12.30, matahari sedang menunjukkan kegarangannya dengan bersinar sangat terik sehingga membuat kami agak sedikit enggan untuk melakukan aktivitas di pantai bermain air. Akhirnya kami memutuskan untuk leyeh-leyeh saja dengan menyewa tikar seharga Rp 15rb utk 2 tikar dan menggelar tikar tersebut di bawah pohon yang rimbun sembari menikmati hembusan semilir angin laut yang sejuk sehingga membuat beberapa rekan kami benar-benar terlena larut dalam suasana kantuk yang akhirnya membawa mereka ke alam mimpi alias tidur nyenyak hehehe.


Sementara rekan lain termasuk gue yang memilih tidak tidur, bersantai dengan mengobrol serta bercanda, mendengarkan musik dan sesekali membeli makanan kecil yang ditawarkan para pedagang seperti kacang rebus, cimol, ice cream siomay bahkan rujak yang banyak bertebaran di Pantai Batu Karas.  Ada juga yang memilih melakukan aktivitas air dengan menyewa papan surf seharga Rp 10rb untuk melakukan aktivitas surfing.
Sekitar pukul 15.30 rombongan kami bergerak kembali untuk mengunjungi Pantai  Batu Hiu yang terletak di Desa Ciliang Kecamatan Parigi yang ditempuh lebih kurang selama 1 jam dari Pantai Batu Karas. Dibandingkan dengan Pantai Batu Karas gue lebih suka dengan Pantai Batu Hiu karena menyajikan pemandangan yang lebih indah dengan tebing batu karang di sisi pantai dan kita dapat menyaksikan keindahan pantai dengan laut lepas Samudra Hindia dari atas bukit.


Sebelum menikmati Pantai Batu Hiu kami mampir sejenak ke Pusat Penangkaran/konservasi penyu laut yang berlokasi di dekat Pantai Batu Hiu. Pusat penangkaran ini dikelola oleh Kelompok Pelestari Biota Laut (KPBL) Batu Hiu yang dipimpin oleh Kang Didin. Di tempat ini kita dapat menyaksikan tukik (anak penyu) di kolam-kolam penangkaran sambil mendengar penjelasan dari Kang Didin. Pada bulan-bulan tertentu dilakukan pelepasan tukik ke lautan lepas yang dapat disaksikan oleh para pengunjung.

Pantai ini dinamakan Batu Hiu karena ada batu yang terlihat di laut ini dan menyerupai sirip ikan hiu. Untuk menikmati indahnya pantai, kita bisa naik ke atas bukit kecil di pantai ini. Dari atas bukit itulah kita bisa melihat batu yang menyerupai sirip ikan hiu dan merasakan sejuknya angin laut.


Di bukit kecil yang ditanami pandan wong itulah tempat yang paling pas untuk menikmati pantai Batu Hiu. Yang unik, untuk naik ke atas bukit, kita melewati “gerbang” bukit berupa terowongan kecil yang berbentuk ikan hiu. Jadi, seolah-olah kita masuk ke dalam mulut ikan hiu. Kita juga bisa bermain air laut di sebelah bukit. Namun kami lebih tertarik untuk bersantai di atas bukit sembari menunggu saat-saat matahari terbenam dan tak lupa berfoto-foto tentunya.
Akhirnya momen sunset pun tiba dan kami menyaksikan saat-saat di mana matahari yang berpendar dengan wana kuning kemerah-merahan perlahan-lahan terbenam dengan indahnya di ufuk sebelah barat. Sungguh luar biasa tak terlukiskan dengan kata-kata karya Sang Pencipta ini.

Tiba saatnya kami beristirahat di tempat penginapan yang telah disediakan yang letaknya hanya sepelemparan batu dari Pantai Batu Hiu yaitu Pondok Pelangi 2. Rombongan kami yang berjumlah 12 orang menempati satu rumah sederhana dengan 3 kamar tidur dimana setiap kamar terdapat kamar mandi dan mendapat 1 extra bed di luar kamar (menempati ruang tamu). Namun tidak terdapat pendingin udara di rumah ini, hanya kipas angin saja yang tersedia sehingga malam itu terpaksa kami tidur dengan kondisi udara yang cukup panas. Selain itu juga kondisi penerangan di rumah tersebut sangat jelek dengan lampu penerang yang remang-remang sehingga membuat kondisi kurang nyaman.

Untuk makan malam kami didrop nasi kotak dari panitia yang berisi nasi dengan lauk ayam dan mie goreng serta air mineral. Tidak ada aktivitas atau acara yang diselenggarakan panitia malam itu sehingga setiap peserta memiliki acara bebas masing-masing. Rombongan kami sendiri hanya bersantai di tempat penginapan dengan ngobrol-ngobrol di teras penginapan dan menonton TV. Menjelang malam beberapa anggota rombongan kami membeli beberapa ekor ikan di sekitar pantai dan meminta warung di depan penginapan kami untuk membakar ikan tersebut dengan memberi sejumlah tips.
Hari 3 :
27 November 2011 Pagi hari acara bebas kami isi dengan jalan-jalan di pantai  sembari foto-foto. Namun karena pagi itu turun hujan dengan derasnya sehingga kami tidak dapat berlama-lama di pantai dan memaksa kami kembali ke penginapan untuk menikmati sarapan pagi berupa nasi goreng. Setelah beres-beres dan berkemas tepat jam 09.00 pagi bis meluncur pulang kembali ke Jakarta. Terbayang kami harus menempuh perjalanan selama 9 jam untuk tiba di Jakarta dengan kondisi bis yang sungguh menyayat hati L

Bis berhenti sejenak untuk makan siang di Rumah Makan Hade di Jalan Raya Sukahaji Ciamis sekitar pukul 12.00. Makanan disajikan secara buffet dengan menu ikan asam manis, rendang daging, sayur capcay dan keripik kentang serta kerupuk udang ditambah dengan segelas kecil jus jamu merah dan melon dengan rasa yang lumayan lezat. Selesai makan, perjalanan dilanjutkan kembali dan sekitar pukul 15.00 kami tiba di wilayah Garut untuk mampir ke toko oleh-oleh Sari Manis 3. Bermacam-macam oleh-oleh tersedia di toko ini untuk kami bawa pulang ke Jakarta mulai dari manisan buah-buahan salak, mangga, kedondong, buah pala, dan tak lupa penganan khas Garut yaitu Dodol Garut juga tersedia di sini.

Perjalanan kembali ke Jakarta sangat lancar dan kembali kami berhenti sebentar di rest area (lupa KM berapa?) jalan tol Cikampek-Jakarta untuk urusan toilet dan akhirnya sekitar pukul 19.30 kami tiba di Jakarta dengan selamat dengan membawa pengalaman dan kenangan indah akan Green Canyon.

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete