Wednesday, October 17, 2012

JEJAK LANGKAH Di KAMBOJA Part 2 : Menapak Peradaban Purbakala di Siem Reap





Pukul 08.00 pagi tanggal 19 Agustus 2012 mini van dari perusahaan bus Mekong Express datang menjemput ketika gue baru saja menyelesaikan gigitan terakhir sarapan pagi  berupa roti baguette.  Dari hostel gue ditransfer kembali ke base camp mereka di Khan Russey Keo untuk naik bus menuju Kota Siem Reap tepat pukul 08.30. 


Bus yang digunakan sangat nyaman dilengkapi dengan pendingin udara dan toilet serta mendapat makanan kecil (snack) di dalam bus. Harga  tiket per orang USD 12 dan tiket gue telah pesan 2 hari sebelumnya melalui pihak hostel. Sebenarnya ada beberapa operator bus yang melayani rute Phnom Penh-Siem Reap dengan beberapa variasi harga mulai dari USD 8-12. Namun beberapa teman di komunitas backpacker merekomendasikan bus Mekong Express ini dan ternyata pelayanannya memang sangat memuaskan.

Penampakan Bus Mekong Express

Pihak hostel menawarkan bus Giant Ibis yang merupakan “pemain” baru di jalur Phnom Penh-Siem Reap. Harga tiket sedikit lebih mahal yaitu USD 15. Semua fasilitas sama dengan Mekong Express bedanya hanya yaitu busnya relatif masih baru dan terdapat fasilitas Wi-Fi di dalam bus. Namun gue tetep keukeh memilih Mekong Express

Sang Kompetitor

Gue mendapat kursi paling belakang dan di samping gue seorang bapak warga lokal yang setelah ngobrol-ngobrol berkenalan dengan beliau ternyata seorang dokter yang bertugas di sebuah rumah sakit di Siem Reap. Sangat sulit untuk berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris karena ternyata beliau menguasai Bahasa Perancis. Namun gue berusaha untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan beliau yang tampaknya sangat antusias dengan Indonesia.

Pukul 12.00 siang bus berhenti sejenak di kota Kompong Thom untuk makan siang. Dan gue pun turun bersama sang dokter untuk makan siang bersama pada meja makan yang sama. Hanya 30 menit waktu yang diberikan untuk makan siang dan kami dipersilahkan untuk kembali ke bus setelah menyelesaikan makan siang. Tanpa disangka ternyata makan siang gue kali ini dibayar semua oleh pak dokter. Ah...memang rejeki seorang backpacker saat traveling memang tidak diduga. Ada saja berkat yang tiba-tiba mengalir. Terima kasih pak dokter atas kebaikan Anda....

Akhirnya bus tiba di kota kecil Siem Reap sekitar pukul 14.00 dan dari tempat pemberhentian bus gue melanjutkan perjalanan dengan menggunakan tuktuk menuju penginapan dengan membayar USD 3.

Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk tiba di penginapan yaitu Angkor Friendship Hotel yang terletak di 56 St. Psakrom, Vihear Chen, Svay Dangkum Siem Reap. Hotel ini sangat strategis letaknya di jantung kota Siem Reap dan berada pada wilayah khusus para backpacker. Dan di sekitar Angkor Friendship Hotel  juga bertebaran beberapa hotel dan hostel  lain sehingga wilayah ini sangat “hidup” dengan geliat aktivitas turis mancanegara.  

Angkor Friendship Hotel, Siem Reap

Hotel tempat gue tinggal sangat nyaman dan bersih. Hanya dengan membayar USD 8/hari, gue mendapat kamar private dengan twin bed, kamar mandi di dalam, fan, televisi, air mineral 2 botol setiap hari. Hotel inipun dilengkapi dengan fasilitas kolam renang.

Kamar Tidur Hotel
Bilik Termenung
Kolam Renang Hotel

Tak jauh dari hotel dengan berjalan kaki sekitar 10 menit gue menjumpai Old Market yang merupakan pusat keramaian dan hingar bingar kota Siem Reap. Di sinilah pusat akivitas para warga lokal dan turis mancanegara. Sebuah pasar yang benar-benar pasar dalam arti sebenarnya yang menjual berbagai kebutuhan warga lokal serta berbagai suvernir serta pernak pernik buat para turis.

Old Market Siem Reap

Jangan lupa untuk mencicipi pancake khas Siem Reap yang terdapat 2 pilihan topping  yaitu coklat dan pisang. Harga pancake ini 3000 Riel (sekitar Rp 7rb) dan rasanya pun sungguh enak. Pancake ini banyak dijumpai di pinggir jalan di sepanjang Old Market

Pancake Kamboja yang maknyus!!

Menyusuri jalan-jalan di sekitar Old Market ini sangat mengasyikkan. Turis-turis dari berbagai negara berseliweran lalu lalang di jalan ini. Tak pelak kota kecil Siem Reap khususnya di sekitar Old Market menjadi kota internasional karena banyaknya warga dunia yang berkumpul di sini.

Bergeser sedikit di belakang Old Market gue tiba di kawasan Pub Street. Sesuai dengan namanya di sepanjang jalan ini di sisi kiri dan kanan berjejer berbagai restoran, kafe, pub, lounge  dan pusat hiburan lainnya. Yah...di sinilah pusat berbagai hiburan malam di Siem Reap seperti halnya Kuta dan Legian di Bali serta Walking Street di Pattaya, Thailand.

Pub Street denyut nadi Siem Reap

Menyeberang jalan di seberang Old Market mengantarkan gue ke Night Market yang terhubung melalui jembatan yang terdapat sungai kecil yang mengalir di bawahnya. Jembatan inipun menjadi tempat beristirahat dan bersantai bagi para turis yang selesai berbelanja di Night Market.

Siem Reap Night Market

Walaupun namanya Night Market namun pasar ini buka dari pagi hingga malam hari. Dibandingkan dengan Old Market gue lebih suka dengan Night Market ini karena kondisi pasarnya yang lebih bersih, tidak sumpek dan barang-barang yang dijualpun khas turis banget.

**********

Pukul 08.00 pagi tuk tuk beserta sopirnya sudah siap di halaman hotel menunggu. Hari itu di tanggal 20 Agustus 2012 gue akan mengunjungi kawasan purbakala Angkor, puncak dari kunjungan gue ke Kamboja.

Bersiap menuju Angkor

Sewa tuktuk sebesar USD 12 yang akan mengantar gue dari Hotel menuju Angkor serta berpindah dari satu temple ke temple lainnya di dalam kawasan Angkor selama 1 hari penuh.
Harga USD 12 ini adalah harga standar untuk Small Tour yaitu mengunjungi beberapa temple yang jaraknya saling berdekatan yaitu : Angkor Watt, Angkor Thom (termasuk Bayon dan Baphuon), Thommanom, Chau Say Thevoda, Ta Keo, Ta Phrom, Banteay Kdei dan Prasat Kravan.

Menuju Angkor

Harga untuk Grand Tour yang menjangkau beberapa temple dengan radius yang lebih jauh lagi seperti Banteay Srey (37KM), Kbal Spean (49 KM) dan Phnom Kulen (50 KM) tentu berbeda dan lebih mahal tentunya. 

Kawasan wisata dan situs purbakala Angkor dikenal dengan nama Angkor Archeological Park (AAP). Jarak tempuh dari pusat kota Siem Reap ke AAP selama 20 menit dengan menggunakan tuk tuk.

Beberapa teman yang sudah pernah mengunjungi Angkor menyarankan gue untuk datang lebih awal di pagi hari pukul 05.30 menyaksikan matahari terbit di sela-sela eksotisme candi di kawasan Angkor yang (katanya) sangat indah. Namun karena malas untuk bangun pagi dan gue bukan termasuk tipe yang niat untuk hunting matahari terbit membuat gue tidak terlalu antusias untuk berkunjung ke Angkor pada saat subuh. Lagipula terdapat tambahan biaya tuk tuk kalau kita ingin datang pada saat subuh.

Setelah melewati gerbang utama AAP, gue segera membaur dengan turis dari negara lain untuk membeli tiket di loket yang tersedia. Gue mengantri di loket untuk kunjungan selama 1 hari dengan harga USD 20. Untuk tiket dengan kunjungan selama 3 (USD 40) dan 7 hari (USD 60)  tiket dan loketnya berbeda di lokasi terpisah. Waktu berkunjung ke AAP pukul 05.00-18.00 setiap hari dan tiket harus selalu disimpan dengan baik karena akan ada pemeriksaan  saat masuk dari satu candi ke candi lainnya.

Antrian di loket lumayan panjang karena banyaknya turis yang datang secara rombongan melalui biro perjalanan wisata. Tak lama kemudian tiketpun berhasil gue dapatkan yang terdapat foto diri gue di tiket tersebut.

Keren euy...tiketnya ada fotonya

Kawasan AAP sangat luas sekali dan tidak mungkin dapat dijelajahi dalam waktu 1 hari. Dengan luas mencapai 400 KM2 yang (katanya) bila dibandingkan mirip dengan jarak antara Jakarta dan Bekasi. AAP menyandang status sebagai UNESCO World Heritage Site sejak tahun 1992, sehingga tak pelak AAP ini sudah sangat kondang di seluruh dunia. Jutaan turis mancanegara mendatangi AAP setiap tahun dan tentunya memberikan devisa yang tidak sedikit bagi negara Kamboja.

Candi-candi yang terdapat dalam komplek AAP ini merupakan campuran antara Candi Hindu dan Budha yang dibangun pada abad 9 s/d 15.

Tidak butuh waktu lama bagi tuk tuk untuk mengantarkan gue ke Angkor Watt yang merupakan perhentian pertama di AAP ini. Setelah bertukar nama dan nomor HP, sopir tuk tuk menunjukkan tempat parkir sebagai meeting point bagi kami. Karena area yang begitu luas gue benar-benar memastikan sang sopir tempat parkir tuktuk agar tidak kesulitan mencari saat gue telah selesai mengunjungi salah satu candi.

Langkah-langkah kecil kakiku segera menuju gerbang Angkor Watt yang ternyata lumayan jauh untuk masuk ke dalamnya dan dalam hitungan menit gue sudah berdiri di depan kemegahan Angkor Watt. Selama beberapa saat gue berdiri mematung di depan Angkor Watt di tengah hilir mudik wisatawan asing yang datang silih berganti.

Di Gerbang Angkor Watt

Mata ini seolah masih belum percaya akhirnya gue bisa tiba di Angkor Watt yang merupakan salah satu impian gue untuk dapat gue datangi dan akhirnya mimpi itu menjadi kenyataan. Gue bersyukur kepada Tuhan masih diberi kesempatan untuk mewujudkan satu persatu mimpi gue dengan melihat secara langsung salah satunya Angkor Watt ini. 

Mahakarya yang Sempurna

Peninggalan purbakala yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu berdiri dengan menterengnya di hadapan gue. Tak pernah disangka begitu hebatnya karya monumental umat manusia ini yang telah ada sejak abad ke 12 sehingga menjadikan Angkor Watt sebagai salah satu bangunan terbaik pada jamannya.

Angkor Watt sendiri merupakan komplek Candi Hindu yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Suryavarman II dan pembangunan candi ini memerlukan waktu selama 30 tahun (sumber : Wikipedia). Hingga saat ini bangunan candi masih berdiri kokoh dan berdiri tegak walaupun usianya sudah mencapai 8 abad.

Satu jam lebih gue berada di komplek Angkor Watt ini karena selain luasnya komplek candi ini  gue juga  ingin berlama-lama menikmati keindahan serta kemegahannya. Padahal cuaca saat itu sangat panas menyengat namun tak menyurutkan langkah dan semangat gue berpindah dari satu sisi ke sisi lain di dalam komplek Angkor Watt ini.

Sisi Lain Angkor Watt

Berat rasanya kaki ini untuk beranjak dari Angkor Watt, namun mengingat masih banyak temple lain yang harus dikunjungi akhirnya gue segera keluar menuju tempat parkir  untuk mencari sang sopir tuk tuk dan berpindah ke komplek Angkor Thom yang jaraknya lebih kurang 10 menit dari Angkor Watt.

Angkor Thom sendiri merupakan reruntuhan kompleks ibukota kerajaan kuno Khmer di Kamboja yang didirikan pada masa pemerintahan Raja Jayawarman VII dan mencakup kawasan seluas 9 KM2 (sumber : Wikipedia). 

Memasuki komplek Angkor Thom melalui Gerbang Selatan, diri gue seolah dibawa kembali ke masa lalu. Jejak dan peradaban masa lalu tersebut masih dapat dirasakan saat gue tiba  menjejakkan kaki di depan Bayon Temple yang merupakan salah satu candi terbesar dan mengagumkan yang wajib dikunjungi di dalam komplek Angkor Thom karena keunikannya.

Bayon Temple merupakan candi yang bernafaskan Budha yang didirikan pada akhir abad 12 sampai awal abad 13. Bentuk candi ini sangat unik karena semua bangunan menara candi ini mengambil rupa wajah manusia dengan wujud raksasa dalam 4 posisi yang semuanya mencapai 37 menara.

Komplek Bayon Temple
Foto Pre Wed

Untuk menikmati Bayon Temple inipun pengunjung harus bersiap-siap untuk naik turun tangga karena untuk menikmati Bayon Temple secara keseluruhan terdapat akses hingga mencapai puncak candi.

Di Puncak Bayon Temple

Satu hal yang membanggakan pada saat gue berada di komplek Angkor Thom ini yaitu ketika gue berpindah dari Bayon Temple menuju Baphuon (masih di komplek yang sama) melalui jalan setapak, mata gue tertuju pada sebuah bangunan kecil dan sederhana yang merupakan kantor proyek kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Kamboja serta UNESCO untuk merestorasi sebagian dari komplek Angkor Thom.

Kantor ITASA

Proyek tersebut dinamakan ITASA (Indonesian Technical Assistance for Safeguarding Angkor). Berkat pengalaman Indonesia dalam merestorasi Candi Borobudur, maka pemerintah Indonesiapun memberikan bantuan tekhnis kepada Kamboja untuk merestorasi Angkor. 

Kebangsaan Bangsa Indonesia

Hm.....terbersit rasa kebanggaan di dada manakala gue sempatkan mampir di kantor tersebut yang disambut dengan ramah oleh para staff yang berada di situ. Dan ketika gue  memperkenalkan diri berasal dari Indonesia mereka semua sangat antusias.


Kemegahan Baphuon Temple yang masih berada dalam komplek Angkor Thom sudah di depan mata gue. Candi Hindu yang didirikan pada abad 11 ini dari segi ukuran lebih kecil dari Angkor Watt dan Bayon namun dari segi arsitektur tak kalah indahnya dengan ke-2 candi tersebut. 

Baphuon Temple

Di tengah panas terik dan menyengat gue bersemangat meniti setiap anak tangga untuk mencapai puncak dan menikmati keindahan komplek candi dari ketinggian.

Pemandangan dari Ketinggian

Beranjak ke sebelah timur Angkor Thom, sopir tuk tuk mengantar gue ke sebuah candi kecil Chau Say Tevoda dan berseberangan dengan candi Thommanon yang keduanya merupakan candi Hindu yang berdiri sejak abad 11. Tidak lama gue berada di kedua candi ini karena bisa dijelajahi dalam waktu singkat. Di sekitar candi ini banyak anak-anak kecil warga lokal yang berkeliaran. Selain menjual suvernir dan minuman bagi para wisatawan, ada juga sebagian dari mereka yang merangkap sebagai tour guide amatir. Pengetahuan mereka tentang candi serta penguasaan Bahasa Inggris mereka patut diacungkan jempol!

Chau Say Tevoda Temple

Gue melewatkan Ta Keo Temple saat sopir tuk tuk menawarkan menuju candi tersebut karena gue tidak sabar untuk segera menuju Ta Prohm Temple yang legendaris itu. 

Ta Prohm  mendunia sejak menjadi lokasi pengambilan gambar Film Lara Croft : Thomb Raider yang dibintangi oleh Angelina Jolie. Bentuk candi yang khas yang “dililit” oleh akar pohon selama berabad-abad menjadikan Ta Prohm sebagai candi yang wajib dikunjungi di komplek AAP.

Ta Prohm yang Unik itu

Secara tak sengaja saat di Ta Prohm gue minta tolong turis lain untuk mengambil foto buat gue, ternyata setelah berkenalan beliau juga berasal dari Indonesia. Irene dan Restu datang ke Angkor bersama rekan-rekan mereka dari negara lain dan di Siem Reap mereka sedang menghadiri acara seminar/pelatihan. Ah...senangnya backpacking kemanapun selalu ada kesempatan untuk bertemu dengan saudara setanah air.

Bersama Irene dan Restu bertemu di Ta Prohm

Cukup lama gue habiskan waktu di komplek Ta Prohm ini karena gue sangat terkesan akan keindahan serta keunikan candi ini. Di beberapa bagian candi terdapat kegiatan restorasi yang masih dilakukan hingga saat ini. 

Kegiatan Restorasi Ta Phrom

Rasa penasaran menghinggapi diri gue ketika gue menanyakan kepada teman-teman warga lokal, mengapa akar pohon yang “membelit” candi tidak dipotong saja. Ternyata hal tersebut tidak boleh dilakukan karena selain sulit untuk memotong akar pohon yang sudah sangat keras karena usianya yang sudah berabad-abad, juga dengan memotong akar pohon dikhawatirkan akan merusak konstruksi candi itu sendiri. 

Karena rasa letih dan lapar menyergap raga ini, terpaksa gue melewatkan sisa 2 candi terakhir yaitu Banteay Kdei dan Prasat Kravan untuk langsung kembali ke Siem Reap. Sungguh puas rasanya setelah selama lebih kurang 6.5 jam berada di Kawasan Angkor ini.  

Satu pertanyaan yang masih tersisa di benak gue, mengapa Candi Borobudur yang lebih dulu ada yang dibangun pada tahun 800-an Masehi “hanya” dikunjungi oleh wisatawan asing sebanyak 166.5rb saja di tahun 2011 lalu (sumber : Kompas.com 18 Jan 2012), sedangkan Komplek Angkor yang baru dibangun belakangan yaitu di abad 12 namun menerima limpahan wisatawan asing 10x lebih banyak yaitu 1.6 juta pada tahun 2011 lalu (sumber : xinhuanet.com 12 Jan 2012). Apakah promosi Candi Borobudur di dunia internasional kalah gencar dengan Angkor? Entahlah....

Tuk tuk melaju dengan kencang meninggalkan kawasan Angkor untuk mengantar gue kembali ke hotel. Sisa-sisa letih masih gue rasakan namun tak sebanding dengan sejuta kenangan terhadap keajaiban dunia yang masih membekas di benak gue.

Tak butuh waktu lama untuk gue merasakan kembali geliat Old Market di sore itu karena gue memang meminta sopir tuk tuk untuk mengantar gue ke pasar tersebut untuk memburu makan siang yang sudah sangat telat karena waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 15.30.

Akhirnya Octopus with vegetables menjadi santapan gue sore itu. Dengan kalap gue menyantap hidangan yang tersedia. Dan didampingi dengan milkshake dan coca cola gue harus membayar USD 3.75.

Octopus with Vegetables

Kembali malam itu gue habiskan dengan menyusuri Pub Street. Tujuannya hanya satu yaitu mencari happy pizza yang konon mengandung zat adiktif (baca : ganja). Karena penasaran dengan cerita teman sesama backpacker yang sudah pernah ke Siem Reap dan mencoba makanan tersebut, maka dengan tekad yang bulat gue mencari makanan yang bernama happy pizza tersebut.

Setiap sudut Pub Street gue jelajahi. Mata gue menyapu setiap pandangan dan semua papan nama cafe dan restoran sepanjang Pub Street gue perhatikan namun tetap tidak menemukan yang namanya happy pizza tersebut walaupun gue sudah berkeliling sebanyak 3x. Akhirnya setelah didera rasa lapar dan letih yang amat sangat gue menyerah dan memutuskan untuk memilih menu  lain malam itu.

Perut gue takluk pada menu mie goreng malam itu. Rasa mie goreng tersebut enak hanya mie goreng tersebut tidak digoreng secara kering melainkan agak sedikit basah yang gue kurang begitu suka dengan penyajian seperti itu . Gue merogoh kocek USD 3 untuk seporsi mie goreng dan ice lemon tea.

Fried Noodle

*************
   
Rasa malas menyergap gue pagi itu untuk keluar mencari sarapan pagi. Di hotel tempat gue menginap memang tidak menyediakan sarapan pagi sehingga gue harus membayar jika ingin menikmati sarapan pagi di hotel tersebut. Pilihan gue pagi itu jatuh pada roti bakar + teh yang dikenakan biaya USD 2. Agak sedikit lebih mahal memang....

21 Agustus 2012 gue akan mengelilingi kota Siem Reap  dan ada 2 target yang akan gue kunjungi yaitu Angkor National Museum dan Cambodia Cultural Village. Dengan menyewa ojek motor yang akan mengantar gue ke-2 lokasi tersebut dan gue membayar  sebesar USD 5 (rute pp).

Angkor National Museum terletak di pusat kota, hanya butuh waktu 10 menit untuk tiba di museum ini.  Namun setelah tahu bahwa harga tiket masuknya sebesar USD 12 gue langsung mundur teratur dan membatalkan niat untuk masuk ke dalam museum tersebut karena gue pikir USD 12 ( nyaris Rp 110rb) merupakan harga yang sangat mahal untuk masuk ke dalam sebuah museum. Akhirnya gue cukup menikmati museum dari luar dan mengambil foto di sekitar museum saja.

Angkor National Museum

Gue langsung memerintahkan ojek motor untuk mengantarkan gue ke Cambodia Cultural Village (CCV) yang berlokasi di Airport Road #6, Khum Svay Dang Kum, Siem Reap yang ditempuh selama lebih kurang 20 menit. Pengunjung dikenakan biaya sebesar USD 15 untuk tiket masuknya.

Cambodia Cultural Village

Apa yang dilihat di CCV ini ? Selepas dari areal kontrol tiket masuk, kita disambut oleh 2 museum yang terdapat di CCV yaitu Wax & Historical Museum yang menceritakan kisah perjalanan Bangsa Khmer dari abad 1 s/d abad 20.

Gerbang Masuk CCV
Diorama di dalam Museum

Lepas dari museum kita akan disambut dengan kendaraan mini yang berjejer berkapasitas 8-10 orang yang disediakan untuk mengelilingi area CCV. Tidak jelas apakah kendaraan ini disediakan secara gratis atau harus membayar karena gue sendiri lebih memilih untuk berjalan kaki untuk mengelilingi seluruh area yang terdapat di CCV ini.

Siap untuk Mengelilingi CCV

Komplek CCV ini sangat luas tapi gue sangat menikmati dengan berjalan kaki sehingga gue bisa berlama-lama di tempat yang gue suka. 

Dengan konsep taman dan danau  dipadu dengan berbagai miniatur bangunan serta berbagai tema yang terdapat di area CCV ini menjadikan CCV sangat menarik untuk dikunjungi. Sambil menikmati taman yang tertata dengan indah kita dapat menjumpai miniatur beberapa bangunan yang terdapat di Kamboja diantaranya Royal Palace, National Museum, Wat Phnom, Central Market, Independence Monumen, Phsar Thmey, Reclining Budha dll

Miniatur Royal Palace di CCV

Melewati komplek miniatur bangunan, kita akan masuk dalam area yang dibagi dalam berbagai tema yaitu : Khmer Village, Millionaire’s House, Floating and Fishing Villlage, Phnorng Village, Khmer Association Overseas, Chinese Village, Kroeung Villlage, Cham Village, Kola Village, dan Farm Village.
Phnorng Village

Khmer Village
Chinese Village
Millionaire House

Juga disediakan beberapa pertunjukan di setiap tema tersebut dari siang hingga malam hari dengan jadwal yang telah ditentukan. Karena gue tiba di CCV  pagi hari, sedangkan pertunjukan paling awal baru diadakan pukul 11.00 siang sehinggal mau tidak mau gue harus menunggu hingga pukul 11.00 menunggu hingga pertunjukan dimulai.

Pertunjukan pertama yaitu Khmer Wedding Ceremony bertempat di Millionaire’s House yang menceritakan tentang prosesi upacara adat perkawinan Bangsa Khmer. Pertunjukan yang berlangsung selama 1 jam ini sangat menarik walau gue sendiri kurang memahami jalur ceritanya karena disampaikam dalam bahasa lokal. Namun intinya mengisahkan proses pertunangan sepasang laki-laki dan perempuan hingga menempuh proses perkawinan.

Prosesi Pengantin Memasuki Ruangan
Sah? Saaaaaah......

Maksud hati ingin lanjut ke pertunjukan berikutnya The Immortal Life of Khmer Soul di Mini Theater namun baru dimulai pukul 14.30 kelamaan gue nunggunya. Akhirnya gue batalkan untuk menonton pertunjukan ini dan melanjutkan untuk keliling ke semua tema.

Puas mengelilingi CCV, pukul 13.00 gue minta diantar tukang ojek ke Old Market untuk mencari makan siang. Ojek motor pun melaju kencang menuju Old Market dan menjelang tiba Old Market secara tak sengaja mata gue tertuju pada papan nama sebuah restoran yang menjual happy pizza

Sontak gue histeris melihat papan nama tersebut dan gue langsung minta ojek untuk berhenti. Setelah semalaman dicari tidak ditemukan akhirnya secara tidak sengaja restoran tersebut sudah di depan mata gue. Entah dengan kalimat apa gue harus menyimpulkan ini. Keberuntungan kah? Kebetulan kah? Ah...masa bodoh.

Sambil membolak balik buku menu yang tersedia di depan pintu masuk gue melihat pilihan menu pizza (serta harganya juga tentunya hehehe) yang katanya mengandung zat adiktif itu. Sang pemilik restoran mendekati dan seolah bisa membaca pikiran gue beliau menawarkan pizza tersebut kepada gue sambil setengah berbisik memberitahukan kalau pizza di sini  mengandung marijuana. Yess....dalam hati gue sambil berkata inilah  yang gue cari.

Dengan langkah mantap gue masuk restoran mencari tempat yang asyik dan langsung menunjuk menu yang sudah gue intip tadi di buku menu depan pintu. Pilihan gue jatuh kepada pizza jenis Meats Lover ukuran small.

Tidak butuh waktu lama untuk gue menunggu pesanan pizza datang. Pizza ukuran small yang terdiri dari 6 slices itu sudah di depan mata gue. Sesaat gue merasa deg-degan untuk memulai irisan pertama. Khawatir nanti gimana nanti setelah makan gue ketagihan? Khawatir nanti gimana nanti kalau gue pingsan? Khawatir nanti siapa yang akan mengnatar gue kembali ke hotel? Dan sejumlah khawatir-khawatir lainnya hehehehe.

Happy Pizza yang Sensasional itu

Tekad bulat sudah menggelora dalam diri gue untuk memulai irisan pertama dan menyantap pizza tersebut. Setelah irisan pertama masuk dan lidah gue mulai mendeteksi rasa pizza tersebut ternyata rasa pizza tersebut enak dan yang gue suka dari pizza tersebut yaitu bentuknya yang tipis.

Setelah menghabiskan 4 slices kok tidak ada rekasi apa-apa yah? Begitu pikir gue. Dan perutpun perlahan mulai terasa kenyang. Namun gue tidak tega membiarkan sisa 2 slices tergeletak dengan pasrah. Akhirnya sisa 2 slices gue habiskan dan mulai menunggu apakah ada perubahan dalam diri gue.

Sesaat gue mengalami perasaan yang berbeda sebelum gue makan namun apakah ini hanya perasaan atau halusinasi gue saja? Ah entahlah.....yang pasti semua pizza telah habis gue santap dan gue membayar total USD 5 dengan segelas milkshake.

Akhirnya rasa penasaran gue pun terjawab dan berhasil mencoba yang namanya happy pizza. Namun gue juga tidak berani untuk mencoba dengan porsi yang lebih banyak khawatir terjadi reaksi yang berlebihan akibat dari zat adiktif tersebut. 

Dengan langkah santai gue akan kembali ke Hotel. Namun di tengah perjalanan tiba-tiba cuaca mendung dan hujan turun dengan derasnya. Namun beruntung gue berhasil mendapat tempat berteduh di sebuah kuil/pagoda yaitu Preah Prohm Rath. Saat gue tiba di kuil tersebut terdapat seorang petugas yang sedang membersihkan patung Budha di dalam kuil. Melihat gue yang sedang kehujanan, gue dipersilahkan masuk dan duduk di pelataran kuil.

Preah Prohm Rath Pagoda

Sembari menunggu hujan reda, gue jalan-jalan mengelilingi kuil yang ukurannya tidak terlalu luas namun indah. Setelah membaca papan keterangan di pintu masuk kuil gue baru tahu kalau kuil ini telah berdiri sejak tahun 1500-an jadi usianya sekarang sudah mencapai lebih dari 500 tahun. Pada dinding di sekeliling kuil gue perhatikan terdapat lukisan atau diorama tentang kehidupan Sang Budha.

Sejarah Pagoda
Diorama Kehidupan Sang Budha

Malam ini merupakan malam terakhir gue di Siem Reap. Rencana awal gue akan membeli paket buffet dinner sambil menonton dan dihibur dengan pertunjukan kesenian tradisional Khmer berupa tarian Apsara di sebuah restoran mewah di Siem Reap. Namun setelah pikir-pikir harga USD 12 cukup mahal bagi gue dan akhirnya gue membatalkan rencana tersebut.

Akhirnya gue mampir di sebuah kedai kaki lima di depan mini market 24 jam Romaly Market. Saat gue lewat, anak laki-laki sang pemilik kedai menyapa setiap pengunjung yang lewat dalam Bahasa Inggris agar mampir ke kedai mereka.

Sungguh lucu anak ini. Namanya Meng Leng dan usianya sekitar 8 tahun. Di Siem Reap rata-rata anak kecil dapat berbicara dalam Bahasa Inggris dengan cukup bagus.
Bersama Bocah Siem Reap yang Lucu

Semangkok kwetiau rebus dengan daging ayam + sekaleng bir Cambodia menjadi santap malam gue di malam terakhir di Siem Reap. Harganya pun tidak terlalu mahal total USD 3.   
  
Sluuurp....

Menyusuri lorong-lorong di Siem Reap Night Market seolah menandai sebuah perpisahan yang entah kapan akan menginjak kembali ke tempat ini. Beberapa potong kaos dan suvernir kecil khas Kamboja gue beli sebagai kenang-kenangan akan negeri yang sangat ramah ini. 

Suasana Siem Reap Night Market di Malam Hari

Gue beruntung. Setelah membatalkan untuk membeli paket buffet dinner sambil nonton tarian Apsara, ternyata di Night Market ini setiap malam menyajikan pertunjukan Tarian Apsara secara gratis kepada pengunjung pukul 20.00-21.30 di sebuah panggung di dalam area market. Lumayan....akhirnya keinginan untuk menonton Tarian Apsara akhirnya kesampaian walaupun dalam bentuk yang sederhana. Tarian Apsara sendiri merupakan tarian tradisional khas Bangsa Khmer  dengan penampilan yang sangat indah.

Tarian Apsara

***********

Pukul 05.50 pagi di tanggal 22 Agustus 2012 gue sudah tiba di Bandara Internasional Siem Reap untuk kembali ke Jakarta melalui Kuala Lumpur. Namun portal menuju pintu masuk bandara masih ditutup. Ketika gue tanyakan hal tersebut kepada supir tuk tuk yang mengantar gue bandara, beliau berkata bahwa portal bagi kendaraan yang akan masuk  ke area bandara baru dibuka pukul 06.00 pagi.

Bandara Internasional Siem Reap

Sesaat tiba di area bandara gue segera menuju pintu keberangkatan. Namun pintu keberangkatan juga belum dibuka. Hm...gue jadi berpikir keras mengapa bandara internasional seperti ini? 

Rupanya bandara ini tidak beroperasi selama 24 jam sehingga kesibukan baru dimulai pada pagi hari. Sesaat setelah gue masuk ke terminal keberangkatan, loket-loket pelaporan tiketpun belum ada penghuninya.  Ketika gue tanyakan kepada petugas yang lewat jam berapa loket Air Asia bakal dibuka karena jadwal keberangkatan gue ke KL pukul 08.35.  Sebentar lagi katanya tanpa memberi kepastian kepada gue.

Jam 06.30 loket baru dibuka. Ternyata penerbangan Air Asia tujuan Kuala Lumpur menjadi penerbangan pertama di pagi hari yang bertolak dari Siem Reap. Ketika check-in gue menyodorkan  tiket dan paspor gue kepada petugas check-in. Namun tiket gue dikembalikan dan hanya paspor gue yang diambil. Di saat gue sedang kebingungan, secarik boarding pass sudah disodorkan di hadapan gue. Wah canggih nih check-in hanya menggunakan paspor, begitu pikir gue sambil berlalu untuk mencari sarapan pagi di dalam ruang tunggu keberangkatan.    

Pesawat mendarat dengan selamat akhirnya di LCCT-KLIA pukul 11.35 dan kembali gue harus transit selama 2.5 jam untuk kembali ke Jakarta. 

Negeri Kamboja, menggoreskan kenangan indah dalam hidup gue.......



EXPENSES TO CAMBODIA AUG 16-22, 2012



             
DATE NO DESCRIPTION CURRENCY  ORIGIN   EX RATE   IDR 
             
16-Agust 1 Taxi + Toll to airport               75.000
  2 Airport tax Soekarno Hatta             150.000
  3 Mineral water @LCCT MYR          1,50       3.000           4.500
             
    SUB TOTAL             229.500
             
17-Agust 1 Marry Brown (b'fast chic porridge, f fries+hot tea) LCCT MYR        10,85       3.000         32.550
  2 SIM Card at Phnom Penh airport + top up USD        10,00       9.500         95.000
  3 Tuk tuk from airport to hostel USD          7,00       9.500         66.500
  4 Hostel Mates Me Place (2 nights) + fee hostelworld USD        15,00       9.500       142.500
  5 Tuol Sleng Museum ticket USD          2,00       9.500         19.000
  6 Mineral water (2) KHR    1.000,00        2,25           2.250
  7 Killing Fileds Ticket USD          5,00       9.500         47.500
  8 Royal Palace Ticket USD          6,25       9.500         59.375
  9 Lunch at Killing Fields (2) USD          5,00       9.500         47.500
  10 Motorbike Rental USD        15,00       9.500       142.500
  11 Mineral water KHR    2.000,00        2,25           4.500
  12 Liquid soap + mineral water USD          2,59       9.500         24.605
  13 Bus Ticket to Siem Reap USD        12,00       9.500       114.000
             
    SUB TOTAL             797.780
             
18-Agust 1 Magnet kulkas at Central Market (11pcs) USD          7,00       9.500         66.500
  2 Snow Globe (2) big n small USD          4,00       9.500         38.000
  3 Ansorm Aing (Ketan bakar) KHR    1.000,00        2,25           2.250
  4 Asinan jambu dan mangga KHR    2.000,00        2,25           4.500
  5 Lunch (grilled beef rice n ice lemon tea) USD          1,63       9.500         15.485
  6 National Museum USD          3,00       9.500         28.500
  7 Wat Phnom ticket USD          1,00       9.500           9.500
  8 Can beverage KHR    2.000,00        2,25           4.500
  9 Mineral water (2) KHR    2.000,00        2,25           4.500
  10 Taiyaki at night market USD          1,25       9.500         11.875
             
    SUB TOTAL             185.610
             
19-Agust 1 Breakfast (baguette) USD          1,25       9.500         11.875
  2 Tuktuk from bus station to hostel in Siem Reap USD          3,00       9.500         28.500
  3 Angkor Friendship Inn (3 nights) + Hostelworld fee USD        26,00       9.500       247.000
  4 Banana Pancake at Old Market KHR    3.000,00        2,25           6.750
  5 Dinner  USD          2,50       9.500         23.750
             
    SUB TOTAL             317.875
             
20-Agust 1 Breakfast (grilled beef & salt vegi) + mineral water (2) USD          3,50       9.500         33.250
  2 Tuktuk to Angkor USD        12,00       9.500       114.000
  3 Angkor ticket USD        20,00       9.500       190.000
  4 Mineral water (2)  USD          1,00       9.500           9.500
  5 Sugar Cane KHR    2.000,00        2,25           4.500
  6 Lunch (octopus mix vegetable + cola + milkshake) USD          3,75       9.500         35.625
  7 Top up SIM card USD          5,00       9.500         47.500
  8 Dinner (noodle soup + beer ) USD          3,00       9.500         28.500
  9 Ice cream cone USD          1,50       9.500         14.250
  10 Romaly Market USD          9,30       9.500         88.350
  11 Minyak Angin USD          1,00       9.500           9.500
  12 Toilet Angkor KHR    1.000,00        2,25           2.250
             
    SUB TOTAL             577.225
             
21-Agust 1 Breakfast (toast) USD          2,00       9.500         19.000
  2 Tuktuk to Angkor Museum & Cambodia Cultural Vill USD          5,00       9.500         47.500
  3 Cambodia Cultural Village ticket USD        15,00       9.500       142.500
  4 Lunch (Pizza + lime juice) USD          5,00       9.500         47.500
  5 Souvernir CCV USD          3,00       9.500         28.500
  6 Night Bazaar USD          9,00       9.500         85.500
  7 Coconut + Ansorm Aing USD          1,25       9.500         11.875
  8 Dinner ( fried noodle + beer ) USD          2,00       9.500         19.000
  9 Green tea, dry chilli USD          5,00       9.500         47.500
  10 Donation KHR      200,00        2,25              450
             
    SUB TOTAL             256.500
             
22-Agust 1 Tuktuk to Siem Reap airport USD          5,00       9.500         47.500
  2 Breakfast in airport USD          3,00       9.500         28.500
  3 Mineral Water Air Asia MYR          3,00       3.000           9.000
  4 Lunch Marry Brown LCCT Mie kari MYR        10,55       3.000         31.650
  5 Transport from airport to  home               40.000
             
    SUB TOTAL             156.650
             
    TOTAL EXPENSES IN CAMBODIA           2.291.640
    Air Asia Ticket CGK-KUL (pp) nett             325.000
    Air Asia Ticket KUL-PNH nett MYR        73,00       3.000       219.000
    Air Asia Ticket REP-KUL nett MYR      166,41       3.000       499.230
             
    GRAND TOTAL           3.334.870







10 comments:

  1. Hardi,

    liat ulasan loe tentang Cambodia, jadi tertarik. Rencana gua pengen pergi May or paling telat November tahun depan. nunggu tiket promo plus cuti hanya boleh sehari, jadi mesti liat ada yang kejepit ga tuh hari libur :). ada beberapa pertanyaan karena gua bakal travelling alone.

    1.Cambodia masih bisa VOA? hanya bawa pas photo dan passport asli plus dollar aja kan?
    2.mostly mereka bisa bhs inggris ga?
    3.apa yang mesti gua aware waktu di sana?
    4.lebih bagus phnom penh atau siem riep karena gua hanya punya waktu 4 hari tops untuk jelajahin 2 kota itu, yang pasti gua pengen ke killing fields and angkor wat...dan mau coba happy pizza.. serius itu ngambang ga sih kalau udah makan secara gua sendirian, ga lucu kalau tiba-tiba nari2 sendiri di jalan.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hei Yen,

      1. Cambodia sdh visa free utk paspor Indonesia selama 30 hari (berarti gak baca tulisan part 1 nih hehehehe)
      2. Jangan khawatir soal Bahasa Inggris, anak-anak kecil umur 8 thn di pinggir jalan pun udah bisa ngomong Inggris :)
      3. Rasanya negara Cambodia cukup aman bahkan sangat aman menurut gue buat para turis. Tapi staff KBRI di Phnom Penh warning gue utk hati2 masalah penjambretan. Tapi jangan khawatir akan hal ini.
      4. Phnom Penh dan Siem Reap sama bagusnya dan wajib hukumnya dikunjungi kalo ke Cambodia. Kalo makan sedikit pizzanya yah nggak fly lah, nggak tahu yah kalo lu makannya 2-3 loyang :)

      Delete
  2. thanks untuk advice, soalnya masalah visa cukup bingung, karena memang liat di web sih ga perlu visa, cuma kemarin ada teman kantor yang business ke sana spertinya kudu apply VOA (katanya begitu, tapi gua juga ga nanya jadi apply atau ga).. baguslah g perlu visa.. artinya tinggal punya tiket dan duit langsung bisa cabut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Visa turis ama bisnis kadang emang beda treatment, nah kasus temenn loe itu dia pergi untuk urusan bisnsi yang mungkin masih mengaruskan untuk apply visa/VOA. Tp yang jelas utk visa turis free kok.

      Delete
  3. seems so.... ada berita bagus, teman kantor gua tiba-tiba ngajuin diri u ikutan padahal gua kagak info, dia cuma bilang kalau mau jalan-jalan jangan lupa ajak gua ya.. yah udh sekalian gua info planning ini, then dia okay. so I might have a partner, at least punya teman juga (biar bisa di fotoin, daripada minta jasa abang tuk-tuk atau siapa aja yang lewat) plus hemat biaya karena bisa share berdua..:)

    ReplyDelete
  4. Hai, Mas...

    Seneng banget nemu blog ini & baca tulisannya. Kebetulan sy mau ke Kamboja minggu depan, selama 6 hari. Rencana spend 4 hari di Siem Reap then 2 hari di Phnom Penh. Tulisannya informatif banget & useful, terutama ketika bahas market2-nya, karena udah googling sejauh ini, tapi masih belum nemu blog yg sreg membahas ttg market2nya. Jadi pingin nonton apsara dance di night market jg. Makasih infonya yah! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Marcellina..thanks ya udah mampir. Sepertinya hobi belanja yah :) Kamboja surganya deh, murah-murah banget di sana. Saran saya : kalau ingin menikmati Apsara Dance lebih maksimal (dan punya dana lebih) bisa beli paket Apsara Dance+Dinner (bisa beli di hotel tempat menginap). Enjoy Kamboja.... :)

      Delete
  5. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete