Friday, December 28, 2012

Melaka Part 2 : Menyusuri Jejak Sejarah Melaka





Karena penasaran dengan Chicken Rice Balls rasa original yang semalam  tidak berhasil gue nikmati, maka pagi ini gue bertekad untuk menyantapnya di kopitiam Chung Wah yang terletak di mulut Jonker Street sesuai dengan referensi yang gue baca dari berbagai sumber. Saat tiba pukul 7 pagi ternyata kopitiam ini belum buka dan setelah bertanya-tanya dengan orang di sekitar kopitiam, gue mendapatkan informasi kalau kopitiam ini baru buka pukul 08.30.



Sembari menunggu kopitiam buka, gue menjelajah wilayah Jonker Street. Tidak salah kalau Melaka dinobatkan sebagai salah satu UNESCO World Heritage karena banyak sekali bangunan kuno di kota ini yang masih dijaga serta dilestarikan hingga saat ini.

Dari hasil penjelajahan di area Jonker Street sendiri saja gue menemukan 3 bangunan kuno dari 3 agama berbeda yang usianya sudah ratusan tahun namun masih terawat dan berfungsi sebagai tempat ibadah hingga sampai saat ini.

Bangunan pertama yang gue datangi yaitu Mesjid Kampung Kling yang dibangun pada tahun 1748 berarti usianya sekarang mencapai 264 tahun. Mesjid ini terletak di Jalan Tukang Emas (Goldsmith Street). Saat gue tiba pagi itu suasana mesjid sangat sepi dan tidak terlihat seorangpun yang bisa gue mintakan informasi.

Mesjid Kampung Kling

Maksud hati ingin masuk ke dalam bangunan mesjid untuk melihat arsitektur mesjid beserta isinya. Namun adanya larangan bagi non-muslim untuk masuk ke dalam mesjid menggagalkan niat dan keinginan gue. Akhirnya gue cukup berpuas diri untuk berkeliling mesjid dari area luar saja.

Larangan itu

Oh yah ada yang menarik perhatian gue terhadap mesjid ini. Di sisi samping mesjid terdapat sebuah kolam kecil dan di sekitar kolam tersebut disediakan gayung yang disebut “terumpah”. Gue bertanya dalam hati apakah kolam ini disediakan sebagai tempat untuk mengambil wudhu sebelum umat muslim melaksanakan sholat? Karena setelah berputar-putar ke seluruh penjuru mesjid gue tidak menemukan keran-keran air untuk mengambil wudhu layaknya mesjid-mesjid di Indonesia. Karena tidak menjumpai seorangpun di mesjid ini rasa penasaran gue pun akhirnya tidak terjawab.

Apakah ini Tempat Mengambil Wudhu?

Melangkah beberapa meter dari Mesjid Kampung Kling gue menjumpai Kuil Sri Poyatha Venayagar Moorthi yaitu Kuil Hindu yang dibangun tahun 1781. Kuil yang telah berusia 231 tahun ini masih dipergunakan umat Hindu Malaysia yang sebagian besar keturunan India sebagai tempat ibadah.

Kuil Hindu

Bangunan kuno terakhir yang gue datangi yaitu Cheng Hoon Teng Temple yang juga terletak di Jalan Tukang Emas. Kuil tempat ibadah umat Buddha ini dibangun pada tahun 1704 dan merupakan kuil tertua di Malaysia yang telah berusia lebih dari 300 tahun. Saat gue tiba pagi itu  terlihat aktivitas umat Buddha yang sedang melaksanakan ibadah.

Cheng Hoon Teng Temple
Sedang Beribadah

Jam 8 tepat gue kembali ke kopitiam Chung Wah untuk sekedar mengecek apakah sudah buka. Setibanya gue di sana gue kaget bukan kepalang karena kopitiamnya sendiri belum buka namun sudah terbentuk antrian panjang di depan kopitiam layaknya antrian pengambilan sembako saat krisis moneter tahun 1998.

Antrian Kopitiam Chung Wah

Ternyata Kopitiam Chung Wah ini sangat hits dan menjadi tempat favorit untuk menikmati Rice Chicken Balls di Melaka sehingga tidak heran sebelum kopitiam buka para pengunjung rela untuk antri di depan toko agar bisa langsung mendapat tempat saat kopitiam dibuka.

Gue gak mau ketinggalan dengan ikut mengantri sangking penasarannya hahahaha. Selalu ada pengalaman dan cerita lucu saat traveling di suatu negara. Tepat pukul 08.30 kopitiam dengan bentuk bangunan yang sederhana itu dibuka dan pengunjung yang sudah rapi mengantri masuk dengan tertib. Beruntung saat gue masuk masih tersedia tempat buat gue sehingga bisa langsung dilayani.

Gue semeja dengan 2 orang turis asal Taiwan dan sembari menunggu dilayani kami ngobrol-ngobrol sejenak. Dan sama dengan gue rupanya mereka tahu tentang kopitiam Chung Wah ini dari internet dan merekapun penasaran untuk mencobanya.

Tidak seperti kopitiam lain, kopitiam Chung Wah ini hanya menyediakan menu khas Melaka yaitu Chicken Rice Balls. Tidak berapa lama pesanan kami datang yaitu nasi padat berbentuk bulat (sama dengan yang gue makan semalam) ditemanin dengan ayam rebus yang dicocol dengan sambal. Tidak salah memang tempat ini menjadi tempat favorit karena ayam rebusnya sangat empuk dan gurih dengan bola-bola nasi yang padat namun begitu masuk mulut langsung hancur.

Chicken Rice Balls yang Fenomenal itu

Seporsi Chicken Rice Balls + segelas es lemon barley seharga RM 8.9 (sekitar Rp 27.600). Tidak terlalu mahal namun dengan cita rasa yang dapat dipertanggungjawabkan.

Beruntung selama 2 hari gue berada di Melaka cuacanya sangat cerah dan cenderung sedikit panas sehingga gue tidak terhalang cuaca untuk menikmati dapat secara maksimal menikmati Melaka.  Di tengah cuaca yang cerah gue kembali ke kawasan kota tua Melaka untuk mengunjungi Porta De Santiago.

Porta de Santiago sendiri merupakan gerbang untuk memasuki kota Melaka yang dibangun Portugis pada saat menguasai Melaka tahun 1511. Saat ini kita masih dapat menyaksikan bekas reruntuhan gerbang tersebut dan beberapa meriam yang terletak di halaman gerbang.

Porta De Santiago

Porta de Santiago sendiri letaknya tidak begitu jauh dari St. Paul Hill. Karena gue sangat suka dengan St. Paul Hill maka gue sempatkan untuk datang kembali untuk ke-2 kalinya sekadar menikmati suasana di sana. Oh ya dengan menuruni anak tangga di samping St. Paul Hill kita akan menemui komplek pemakaman Belanda.

Komplek Pemakaman Belanda

Di dalam komplek ini tidak hanya berisikan makam orang Belanda saja (ada 5 makam) namun juga makam para tentara Inggris (33 makam) yang telah ada sebelum Belanda mengambil alih komplek pemakaman ini.

Area Pemakaman

Tidak jauh dari komplek pemakaman ini dapat terlihat  menara Taming Sari yaitu sebuah menara di mana kita duduk dan dibawa naik seperti permainan Tornado di Dunia Fantasi Jakarta. Kota Melaka dapat kita nikmati dari ketinggian begitu telah sampai di atas. Namun karena keterbatasan waktu gue tidak sempat untuk menikmati wahana ini.

Menara Taming Sari

Istana Sultan Melaka yang letaknya tidak begitu jauh dari Porta de Santiago menjadi tempat perhentian gue berikutnya. Dengan membayar karcis masuk sebesar RM 2 kita dapat menyaksikan dan menikmati istana kesultanan Melaka.

Komplek kesultanan Melaka yang semua struktur bangunannya terbuat dari kayu sebenarnya merupakan replika dari istana Sultan Mansur Shah yang memerintah Melaka tahun 1456-1477 dan sejak tahun 1986 difungsikan sebagai museum.

Istana Sultan Melaka yang Megah

Bangunan istana ini terdiri dari 3 lantai dan dibagi dalam 8 ruang dan 3 galeri dan menyimpan berbagai koleksi berupa gambar, lukisan, barang cetakan, patung peninggalan Kerajaan Melayu Melaka yang mewakili sejarah dan budaya Melaka.


Delapan ruang yang ada di istana ini termasuk bilik pancaragam diraja, ruang pamer senjata tradisional Melaka, seni perhiasan, hadiah, dewan rekreasi, Balairung Seri dan dewan Islam. Sedangkan 3 galeri yang ada menggambarkan kisah kepahlawanan Hang Tuah dan Hang Jebat, pakaian tradisional Melaka dan kamar pribadi sultan. 


Diorama Pertarungan Hang Tuah dan Hang Jebat
Pakaian Tradisional Melaka

Gue menyebut kota Melaka ini sebagai kota seribu museum. Betapa tidak di kawasan kota tua Melaka saja bertebaran berbagai jenis museum yang letaknya sangat berdekatan satu dengan yang lainnya. Sebut saja Museum Sejarah, Ethnografi dan Satra, Museum Belia Malaysia, Museum Pemerintahan Demokrasi, Museum Islam Melaka, Museum UMNO Melaka, Museum Senibina (Arsitektur) Malaysia, Museum Kastam (bea cukai), Museum  Warisan Babah dan Nyonya  dan museum lain yang tidak sempat gue catat dan yang pastinya tidak sempat gue datangi satu persatu karena keterbatasan waktu.

Hanya satu museum yang sempat gue datangi yaitu Museum Samudra karena bentuk museumnya yang sangat unik yaitu berupa replika kapal Flor De La Mar, sebuah kapal Portugis yang tenggelam di Selat Malaka pada saat berlayar menuju Portugis. Dengan ukuran tinggi 34 M, panjang 36 M dan lebar 8M membuat museum ini gampang terlihat  dan letak museum di sebelah persis loket pembelian tiket Melaka River Cruise di Quayside Road.  

Museum Samudera dalam Replika Kapal Flor De La Mar

Harga tiket masuk museum ini RM 6 (sekitar Rp 18.600) dan lokasi museum dibagi menjadi 2 tempat berbeda. Museum utama dengan bangunan berbentuk kapal dan bangunan tambahan yang merupakan bangunan baru yang letaknya di samping museum utama.

Museum ini memamerkan koleksi berupa benda, artefak, dokumen, diorama dan galeri  serta replika berbagai model kapal yang memperlihatkan masa kejayaan Kesultanan Melaka yang menguasai perdagangan di Selat Melaka sebelum akhirnya ditaklukkan oleh Portugis, Inggris dan Belanda.

Diorama di dalam Museum Samudra

Museum ini sangat menarik karena sarat dengan nilai-nilai sejarah, namun sayangnya gue tidak bisa berlama-lama di museum ini karena akan segera check out dari hostel dan kembali ke KL.

Tepat jam 12 siang gue check out dari hotel dan sebelum melanjutkan perjalanan menuju KL gue mampir sejenak ke Lao Qian Ice Cafe yang letaknya persis di seberang kopitiam Chung Wah. Kafe ini sangat hits dengan es cendol duriannya. Soal antrian jangan ditanya karena setiap menit dan setiap jam tatkala  mampir ke kafe ini antrian panjang tak terhindarkan.

Cafe yang Kondang dengan Cendol Durian

Karena gue bukan pecinta durian maka gue memilih es cendol gula merah Melaka, begitu judul yang diberikan untuk es ini. Harganya RM 4.8 (sekitar 14.900). Jangan dibayangkan isinya yang aneh-aneh karena tidak beda jauh dengan es cendol yang ada di Indonesia yaitu es serut dengan isi dawet, kacang merah dan buah nangka dan disiram dengan sirup gula merah. Namun di tengah panas terik yang menyengat, es cendol ini boleh lah menjadi pelipur lara.

Penampakan Es Cendol Gula Merah Melaka

Sesaat gue melirik ke arah kopitiam Chung Wah dan minta ampun ternyata antrian untuk makan di kopitiam itu masih saja panjang bahkan orang-orang rela antri di tengah cuaca panas terik walau sebagian ada yang berpayung ria. Demi seporsi chicken rice balls yang nikmat itu orang rela membayar harga antri di tengah panas terik. Luar biasa.....

Antrian yang Cetar Membahana :)

Tidak begitu lama gue menunggu bis di halte depan Stadthuys yang akan mengantar gue ke Melaka Sentral untuk selanjutnya bertolak ke KL dan terbang menuju Jakarta malam itu.

Dua hari memang waktu yang singkat untuk menikmati keindahan Melaka dan suatu saat gue akan kembali lagi.......




EXPENSES TO MELAKA NOV 24-25, 2012



DATE NO DESCRIPTION CURRENCY  ORIGIN   EX RATE   IDR 
24-Nop 1 Taxi + Toll to airport         55.000
2 Airport tax Soekarno Hatta       150.000
3 DIGI Sim Card MYR         23,50        3.100         72.850
4 Aerobus to KL Sentral MYR           8,00        3.100         24.800
5 KTM to Bandar Tasik Selatan MYR           1,00        3.100           3.100
6 Lunch Nasi Briyani BTS MYR           7,00        3.100         21.700
7 Mineral water MYR           1,50        3.100           4.650
8 Metrobus to Melaka MYR           9,00        3.100         27.900
9 Toilet MYR           0,30        3.100              930
10 Bus to Bangunan Merah MYR           1,30        3.100           4.030
11 Jonker Guesthouse MYR         35,00        3.100       108.500
12 Melaka River Cruise MYR         15,00        3.100         46.500
13 Mineral water (2) MYR           3,00        3.100           9.300
14 Potato Stick MYR           3,00        3.100           9.300
15 Steamboat MYR           9,00        3.100         27.900
16 Rice Balls Chicken Curry MYR           5,00        3.100         15.500
17 Magnet (3) MYR         10,00        3.100         31.000
18 Radish Cake MYR           3,00        3.100           9.300
SUB TOTAL       622.260
25-Nop 1 Chicken Rice Balls Chung Wah MYR           8,90        3.100         27.590
2 Ticket Fee Istana Sultan Melaka MYR           2,00        3.100           6.200
3 Museum Samudra MYR           6,00        3.100         18.600
4 Cendol MYR           4,80        3.100         14.880
5 Bus to Sentral Melaka MYR           1,50        3.100           4.650
6 Lunch Shrimp Rice Melaka Sentral MYR           5,90        3.100         18.290
7 Toilet MYR           0,30        3.100              930
8 Transnasional Bus to BTS MYR         12,50        3.100         38.750
9 Train to LCCT MYR         10,80        3.100         33.480
10 Nasi Lemak LCCT MYR           6,90        3.100         21.390
11 Taxi from airport-home         80.000
SUB TOTAL       264.760
TOTAL EXPENSES       887.020
Mandala Ticket CGK-KUL (pp)       748.600
GRAND TOTAL     1.635.620

6 comments:

  1. Kereeennn... kopitiamnya buat penasaran.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ho oh za gue sampe geleng-geleng kepala ngeliat antusiasme orang-orang yang ngantri di kopitiam ini. Ntar kalo kamu ke sana harus cobain deh :) Anyway thanks udah mampir yah.

      Delete
    2. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
    3. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
  2. Bulan kemaren aku juga ke Melaka, cobain chicken rice ball di Famosa. Sekarang jadi penasaran ama si Chung Wah dech, hihihi ;p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah..kalo gitu Anda harus nyicip di Chung Wah nih dan ikut merasakan suasana antrinya heheh Thanks dah berkunjung.

      Delete