Wednesday, November 30, 2011

Sensasi Singapore yang Tak Ada Matinya........


Sensasi Singapore sebagai pusat wisata di Asia khususnya di Asia Tenggara memang tak ada matinya. Penantian selama 10 bulan sejak membeli tiket promo Air Asia seharga Rp 563rb net PP akhirnya berakhir dan mengantar gue kembali ke Singapore bersama teman-teman kantor (total 6 orang) pada tanggal 27-30 Oktober 2011 yang lalu dan ini merupakan kunjungan gue yang ke-3 ke Singapore. Sebenarnya gue enggan untuk kembali ke Singapore karena sebelumnya gue udah 2x ke sana, tetapi entah mengapa daya tarik negeri mungil ini yang bersih, rapi, tertib, teratur dan disiplin serta penasaran untuk mengunjungi Universal Studio Singapore (USS) akhirnya membuat gue ayuk aja ketika diajak teman-teman. 

Hari 1 :

27 Oktober 2011 Sesuai dengan jadwal penerbangan kami yang akan take off pukul 11.30 tetapi jam 08.30 kami sudah stand by di bandara  karena salah satu rekan kami akan terbang menggunakan airlines yang berbeda dengan kami yaitu JetStar (JQ) sedangkan kami berlima menggunakan Air Asia (QZ). Untuk mengirit ongkos taksi maka kami  share ongkos taksi ber-3 sehingga gue harus mencocokkan dengan jadwal temen gue yang akan terbang pukul 10.00 menggunakan JQ sehingga harus berangkat lebih awal ke bandara. Sedangkan 3 orang yang lain menggunakan jasa bus DAMRI.

Tiba lebih awal di bandara tak jadi masalah buat kami karena seperti biasa kami melipir dulu ke Premier Executive Lounge di Terminal 2D Bandara Soekarno Hatta setelah sebelumnya menyelesaikan urusan imigrasi terlebih dahulu dan 2 orang rekan kami yang lain yang datang belakangan menyusul masuk ke Executive Lounge. Sengaja kami tidak sarapan pagi di rumah dengan harapan untuk makan dan minum sepuasnya di Executive Lounge ini. Oh ya sebelum masuk ke Premier Exc. Lounge, gue meluncur dulu ke Gerai Starbuck untuk menikmati fasilitas gratis  makan+minum dari salah satu bank penerbit kartu kredit (ANZ). Hm...sejujurnya inilah kebahagiaan gue setiap kali traveling yaitu mendapat fasilitas gratis di sana sini di bandara dan ini benar-benar gue manfaatkan secara maksimal. Maka tak heran setiap kali akan traveling gue akan tiba 2-3 jam sebelumnya di bandara dengan harapan  tour dari satu lounge ke lounge yang lainnya.  Gak mau rugi nih ceritanya hehehehe....masa bodoh ah yang penting perut sudah kenyang sebelum masuk pesawat sehingga di pesawat ga perlu beli makanan lagi. Maklum naik pesawatnya yang low cost alias budget airlines sehingga makan+minum harus beli di atas pesawat.


Kami boarding tepat waktu dan teman kami yang menggunakan JQ sudah terbang terlebih dahulu dan kami berjanji akan bertemu di Bandara Changi Singapore. Tetapi karena padatnya traffic penerbangan pada saat itu di Soekarno Hatta sehingga pesawat yang kami tumpangi tertahan hampir 30 menit menunggu giliran lepas landas dan dipandu oleh petugas ATC (Air Traffic Control).

Pukul 14.30 pesawat Air Asia mendarat di Terminal 1 Bandara Changi Singapore dan kami segera bergegas menuju antrian imigrasi. Tak pernah terpikirkan oleh gue, drama di antrian imigrasi Kuala Lumpur bulan Mei silam  kembali terulang menimpa diri gue. Tiba giliran gue maju ke meja imigrasi, paspor gue diteliti sedemikian rupa dan tanpa ditanya satu kalimatpun gue diarahkan untuk menuju ruangan di sisi sebelah kiri imigrasi dengan diantar oleh seorang petugas imigrasi. Setelah paspor gue diserahkan oleh petugas imigrasi tersebut kepada rekannya gue dipersilahkan duduk menunggu di kursi tamu. Sembari menunggu, gue bertanya tanya dalam hati : ada apa yah, mau nanya ke petugasnya agak sedikit takut juga hehehehe. Tapi gue mencoba untuk tenang dan tidak panik. Sementara temen gue ber-4 telah selesai semua urusan imigrasinya dan menunggu di kejauhan dengan raut muka yang menunjukkan rasa heran dan was-was.

Setelah menunggu lebih kurang 10 menit gue dipanggil dan paspor gue diserahkan kembali tanpa ada penjelasan apapun. Akhirnya gue dipersilahkan untuk keluar setelah sebelumnya paspor gue dicap. Duh....bingung jadinya. Apakah nama gue yang  mirip dengan salah satu tersangka teroris yang masuk dalam daftar cekal imigrasi Singapore atau mungkin juga foto dan tampang gue yang mirip teroris serta atau atau lainnya menggelayut di pikiran gue. Tapi masa bodo lah yang penting gue udah bisa lolos dan bergabung kembali dengan teman-teman gue dan mereka langsung memberondong gue dengan sejumlah pertanyaan dan semua pertanyaan mereka gue jawab : TIDAK TAHU. Lah iya karena emang gue tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan imigrasi Singapore pun tidak memberi tahu ada masalah apa sebenarnya dengan paspor gue. Cape deh.....

Kami melangkah menuju pintu keluar kedatangan Terminal 1 untuk menuju Gerai Burger King (BK) yang menjadi meeting point dengan teman kami yang telah tiba terlebih dahulu. Semua mata tertuju ke Gerai BK dan pandangan mata kami menyapu setiap sudut area BK namun kok sosok temen kami tidak berhasil kami temukan. Aduh...di mana nih anak?begitu pikir kami. Bukankah sejak di Jakarta sudah ditentukan meeting pointnya di BK. Pake acara kelayapan lagi, begitu pikiran kami selanjutnya merangkai alur kisah yang sedang terjadi. Akhirnya kami berpencar mencarinya karena teman kami yang satu ini bukan Blackberry user sehingga beliau tidak bisa dihubungi. Akhirnya temen gue mengirimkan pesan singkat (SMS) menanyakan keberadaan dia di mana dan memberitahukan posisi kami di mana.

Namun tetap kami tidak berhasil menemukannya. Akhirnya kami menggunakan media situs micro blogging Twitter untuk melacaknya. Aha....akhirnya terdapat  titik terang karena beliau menjawab pesan kami via Twitter dengan menggunakan sarana internet gratis di bandara Changi. Singkat cerita akhirnya kami bisa berkumpul semua dan setelah di”interogasi” ternyata rekan kami tersebut menunggu di Gerai BK di dalam sebelum counter imigrasi. Ya ampun...sampai kapanpun juga ga bakal bisa ketemu karena kami menunggunya di Gerai BK di pintu keluar. Gubrak....mis persepsi ini membuat kami tertahan di Bandara Changi hampir 1 jam hanya untuk saling cari-carian!

Okay...bagaimanapun kami tidak mau memperpanjang lebar masalah yang terjadi karena kami  datang untuk bersenang-senang. Akhirnya kami bergegas menuju stasiun Skytrain yang disediakan gratis buat penumpang untuk mengantar kami menuju Terminal 2. Mengapa harus menuju terminal 2? Karena kami akan menggunakan transportasi MRT menuju pusat kota Singapore dan stasiun MRT ini terletak di Terminal 2. Iri rasanya setiap kali tiba di Bandara Changi ini karena fasilitas yang begitu lengkap tersedia dengan moda trasnportasi yang memudahkan setiap penumpang yang akan menuju pusat kota.

Setelah tiba di Terminal 2 kami menuju loket tiket MRT untuk membeli kartu EZ-Link. Kartu ini merupakan kartu langganan yang dapat digunakan untuk pembayaran tiket MRT, bis serta merchant makanan/restoran juga menerima kartu EZ-Link sebagai alat pembayaran elektronik. Harga perdana kartu EZ-Link yaitu SGD 12 (sekitar Rp 84rb) yang di dalamnya terdapat nilai SGD 7 (sekitar Rp 49rb) yang dapat digunakan sedangkan SGD 5 (sekitar Rp 35rb) di “lock” sebagai biaya administrasi. Isi ulang (top up) dapat dilakukan di semua Stasiun MRT dengan kelipatan SGD 10. Dengan menggunakan EZ-Link pembayaran menjadi lebih praktis karena kami tidak perlu membeli tiket setiap kali akan naik MRT selain itu harga per rute nya juga lebih murah dibandingkan kalo kita membeli secara eceran di setiap stasiun pemberangkatan.


Tujuan kami yaitu Stasiun China Town dan dari Bandara Changi kami harus berpindah di Stasiun Interchange Tanah Merah untuk mencapai Stasiun China Town dan di sekitar Stasiun MRT inilah hostel tempat kami menginap berada, sangat dekat hanya berjalan kaki sekitar 10 menit.  Setiba di Stasiun MRT China Town kami menyusuri Mosque Street untuk mencapai hostel tempat kami menginap yaitu Backpackers Inn.


Hostel sederhana ini sangat mudah ditemukan dan ternyata di sepanjang Mosque Street ini  bertebaran hostel-hostel lain yang tidak kalah menariknya. Proses check in berjalan lancar karena kami telah melakukan reservasi terlebih dahulu dari Jakarta. Gue dan temen gue yang cowok mengambil tipe kamar dormitory dengan tarif per malam SGD 25 per orang net (sekitar Rp 175rb) sedangkan temen-temen cewek mengambil private room yang kebetulan terdapat kamar dengan kapasitas 4 orang dan untuk per orangnya dikenakan biaya SGD 27.5 (sekitar 192rb). Hostel ini nyaman dan bersih walaupun kamarnya agak sedikit sempit sehingga kurang leluasa untuk jalan kesana kemari. Namun fasilitas yang disediakan  cukup lumayan, selain kamarnya ber-A/C, tempat tidurnya bersih dan nyaman, juga tersedia dapur yang bersih yang dapat dipakai memasak oleh para pengunjung, mesin cuci, air minum, komputer dengan fasilitas internet, Wi-Fi di setiap kamar dan toiletnya pun bersih walaupun penggunaannya secara sharing. Harus diakui, untuk harga hotel dan makan di Singapore termasuk dalam kategori mahal.


Tidak ada agenda khusus malam itu, setelah beristirahat sejenak dan mandi serta bersih-bersih kami meluncur ke kawasan Orchad Road untuk makan malam.  Tetapi 2 orang rekan kami memisahkan diri karena mereka memiliki agenda pribadi yaitu seorang pergi ke Marina Bay Sands untuk menonton pertunjukan drama musikal Lion King dan satu lagi janji ketemuan dengan rekannya yang warga lokal Singapore juga di Marina Bay Sands. Yah...Marina Bay Sands sekarang menjadi kawasan favorit sebagai tempat nongkrong, belanja dan berjudi bagi kalangan yang tentunya banyak duitnya! Sebenarnya gue ditawarin untuk nonton pertunjukan drama musikal Lion King ini, tapi setelah tahu harga tiketnya yang mencapai SGD 128 (sekitar Rp 896rb!) gue mundur perlahan-lahan hehehehe

Akhirnya kami ber-4 memilih food court pusat perbelanjaan Takashimaya sebagai tempat makan malam dan ternyata suasana food court malam itu ramainya minta ampun yang sekilas keliatannya didominasi oleh orang Indonesia. Ini terdengar dari celotehan mereka yang lu gue lu gue. Ah...Indonesia banget deh hehehe. Akhirnya mau tidak mau kami harus duduk berpencar karena kesulitan untuk mendapatkan tempat duduk buat ber-4 dan  kami hanya mendapatkan tempat duduk buat ber-2 ber-2. Pilihan makan malam gue yaitu Hai Nan Chicken Rice yang ditebus dengan harga SGD 6.70 (nyaris Rp 47rb). Hm....lumayan mahal tapi rata-rata yah harganya segitu apalagi harga makanan di dalam mall gitu loh!

Kami tidak bisa berlama-lama di food court tersebut karena selain duduknya yang terpencar kami juga telah diantri oleh pengunjung lain yang ingin menggunakan tempat kami. Akhirnya sisa waktu malam itu kami gunakan dengan nongkrong di sepanjang Orchad Road sembari berfoto-foto dan menikmati es potong ala Singapore. Es  potong ini dibandrol seharga  SGD 1 (sekitar 7rb) per potongnya dan dibalur dengan wafer atau roti tawar (pilih salah satu) serta tersedia dalam aneka rasa, tetapi favorit gue yaitu Macadamia dan Mint.  Sungguh lezat es potong ini sehingga membuat kami semua ketagihan. Gue dan 2 orang temen gue yang lain sampai membeli 2 potong. Menikmati es potong ini sambil duduk nongkrong di Orchad Road di malam hari sembari memperhatikan orang-orang yang lalu lalang dengan segala pola tingkah laku mereka sungguh mengasyikkan dan sesuatu banget! Apalagi Orchad Road ini merupakan “roh “dan “jantung”nya Singapore yang tidak pernah berhenti berdetak selama 24 jam!


Hari 2 :

28 Oktober 2011 Agenda kami hari ini yaitu menjelajahi kawasan Sentosa satu hari penuh. Sebelumnya kami menyempatkan diri untuk sarapan pagi di sekitar hostel yaitu di PPC (People’s Park Center). Cukup banyak pilihan makanan di kawasan ini di pagi hari (apalagi siang dan malam hari) karena kawasan China Town memang terkenal sebagai surga kuliner di Singapore. Tetapi untuk kalangan non-muslim harus ekstra hati-hati dalam memilih makanan di daerah ini dan harus benar-benar yakin bahwa makanan yang akan dibeli termasuk kategori halal. Pilihan kami pagi itu di kedai yang menyediakan semacam nasi campur persis seperti masakan rumahan tetapi lebih bervariasi. Gue sendiri memilih nasi + ayam goreng gulung 3 potong + telur ceplok + tumis sayur buncis dan harus membayar SGD 2.8 (sekitar Rp 19rb), tidak terlalu mahal juga dan rasanya juga bisa diterima lidah.


Setelah perut kenyang terisi, tanpa buang-buang waktu kami segera meluncur ke Stasiun MRT Harbour Front (satu atap dengan Vivo City Mall) dan disambung dengan ekspress train menuju Beach Station di mana terdapat Resort World Sentosa (RWS) yang kondang dengan Universal Studio Singapore (USS) di dalamnya. Oh ya yang berangkat ke RWS ini hanya 5 orang karena seorang rekan yang lain sudah pernah datang kemari tahun 2009 yang lalu dan beliau memilih acara pribadi pada hari itu.

Pukul 08.30 kami sudah tiba di USS dan pintu masuk baru dibuka pukul 09.30. Kami sengaja datang pagi-pagi untuk menghindari antrean panjang di pintu masuk. Sembari menunggu pintu gerbang dibuka, kamerapun kami mainkan di lokasi sekitar pintu masuk USS. Bola berputar raksasa dengan tulisan atau logo “UNIVERSAL” tak pelak menjadi ikon dan merupakan latar belakang “wajib” buat berfoto-foto. Pengunjung sudah mulai ramai pada saat itu dan semuanya mengisi waktu sambil menunggu pintu masuk dibuka dengan tebar pesona di depan kamera masing-masing tak terkecuali rombongan kami hehehehe.

Harga tiket masuk terusan satu hari USS untuk dewasa  yaitu SGD 66 (sekitar Rp 462rb)  pada hari Senin-Jumat dan SGD 72 (Rp 504rb) pada hari Sabtu, Minggu serta hari libur. Harga tersebut termasuk mahal memang bila dibandingkan dengan harga tiket Dufan Jakarta yang “cuma” sekitar 200rb di akhir pekan. Namun kami hanya membayar per orang sebesar SGD 52.8 (sekitar Rp 370rb) karena mendapat harga promo untuk pembelian online dengan menggunakan kartu kredit Mastercard (diskon 20%). Hm....walaupun 20% namun rasanya sesuatu banget yang namanya diskon itu hehehehe.

Selesai berfoto-foto ria kami mengambil posisi mengantri di pintu masuk yang saat itu antriannya sudah lumayan panjang. Tepat pukul 09.30 pintu masuk pun dibuka dan pengunjung dengan tertib masuk satu persatu dan petualangan serupun dimulai! USS merupakan wahana bermain outdoor dan yang pertama kali dibuka di kawasan Asia Tenggara namun yang kedua di Asia setelah Universal Studios Jepang. Grand opening USS dilakukan pada Januari 2010. Di dalam USS ini terdapat 17 macam wahana permainan yang dibagi dalam 7 Zone yaitu : The Lost World, Madagascar, Far Far Away, Ancient Egypt, Sci-Fi City, New York dan Hollywood.

Di depan pintu masuk disediakan brosur yang berisikan peta lokasi permainan USS sehingga kita dapat dengan mudah menentukan permainan apa yang akan kita coba serta lokasi permainan yang kita inginkan.  Sebagai pembuka kami menjajal permainan di Zone Madagascar yaitu A Crate Adventure. Di wahana ini pengunjung naik perahu selama lebih kurang 10 menit dan mengarungi kanal buatan di dalam ruangan yang berisikan karakter-karakter tokoh di film Madagascar yang tersaji dalam tatanan suara dan gerak dari tokoh-tokoh tersebut. Hm....menurut  gue wahana ini biasa-biasa aja dan tidak jauh berbeda dengan wahana Istana Boneka yang terdapat di Dufan Jakarta.


Permainan berlanjut ke Zone Far Far Away dan kali ini kami terdampar di wahana Enchanted Airways yang tidak lain merupakan permainan roller coaster dalam bentuk mini. Kurang seru ah apalagi permainannya hanya berlangsung satu putaran. Namun hal tersebut telah cukup membuat salah satu rekan kami merasa mual dan pusing. Wah baru tahap pembukaan saja sudah merasa mual dan pusing apalagi masuk ke permainan yang lebih menantang nantinya, bisa rontok dong, begitu komentar kami kepada dia.

Petualangan berikutnya membawa kami kepada wahana Shrek 4-D Adventure masih di Zone Far Far Away. Di wahana ini kita masuk dan duduk dalam semacam gedung teater dengan kapasitas lebih kurang 200-300 orang dan disajikan penggalan film Shrek dengan tokoh utama Shrek dan Princess Fiona dan tersaji dalam format 4-D. Nah di wahana ini baru gue acungi jempol dan sungguh memuaskan, namun durasinya sangat singkat yaitu hanya sekitar 15 menit.  Karena kami datang pada weekday yaitu hari Jumat sehingga antrian setiap wahana tidak terlalu panjang sehingga kami dapat dengan cepat menikmati permainan yang ada tanpa perlu antri yang lama.


Petualangan di Zone Madagascar kami akhiri dengan wahana Donkey Live yaitu pertunjukan seekor keledai selama 15 menit dimana keledai tersebut dapat bernyanyi dan memperlihatkan kepiawaiannya di depan penonton serta melakukan dialog interaktif dengan 2 orang pengunjung yang dipilih secara random oleh host nya. Kesan gue pertunjukan ini biasa aja dan tidak terlalu istimewa.


Zone The Lost World menjadi incaran kami berikutnya dan wahana yang kami mainkan yaitu Canopy Flyer. Dalam permainan ini pengunjung naik ke semacam kereta gantung dengan kapasitas masing-masing 4 orang dengan formasi 2 di depan dan 2 di belakang dengan posisi saling membelakangi dan kereta gantung tersebut meluncur mengitari area Jurrasic Park di Zone The Lost World. Lagi-lagi gue menilai permainan ini juga biasa aja karena kereta gantungnya pun meluncur hanya 1 putaran saja, sangat singkat dengan durasi hanya sekitar 5-8 menit.

Nah masuk ke permainan ke-6 baru membuat adrenalin kami memuncak yaitu wahana Revenge of the Mummy yang terdapat di Zone Ancient Egypt. Karena masih trauma dengan permainan roller coaster mini sebelumnya, temen gue 2 orang memutuskan untuk tidak menjajal permainan ini dan hanya menunggu di luar menjadi penjaga tas serta kamera kami yang bermain (3 orang) karena memang tidak diperkenanakan membawa barang apapun untuk bermain di wahana ini.  Tersedia locker yang dapat digunakan utk menyimpan barang-barang pada saat kita bermain tanpa dipungut bayaran alias gratis.  Wahana ini juga merupakan permainan roller coaster dalam bentuk lain dimana roller coasternya meluncur pada track di dalam ruangan yang gelap dengan latar suara dan visual film Return of Mummy yang terkenal itu dan uniknya roller coaster tersebut dibuat dapat bergerak mundur serta meliuk-liuk dengan putaran yang lebih menantang!  Seru dan gue sangat suka dengan permainan yang satu ini!


Untuk meredakan adrenalin yang baru terpacu kencang, kami memilih wahana yang lebih santai untuk selanjutnya yaitu Treasure Hunter masih di zona yang sama. Sebenarnya permainan ini ditujukan khusus untuk anak-anak tapi untuk cooling down ga ada salahnya kami bersantai sejenak di wahana ini hehehhe. Di dalam wahana ini pengunjung naik ke sebuah mobil kuno yang berkapasitas 4 orang dan mobil berjalan tersebut berjalan di atas rel yang mengitari Zone Ancient Egypt dengan suasana Mesir tempo dulu. Tidak ada yang istimewa dari permainan ini karena memang ditujukan untuk anak-anak tapi setidaknya membantu meredakan ketegangan kami dan sebagai persiapan untuk permainan selanjutnya yang lebih menantang.

Tak terasa sudah tengah hari dan saatnya sekarang untuk makan siang. Banyak tempat makan yang tersebar di dalam USS ini dengan beragam pilihan makanan yang ditawarkan. Namun hal yang biasa kalau membeli makan dan minum di dalam tempat wisata sudah dapat dipastikan harganya selangit alias mahal! Hehehehe. Setelah lirik sana lirik sini akhirnya pilihan makan siang kami jatuh pada Discovery Food Court yang letaknya di Zone The Lost World. Pertimbangannya karena di food court ini tersedia beberapa pilihan makanan sehingga kami memiliki beberapa alternatif untuk menentukan makan siang kami masing-masing.   Gue memilih menu Singapore Roast Chicken Rice + sayur tauge + air mineral ukuran sedang + puding kembang tahu dengan harga SGD 12.5 (nyaris Rp 90rb!). Huufft....harga yang cukup fantastis namun apa boleh buat, tuntutan perut mengalahkan segalanya. Karena pengunjung yang sangat ramai membuat kami kesulitan untuk mencari tempat duduk untuk 5 orang. Akhirnya kami harus berpencar tempat duduk untuk 2 dan 3 orang.


Di saat sedang menikmati makan siang tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Memang bulan-bulan tersebut Singapore telah masuk dalam musim hujan jadi hujan dapat turun tiba-tiba. Untung kami telah menyelesaikan beberapa permainan sehingga tidak terganggu dengan hujan yang turun saat itu. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya hujan reda  dan kami kembali bersiap untuk ke permainan selanjutnya. Karena baru selesai makan berat dan perut masih terasa kenyang maka kami menghindari jenis permainan yang ekstrem yang bisa membuat muntah kembali.

Penjelajahan masuk ke Zone New York dan Lights, Camera, Action!Hosted by Steven Spielberg menjadi tujuan kami. Antrian tidak terlalu panjang sehingga kami dapat langsung masuk. Seperti kita ketahui Steven Spielberg merupakan sutradara kondang film-film box office diantaranya Jurassic Park dan di dalam wahana ini kita dapat disajikan tehnik pengambilan gambar dalam film yang disutradarai oleh Steven Spielberg yang pada saat itu menampilkan effect gambar dan suara dari situasi hurricane. Semua objek yang ditampilkan sesuai aslinya seperti jembatan, kapal, dermaga dll. Wuih....keren walaupun pertunjukannya hanya sekitar 10 menit saja.


Akhirnya permainan hari ini masuk ke gongnya yaitu Battlestar Galactica di Zone Sci-Fi City. Permainan jenis roller coaster ini mempunyai 2 jenis yaitu Cyclon (blue track) dan Human (red track). Beda Cyclon dan Human yaitu kalau Cyclon kita bermain dalam posisi duduk sedangkan Human dalam posisi berdiri. Bagi yang tidak kuat dan mempunyai kondisi jantung yang lemah tidak disarankan untuk mencoba permainan ini yang menurut gue sangat ekstrem dan membuat adrenalin bergejolak. Kecepatan roller coaster ini 82.8 km/jam dan meluncur pada track secara meliuk-liuk menyamping dan berputar 360o . Karena pada saat itu baru selesai hujan deras maka gue membatalkan untuk mencoba permainan ini karena pertimbangan safety dan arena permainan yang masih basah.


Namun 2 temen gue yang lain tetep keukeuh untuk mencobanya dan mereka langsung mengambil posisi mengantri sedangkan kami ber-3 menunggu dengan duduk-duduk di sekitar arena permainan. Di tengah antrian menunggu giliran bermain, hujan turun kembali dengan derasnya namun permainan terus berlanjut dan wahana tetap dioperasikan. Hufft.....untung gue mengambil keputusan membatalkan permainan ini karena gue sendiri tidak membawa pakaian ganti dan rada serem juga bermain roller coaster di tengah hujan deras seperti itu. Iihh.......

Maksud hati untuk menyaksikan pertunjukan Monster Rock di Zone Hollywood namun karena pintu sudah ditutup sehingga kami tidak sempat untuk menyaksikannya. Akhirnya kami mengakhiri kegiatan di USS ini dengan mampir di Merchandise Store dan beberapa teman sempat membeli suvernir khas USS.

Langkah kaki kami lanjutkan ke Sentosa Resort dengan menumpang ekspress train untuk menyaksikan pertunjukan Songs of the Sea pukul 19.30. Songs of the Sea merupakan pertunjukan musikal dengan perpaduan permainan tata cahaya serta air mancur (fountain) di mana lokasi pertunjukannya berlangsung di arena terbuka di tepi laut dan pengunjung harus membayar tiket seharga SGD 10 (sekitar Rp 70rb) dengan durasi selama 30 menit. Menurut gue alur ceritanya biasa aja, yang istimewa adalah permainan tata cahaya dipadu dengan air mancur yang membuat pertunjukan ini istimewa.


Selesai pertunjukan kami mampir terlebih dahulu ke Vivo City Mall di Harbour Front untuk makan malam di food court yang terdapat di dalam mall. Setelah berkeliling pilihan gue jatuh kepada counter masakan Indonesia dan penjualnya pun ternyata orang Indonesia. Untuk makan malam ini gue harus merogoh kocek sebesar SGD 5.5 (sekitar Rp 39rb) dan rasaya cukup bisa dipertanggung jawabkan.

Seakan-akan belum mau diajak beristirahat, kaki-kaki kami melangkah menuju kawasan Clarke Quay yang merupakan tempat nongkrong bagi kawula muda Singapore juga para turis asing. Kawasan ini semarak dengan cafe-cafe yang bertebaran di sepanjang jalan serta para pedagang yang hanya muncul sejak sore hari dengan beragam barang yang ditawarkan. Kami berhenti sejenak duduk di tepi Singapore River sambil menikmati es potong seharga SGD 1 (sama persis dengan di Orchad Road ) dan memperhatikan kapal yang berlayar membawa turis menyusuri Singapore River di malam hari.

 
Hari 3 :

29 Oktober 2011 hari ini dibuka dengan sarapan pagi masih di kawasan PPC dan menu gue pagi ini yaitu Roast Chicken Noodle seharga SGD 4.5 (sekitar Rp 32rb). Perjalanan pagi menuju  Patung Merlion Singapore di kawasan Raffles. Tapi kami mampir sejenak di taman di depan Hotel Fullerton untuk berfoto-foto dan kemudian bergeser ke Cavenagh Bridge serta Asian Civilization Museum. Setelah menyusuri jalan kami tiba di kawasan Merlion Park yang pagi itu sudah sangat ramai dipadati pengunjung. Tempat ini merupakan favorit untuk berfoto-foto dengan latar belakang Patung Merlion, Esplanade dan Marina Bay Sands dan menyajikan pemandangan yang sungguh indah.


Setelah puas befoto di kawasan Merlion, kembali kami berjalan kaki menyusuri jalan hingga tiba di Esplanade Building yaitu gedung dengan bentuk seperti durian yang dipakai sebagai tempat berbagai pentas atau pertunjukan, berlanjut melintasi Helix Bridge hingga tiba di Marina Bay Sands yang merupakan ikon baru Singapura.


Marina Bay Sands adalah pusat hiburan terpadu seluas 20 ha yang  menghadap ke Teluk Marina. Dikembangkan oleh Las Vegas Sands, dan merupakan investasi tunggal paling mahal di dunia dengan biaya SGD 8 miliar (sekitar Rp.56 triliun).


Tempat wisata ini memiliki 2.561 kamar hotel, ruang pameran dan pertemuan seluas 120.000m², mal The Shoppes dan ArtScience Museum, Sands Theatre dan Grand Theatre, tujuh restoran koki selebriti, dua pavilyun mengambang, kasino dengan lebih dari 600 meja judi dan 1.500 mesin jakpot. Kompleks ini dinaungi Sands SkyPark sepanjang 340 meter dengan kapasitas 3.900 orang dan kolam renang tanpa batas (infinity edge) sepanjang 150 meter, yang merupakan ruang menggantung terbesar di dunia dengan kantilever sejauh 67 meter di menara utara (Tower 3). Untuk naik ke Sky Park ini pengunjung dikutip bayaran sebesar SGD 20 (sekitar Rp 140rb). Begitu tahu harganya segitu, kami semua mundur teratur dan putar balik badan hehehe.

Direncanakan dibuka pada 2009, namun Las Vegas Sands mengalami beberapa persoalan karena meningkatnya biaya bahan bangunan dan kekurangan tenaga kerja pada saat itu. Krisis keuangan global saat itu juga menekan perusahaan pengembang untuk menunda proyeknya dimana-mana termasuk tempat ini.

Tempat wisata ini resmi dibuka dengan dua hari perayaan pada 23 Juni 2010 mulai pukul 15:18, setelah dibuka sebagian termasuk kasino pada 27 April 2010. Namun semuanya belum selesai pada pembukaan April, beberapa masih belum sempurna penyelesaiannya. Sands Sky Park dibuka sehari kemudian pada 24 Juni 2010. Teater dibuka tepat waktu dengan penampilan pertama oleh Riverdance pada 30 November 2010. Pavilyun mengambang direncanakan selesai seluruhnya di tahun 2011. Ski es dalam ruangan yang menggunakan es buatan dibuka dengan penampilan Michelle Kwan pada 18 Desember 2010. The ArtScience Museum dibuka untuk umum dengan pesta laser dan pertunjukan air selama 13 menit dengan judul Wonder Full pada 19 Februari 2011 menandai selesainya seluruh tempat wisata terpadu ini.

Pembukaan akbar pada 17 Februari 2011 juga ditandai dengan akan dimulainya pertunjukan musik Broadway berjudul The Lion King yang dimulai pada 3 Maret 2011 serta berakhir pada 31 Oktober 2011.
Setelah menjelajahi kawasan Marina Bay Sands kami berencana makan siang di Lau Pa Sat Festival Market di kawasan Raffles Quay. Dengan konsep mirip food hall dengan puluhan kios yang tersebar sehingga kami bebas memilih makanan  yang kami inginkan. Gue memilih makanan Korea siang itu ditambah dengan juice dan buah2an segar (maklum sudah 3 hari di Singapore tidak menyantap buah) sehingga gue harus mengeluarkan uang sebesar total SGD 9 (sekitar 63rb). Sebenarnya gue mencari Satay Singapore di tempat ini tapi nggak nemu di kios yang mana?


Sesuai dengan jadwal, perjalanan dilanjutkan ke Bugis Street untuk berbelanja. Di tempat ini kami berpencar untuk memilih barang-barang yang ingin kami beli dan jam 4 sore berkumpul kembali dengan meeting point di restoran cepat saji Burger King di depan Bugis Street. Gue sendiri hanya membeli beberapa magnet kulkas di Bugis Street ini sembari ngemil kue Mochi seharga SGD 1.5 (sekitar Rp 10rb). Hm...lezatnya Mochi ini dengan ditemani  es tebu yang segar seharga SGD 1. Tatkala menunggu teman-teman yang belum selesai berbelanja, hujan turun kembali dengan derasnya dan kami terjebak di Bugis Street. Sambil menunggu hujan berhenti kembali es potong Singapore seharga SGD 1 gue hajar.
Setelah hujan berhenti, napak tilas hari ini berlanjut ke Singapore Flyer yang juga merupakan jenis permainan baru di Singapore.


Singapore Flyer adalah kapsul pengamatan tertinggi di dunia, dengan tinggi 165 meter, lebih tinggi 5 meter dari Star of Nanchang di China dan 30 meter lebih tinggi dari London Eye di Inggris. Singapore Flyer menawarkan pemandangan 3 negara sekaligus, yaitu Singapore, Indonesia (Batam) dan Malaysia (Johor).


Kapsul terakhir dipasang pada 2 Oktober 2007, roda mulai diputar pada 11 Februari 2008 dan Singapore Flyer resmi dibuka untuk umum pada tanggal 01 Maret 2008. Tiket terjual untuk 3 malam pertama senilai SGD 8,888 (sekitar Rp 63,993,600) sebuah angka yang menurut kepercayaan Tionghoa adalah angka keberuntungan. Ketika dibuka pertama kali menjadi tempat pengamatan pemandangan tertinggi di Singapura.

Singapore Flyer terdiri dari roda pengamatan berdiameter 150 meter, pada keliling roda tersebut terdapat 28 kapsul berpendingin udara yang dapat menampung 28 orang, dan gedung terminal 3 lantai yang didalamnya terdapat toko souvenir, restoran, dan bar. Untuk berputar satu putaran penuh, Singapore Flyer membutuhkan waktu 37 menit. Pada awalnya, Singapore Flyer berputar berlawanan arah jarum jam, namun atas saran ahli Feng Shui, putaran Singapore Flyer diubah arahnya pada tanggal 4 Agustus 2008.

Untuk menikmati wahana Singapore Flyer ini setiap pengunjung harus membayar sebesar SGD 29.5 (sekitar Rp 206rb), tetapi  kami hanya membayar per orang sebesar SGD 26.55 (sekitar Rp 186rb) karena sedang ada promo diskon 10% untuk pembelian secara online. Hm...lumayan mahal juga harga untuk permainan sekitar 30 menit saja. Namun setidaknya kami mendapatkan pengalaman baru menikmati permainan ini.

Setelah menuntaskan permainan Singapore Flyer, kaki segera beranjak menuju Mustafa Center (MC) di kawasan Little India (pilih Farrer park MRT Station). Pusat perbelanjaan ini terletak di Syed Alwi Road dan buka sepanjang hari selama 24 jam penuh! Dibuka sejak tahun 1995, MC menjual lebih kurang 150,000 items yang terdiri dari 4 lantai sehingga tidak salah menyebut MC ini sebagai toko serba ada, mulai dari pakaian, kaos, kain sari khas India, tas, elektronik, telephone selular, kosmetik, parfum, peralatan rumah tangga, tas koper, snack, coklat, permen dll dan mempekerjakan sebanyak 1,270 karyawan. Kalau saja keinginan ini tidak direm, bisa kalap berbelanja di sini karena melihat ini itu semua kepingin hehehehe. Gue sendiri menghabiskan SGD 41.95 (sekitar Rp 295rb) di sini dengan berbelanja snack, coklat dan makanan lain untuk oleh-oleh dan dikonsumsi sendiri.

Tak terasa akhirnya perut terasa lapar juga dan kami memilih kawasan Little India sebagai tempat makan malam kami dengan singgah di kedai makan yang menjual bermacam-macam masakan. Pilihan gue malam itu yaitu nasi goreng seafood + air mineral ukuran sedang seharga SGD 6 (sekitar Rp 42rb). Dan akhirnya kami semua pulang ke hostel malam itu dengan terseok-seok sambil membawa barang belanjaan karena kaki sudah terasa cenat-cenut dan seperti biasa olesan counterpain mengakhiri kegiatan kami malam itu sebelum kami semua tidur dengan pulas.


Hari 4 :

30 oktober 2011 Menu sarapan pagi ini agak sedikit berbeda yaitu dimsum masih di kawasan PPC dan kami share untuk 3 orang, sedangkan 2 teman yang lain memilih menu sarapan yang lain. Oh ya hari ini satu rekan kami pulang ke Jakarta lebih dahulu dengan penerbangan Air Asia di pagi hari karena ada urusan keluarga di Jakarta.

Selesai sarapan pagi, kami menyusuri sudut lain di Singapore yang belum pernah kami kunjungi yaitu Holland Village dan kebetulan ada jurusan MRT yang langsung ke sana sehingga untuk mencapai tujuan sangat gampang. Tempat ini merupakan lokasi nongkrong favorit para ekspatriat di Singapore. Banyak restoran, cafe, toko-toko bertebaran di wilayah yang tidak terlalu luas ini. Namun karena kami datang di Minggu pagi, suasananya masih lenggang dan belum terlihat geliat aktivitas di situ. Tempat ini cocok didatangi pada senja hingga malam hari  karena banyak warga yang berkumpul memenuhi resto, cafe, bar yang terdapat di situ sehingga suasananya menjadi lebih hidup.


Tanpa sengaja ketika berkeliling di situ, mata kamu tertuju pada suatu kedai dengan papan nama “Katong Laksa 363”. Apakah ini cabang dari Laksa Katong yang kondang itu? Kami saling bertanya-tanya. Akhirnya karena begitu penasaran dan memang niat kami untuk menyantap Laksa Katong yang belum kesampaian maka kamipun masuk ke kedai itu dengan memilih tempat duduk di bagian luar. Kami segera memesan laksa seharga SGD 4.7 (sekitar Rp 33rb) dengan tambahan topping fish cake. Ternyata setelah ditanya kepada sang pedagang, laksa ini bukan merupakan cabang dari Laksa Katong, yah...tertipu deh begitu pikir kami. Namun setelah pesanan datang dan kami menyantapnya ternyata rasanya  tidak mengecewakan dan mak nyus juga!


Sayang kami tidak dapat berlama-lama di Hollad Village karena kami harus segera kembali ke hostel untuk check out pukul 12.00. Namun kami mampir sejenak ke Orchad Road untuk menikmati es potong di hari terakhir namun tak kesampaian karena entah penjualnya libur di hari Minggu atau belum menggelar dagangannya di jam segitu.  Setelah check out, masing-masing kami memanggul ransel menuju Bugis Junction untuk makan siang di sana. Sesampai di Bugis Junction kami berpencar, sebagian memilih Yoshinoya dan sebagian lagi memilih SubWay sebagai menu siang itu. Gue sendiri memilih Yoshinoya sebagai tempat makan terakhir di Singapore kali ini dan membayar SGD 6.6 (sekitar Rp 46rb) untuk makan siang itu.


Akhirnya kami harus mengakhiri kegiatan kami di Singapore hari itu dengan meluncur ke Bandara Changi di Terminal 1 untuk kembali ke Jakarta dengan penerbangan Air Asia kembali yang akan lepas landas pukul 17.45. Sebelum lepas landas  gue sempat mencoba alat pijat kaki gratis yang disediakan di sekitar ruang tunggu. Lumayan untuk meregangkan otot-oto kaki sebelum kembali ke Jakarta. Sekitar pukul 18.30 pesawat mendarat di Bandara Soekarno Hatta dengan membawa sejuta kenangan di Singapore.

5 comments:

  1. berguna blog nya buat yang belum pernah mencicipi sing hehehe. tku so much :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
  2. Tks Christine, semoga membantu dan informasinya bermanfaat buat persiapan jalan2nya nanti :)

    ReplyDelete
  3. Bang,beli tiketnya online kan?pake kartu kredit? Pada saat check in ditanya kartu kreditnya gak? Ini sbnrnya kesing yg mw ke 2 x tp yg pertama beli cash tiket pesawatnya nah skrg mw coba pake kartu kredit.mohon infonya ya? O Ɣå媪 waktu itu blm ada transformer ya?skrg udah ada n bagus bgt,mgkn masnya mw kesana untuk yg ke 4x Heђёђёђёђёђё,, reply ke email aku ya mas, [τ̲̅н̲̅a̲̅и̲̅κ̲̅ ч̲̅o̲̅u̲̅] leninaguzelaja@gmail.com

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete