Saturday, October 27, 2012

SOLO Part 2 : Spirit yang Tak Pernah Pudar

Pasar Klewer

Berjalan di sebelah utara komplek alun-alun keraton kami menjumpai Pasar Klewer yang legendaris itu. Pasar Klewer telah ada sejak jaman penjajahan Jepang pada tahun 1940-an dan merupakan sentra batik yang sangat terkenal dan terbesar di Indonesia. Pengunjung dapat berjalan dengan menyusuri setiap lorong dan blok yang menyediakan beragam dan aneka jenis batik mulai dari batik Solo, batik Jogja, Batik Pekalongan, batik Madura dll dengan variasi harga yang dapat ditawar.


Sayangnya Pasar Klewer ini sangat sempit dan berdesak-desakan sehingga gue pribadi kurang nyaman dan tidak membeli apa-apa di sini.
Hiruk Pikuk di Dalam Pasar
Akhirnya kami ber-3 sepakat untuk berpindah ke Pasar antik Triwindu yang terletak di Jalan Diponegoro. Pasar yang bangunannya terdiri dari 2 lantai ini terdiri dari kios-kios yang menjual barang-barang antik dan jarang kita jumpai.
Pasar Antik Triwindu
Situasi Beranda Pasar
Menyusuri lorong di lantai satu kita akan menjumpai pedagang yang menjual barang-barang yang sudah jarang kita lihat dan temui berupa uang dan koin kuno, kain batik, wayang, patung Budha dll.
Suasana Dalam Pasar
Mau Cari Barang Antik dan Unik?
Namun saat naik ke lantai 2 suasananya sudah saat sepi karena banyak kios yang sudah tutup. Ternyata kami baru sadar karena pasar ini mengakhiri kegiatannya pada pukul 4 sore.

Ke Solo tidak sah rasanya kalau tidak mampir dan mencobai Serabi Notosuman yang terkenal itu. Setelah bertanya-tanya kepada orang di jalan, kami segera meluncur ke Jalan M. Yamin.  jalan ini banyak ditemui toko-toko yang menjual serabi.

Kami sempat bingung mau memilih toko serabi yang mana. Di beberapa referensi yang gue baca merekomendasikan Serabi Notosuman M. Yamin No. 28 tapi ketika kami masuk ke toko serabi tersebut suasananya nampak sepi. Akhirnya kami diarahkan tukang parkir untuk mampir di toko serabi M. Yamin No.49.
Serabi Notosuman
Di benak dan bayangan gue, toko serabi ini menyediakan meja dan kursi sehingga pengunjung dapat makan di tempat sembari bersantai. Namun ketika memasuki toko bayangan gue segera sirna karena di toko tersebut hanya menyediakan kursi ala kadarnya buat pengunjung yang menunggu pesanan. Rupanya kebanyakan para pembeli membeli serabi untuk dibawa pulang dan tidak dimakan di tempat.

Akhirnya kami membeli secara take away dan dimakan bersama-sama di dalam mobil sedangkan Joss membeli satu boks lagi untuk dibawa pulang ke Jogja. Ternyata benar rasa serabi ini sungguh enak dan legit serta memiliki 2 pilihan rasa yaitu serabi polos dan yang diberi topping coklat.

Solo juga memiliki perkampungan batik yaitu di daerah Laweyan dan Kauman. Joss mengajak gue untuk mampir ke salah satu perkampungan tersebut dan akhirnya kami sepakat memilih Laweyan untuk kami kunjungi.
Peta Kampung Batik Laweyan
Seperti biasa, setelah bertanya kesana kemari di jalan yang dilalui, kami tiba di Kampung batik Laweyan. Kampung batik Laweyan ini benar-benar sebuah perkampungan dan masuk ke sebuah jalan kecil. Di sepanjang jalan kecil ini berderet rumah-rumah yang dijadikan sentra pembuatan kain batik.
Suasana Sore di Kampung Laweyan
Secara random kami masuk ke sebuah rumah yang juga difungsikan sebagai tempat produksi dan sekaligus tempat berjualan produk batik seperti pakaian dll. Kami meminta ijin kepada pemiliknya untuk masuk ke dalam dengan maksud untuk melihat proses pembuatan kain batik. Kami diijinkan masuk ke dalam namun sayangnya proses pembuatan kain batik secara manual telah berakhir pukul 4 sore sedangkan kami tiba di lokasi sekitar pukul 4.30 sore. Ah...sedikit rasa kecewa melanda kami semua.
Peralatan Membatik
Penasaran dengan tempat yang bernama Taman Balekambang, akhirnya kami putuskan untuk mendatanginya. Hanya sekitar 15-20 menit dari kampung batik Laweyan kami tiba di Taman Balekambang ini.
Taman Balekambang
Untuk masuk ke taman ini sendiri tidak dikenakan biaya hanya dipungut untuk biaya parkir mobil sebesar Rp 3rb. Taman Balekambang sendiri sesuai namanya terletak di Jalan Balekambang dengan luas 9.8 ha. Banyak warga yang memanfaatkan tempat ini untuk beristiahat, bersantai dan bermain terutama di saat akhir pekan. Taman ini sendiri sangat asri dan nyaman sehingga menjadi tempat alternatif untuk melepaskan kepenatan. Terdapat beberapa ekor rusa yang berkeliaran membuat taman ini semakin “hidup”.

Rusa Berkeliaran Bebas

Di tengah taman terdapat bundaran air mancur dan di tengah bundaran (yang sedang tidak ada air mancurnya) terdapat patung seorang wanita yang bernama Partinah Bosch (namanya berbau Belanda). Sayangnya tidak ada penjelasan tokoh Partinah Bosch itu siapa??
Patung Partinah Bosch
Keasrian taman ini dilengkapi dengan sebuah danau buatan dan di tengah danau ini juga terdapat sebuah patung berdiri di tengah danau yang bernama Partini Tuin. Lagi-lagi tidak ada penjelasan siapa sebenarnya Partini Tuin itu??
Patung Partini Tuin
Hm.....setelah gue  berusaha mencari dari beberapa sumber ternyata Partinah Bosch dan Partini Tuin adalah putri KGPAA Mangkunegoro VII yang bernama GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta. Taman ini telah ada sejak tahun 1921 dan pada awalnya hanya dipergunakan sebagai tempat bersantai dan rekreasi khusus keluarga dan kerabat istana Mangkunegaran, namun sejak era KGGPA Mangkunegoro VIII taman Balekambang dibuka untuk umum (Sumber : tamanbalekambang.blogspot.sg).

Terdapat area seperti kebun binatang mini di samping danau yang menyimpan berbagai koleksi satwa namun kami tidak masuk ke tempat itu. Untuk masuk ke dalamnya pengunjung dikenakan biaya yang gue sendiri tidak tahu berapa.

Akhirnya senja berganti malam dan kami memutuskan untuk kembali ke hotel beristirahat sejenak dan mandi terlebih dahulu sebelum melanjutkan kembali mengelilingi  Kota Solo. Karena Joss kepingin untuk menyantap Nasi Liwet, akhirnya malam ini kami bertiga mampir ke daerah Keprabon

Bertepatan dengan kedatangan gue ke Solo sedang diadakan Solo City Jazz Festival yang diadakan tanggal 21 dan 22 September 2012 yang merupakan event untuk mempopulerkan musik jazz dan diselenggarakan setiap tahun. Untuk penyelenggaraan tahun ini mengambil lokasi di pelataran Pasar Triwindu. Kamipun tidak melewatkan event ini dan membaur dengan warga lokal untuk menyaksikannya.
Solo City Jazz Festival
Saat tiba di lokasi suasana sudah sangat ramai dan penuh sesak karena pertunjukan sudah dimulai. Gue sendiri tidak tahu persis siapa saja yang mengisi acara Solo City Jazz Festival ini. Pagelaran musik jazz ini juga diikuti dengan bazaar beberapa produk dan makanan sehingga suasana malam itu sangat penuh sesak.
Suasana Pasar Malam yang Riuh
Segelas susu murni hangat rasa jahe dan roti bakar mengakhiri kuliner kami malam itu. Dan sekitar pukul 22.00 Joss dan saudaranya kembali Jogja. Terima kasih buat Joss yang telah bersusah payah dan direpotkan oleh gue untuk datang ke Solo. Terima kasih untuk pengalaman yang menyenangkan bersama kalian selama di kota Solo.
Terima Kasih Sobat

**********

Sejak dulu gue penasaran dengan kawasan wisata Tawangmangu. Dan hari terakhir di kota Solo gue manfaatkan untuk mengunjungi kawasan wisata Tawangmangu yang terkenal dengan air terjunnya yang bernama Grojogan Sewu.

Tawangmangu sendiri merupakan kota kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang berjarak sekitar 37 KM dari Kota Solo. Setelah check out dan menitip tas di hotel,  gue naik taksi menuju terminal bis Tirtonadi dengan membayar Rp 15rb. Setelah bertanya kepada petugas di dalam terminal gue diarahkan untuk naik bis langsung jurusan Tawangmangu. Beruntung bus tidak ngetem terlalu lama di dalam terminal dan langsung berangkat menuju Tawangmangu.
Terminal Tirtonadi Solo di Pagi Hari

Perjalanan ke Tawangmangu ditempuh dalam waktu sekitar 1.5 jam  dengan ongkos sebesar Rp 10rb. Begitu bis memasuki wilayah Tawangmangu kondisi jalannya menanjak dan menyajikan pemandangan pegunungan yang sangat indah dengan nuansa sawah di kanan kiri jalan . Cuacanya pun sangat sejuk.

Bis berhenti dengan tujuan akhir di Terminal Tawangmangu dan dari terminal bagi penumpang yang akan menuju ke Kawasan Wisata Tawangmangu bisa menyambung dengan kendaraan kecil sejenis L300 dengan kapasitas 8-10 orang dengan ongkos sebesar Rp 3rb/orang.

Kendaraan yang Menuju Taman Wisata Tawangmangu

Bersama gue dalam 1 mobil rombongan keluarga yang benar-benar akan berpiknik ke Taman Wisata Tawangmangu. Ini terlihat dari bawaan mereka berupa tikar dan menenteng rantang tempat makanan.

Gerbang Masuk Kawasan Wisata Tawangmangu

Hanya butuh waktu sekitar 10 menit untuk tiba di kawasan wisata Tawangmangu. Dan karena gue berkunjung jatuh pada hari Minggu maka pengunjungnya sangat ramai. Tiket masuk untuk wisatawan domestik sebesar Rp 6rb/orang.

Loket Tiket

Tujuan favorit di Kawasan Wisata Tawangmangu ini tak lain adalah Air Terjun Grojogan Sewu. Untuk mencapai air terjun ini pengunjung harus menuruni anak tangga yang jumlahnya cukup banyak. Beruntung medan yang dihadapi berupa anak tangga yang menurun jadi tidak terlalu lelah. Namun harus wasapada karena banyak monyet-monyet liar berkeliaran namun tidak mengganggu pengunjung yang lewat.

Menuruni Anak Tangga Menuju Grojogan Sewu
Siap-siap Dihadang Kawanan Monyet

Sekitar 15 menit kemudian gue tiba di kawasan air terjun Grojogan Sewu. Untuk mencapai air terjunnya sendiri pengunjung harus berjalan kaki lagi melewati medan bebatuan dalam ukuran besar.


Di dalam kawasan air terjun Grojogan Sewu juga tersedia fasilitas kolam renang anak dan dewasa serta arena permainan outbond seperti Flying Fox. Nampak pengunjung sangat  antusias menikmati semua wahana yang tersedia di sini.

Kolam Renang Anak
Flying Fox

Grojogan Sewu sendiri berarti “seribu air terjun” dan air terjun ini masuk dalam kawasan hutan lindung. Setelah terseok-seok berjalan melewati bebatuan besar akhirnya gue tiba di depan air terjun setinggi 81 meter. Melihat debit air yang tumpah sepertinya kurang deras atau mungkin karena pengaruh musim kemarau saat  ini sehingga volume air menyusut.

Hatipun Terasa Sejuk

Tidak sedikit pengunjung yang datang mandi dengan curahan air terjun yang tumpah atau hanya duduk-duduk santai di atas bebatuan besar. Cuaca yang sejuk sangat mendukung untuk berlama-lama di tempat ini.

Tempat yang Tepat untuk Relaks

Di sekitar kawasan air terjun ini banyak dijumpai pedagang sate baik sate ayam maupun sate kelinci yang menjadi kuliner khas Tawangmangu.  Saatnya gue meluangkan waktu sejenak untuk menikmati kuliner sate kelinci. Satu porsi sate kelinci berisi 10 tusuk + lontong harganya Rp10rb. Harga yang sangat murah dan rasa sate kelincinya pun sangat enak karena serat dagingnya tipis dan kadar kolesterol yang rendah.

Mari Mampir...
Hm...Sate Kelinci yang Menggiurkan itu

Saat kembali menuju pintu keluar merupakan saat-saat yang berat karena setelah menuruni ratusan anak tangga untuk mencapai air terjun sekarang diperhadapkan pada medan sebaliknya yaitu harus menaiki kembali ratusan anak tangga untuk mencapai pintu keluar. Hm......dengan tenaga penuh karena baru selesai kuliner gue bulatkan tekad untuk bisa menaiki anak tangga dan walaupun dengan napas terengah-engah akhirnya bisa mencapai puncak kembali.

Saat tiba di puncak, pengunjung disambut dengan papan yang bertuliskan : “Selamat Anda telah turun dan menaiki 1.250 anak tangga. Semoga tambah sehat dan sukses”. Tak pernah terpikirkan untuk turun dan naik anak tangga dengan jumlah sebanyak itu. Dengan senyum yang kecut gue membaca tulisan itu sambil keluar.

Huuuuuufft.....

Dan kali ini dari gerbang masuk Taman Wisata gue jalan kaki selama 25 menit menuju Terminal Tawangmangu karena gue malas menunggu mobil L300 yang ngetem menunggu penumpang hingga penuh. Beruntung kondisi jalan menuju terminal konturnya menurun sehingga tidak terlalu menguras tenaga.

Akhirnya bus dari Terminal Tawangmangu membawa gue kembali menuju Terminal Tirtonadi Solo dan gue langsung menuju Bandara Adi Sumarmo menggunakan taksi dengan singgah terlebih dahulu ke Fave Hotel untuk mengambil tas yang gue titipkan di sana. Sore itu gue kembali pulang ke Jakarta menggunakan penerbangan terakhir Garuda.

Ah, spirit itu masih terasa hingga gue tiba di Bandara Adi Sumarmo. Spirit keramah tamahan, senyuman dan kehangatan. Dan itu gue temukan di Solo.........



EXPENSES TO SOLO SEP 21-23, 2012
       
DATE NO DESCRIPTION  IDR 
       
21-Sep 1 Transport to Airport         22.000
  2 Airport tax Soekarno Hatta         40.000
  3 Tips to driver         20.000
  4 Hotel 2 nights       527.000
  5 Becak to Pasar Gede         20.000
  6 Lunch Timlo Sastro + Caramel ice         23.000
  7 Dawet Telasih            3.000
  8 Becak to Tirtonadi         20.000
  9 Ojek to Sangiran         80.000
  10 Entrance Fee to Sangiran Museum           5.000
  11 Aqua           3.000
  12 Toilet Sangiran           2.000
  13 Bakso Garasi Ronggowarsito         15.000
  14 Nasi Liwet + ronde         23.000
  15 Becak to Keprabon           7.000
  16 Taxi to hotel         20.000
  17 Ngamen Wongso Lemu           2.000
       
    SUB TOTAL       832.000
       
22-Sep 1 Becak to Keprabon         15.000
  2 Soto Daging + Babat + Teh Manis         22.000
  3 Museum Radya Pustaka           7.500
  4 Es Teler 77 Paragon Mall         16.000
  5 Becak to Hotel         10.000
  6 Lunch RM Kusuma Sari (3)         54.000
  7 Entrance Fee Keraton         30.000
  8 Parking Balekambang           3.000
  9 Lasi Liwet Wongso Lemu (3)         70.000
  10 Ngamen           4.000
       
    SUB TOTAL       231.500
       
23-Sep 1 Taxi to Tirtonadi         15.000
  2 Breakfast          10.000
  3 Peron Terminal           1.000
  4 Bus to Tawangmangu         10.000
  5 Angkot to Taman Wisata           3.000
  6 Entrance Fee Taman Wisata           6.000
  7 Toilet           2.000
  8 Sate Kelinci + Teh Botol         13.000
  9 Bus to Tirtonadi         10.000
  10 Taxi from Tirtonadi to Airport         40.000
  11 Airport Tax         30.000
  12 Transport to home         22.000
       
    SUB TOTAL       162.000
       
       
    TOTAL EXPENSES     1.225.500
    Tiket Garuda CGK-SOC       262.500
       
    GRAND TOTAL     1.488.000




6 comments:

  1. Mantab Mas Bro...kebetulan saya warga Solo yang bekerja di Tawangmangu, tiap hari saya menempuh perjalanan 1,5 jam x 2 (PP) Solo-Tawangmangu, semoga bisa mampir ke Solo lagi pada kesempatan berikutnya...:-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih mas :) Solo memang berkesan dan penuh kenangan. Akan kembali lagi suatu saat nanti.

      Delete
    2. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
  2. mas mau nanya nih..kalo dri trminal solo ke alun alun dgn bis jurusan tawangmangu apa sudah sampe apa oper ojek??

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete