Wednesday, October 26, 2011

24 Jam di Kuala Lumpur......


“woi...ada tiket promo Air Asia (AA) nih ke Kuala Lumpur”. Begitu teriak teman kantor gue pada suatu pagi di pertengahan Januari 2011 yang langsung membuyarkan konsentrasi kerja gue. Terus terang gue agak begitu “sensitif” kalo mendengar ada tiket promo apalagi kalo harganya itu bener-bener “crazy price” hehehehe. Setelah gue cek di situs AA ternyata benar, ada last deal untuk flight ke KL hanya sampai bulan Februari 2011. Tapi gue sendiri sempat bingung karena di bulan sebelumnya gue dan temen-temen baru saja mengeksekusi tiket promo AA juga ke Kuala Lumpur tapi untuk keberangkatan di bulan Mei 2011.

Setelah grasa-grusu dengan teman-teman akhirnya kami mempunyai ide “gila” dengan harga tiket yang juga “gila” hehehehe yaitu kami akan mengeksekusi tiket ke KL untuk keberangkatan tanggal 02 Feb 2011 (malam)  namun hanya 1 hari saja di sana dan tanggal 03 Feb (malam) sudah kembali ke Jakarta. Karena tanggal 03 Feb bertepatan dengan libur nasional Tahun Baru Imlek sehingga kami tidak perlu mengambil cuti. Yah...beginilah kalo spirit traveling sudah merasuk jiwa, jalan-jalan satu haripun diembat!

Tanpa perlu waktu lama, web site AA yang sudah begitu akrab seperti teman sendiri (hahaha lebay!)  segera gue buka dan dengan waktu singkat 4 tiket sudah kami kantongi melalui pembelian online.

02 Februari 2011 kami berangkat dari kantor selepas jam kerja pukul 16.00 menuju Bandara Soekarno Hatta dengan menggunakan taksi untuk mengejar penerbangan pukul 20.30. Kostum resmi kantor segera diganti dengan pakaian santai yang kami lakukan di kantor sehingga saat jam bubaran kantor beberapa rekan yang lain sempat heran dengan penampilan kami yang berubah hehehehe. Kami sempat ketar-ketir karena menghadapi kenyataan macetnya jalan tol menuju bandara karena pada saat itu bersamaan dengan bubaran jam kantor ditambah dengan besok libur nasional.

Untunglah kemacetan hanya terjadi di ruas tertentu saja sehingga kami tidak terjebak secara berkepanjangan dan tiba di bandara sekitar pukul 18.00. Segera kami melakukan check in dan menyelesaikan urusan imigrasi. Ternyata masih cukup waktu bagi kami sebelum boarding dan seperti biasa kami tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk masuk ke airport lounge untuk makan minum gratis sampai kenyang dan kebetulan saat itu juga jam makan malam. Lumayan...bisa ngirit biaya makan malam untuk hari ini.

Penerbangan kami delay selama 15 menit. It’s Ok lah masih bisa ditolerir. Pukul 20.45 pesawat lepas landas  dan sekitar pukul 00.00 tengah malam mendarat di LCCT-KLIA (Low Cost Carrier Terminal Kuala Lumpur International Airport). Yah...inilah budget terminal KLIA yang menjadi markas maskapai berbiaya rendah seperti Air Asia dan beberapa maskapai lain yaitu Tiger Air, Cebu Pacific dll. Segera kami mengambil posisi mengantri di imigrasi dan ketika selesai urusan imigrasi sudah berpindah tanggal berarti stempel imigrasi di paspor kami tertera tanggal 03 Feb.

Tiba tengah malam di negara lain merupakan kendala bagi kami  untuk urusan transportasi karena lepas tengah malam bus atau kereta dari bandara yang menuju pusat kota sudah tidak beroperasi lagi sehingga tidak ada pilihan lain bagi kami  terpaksa harus menggunakan jasa taksi yang pasti harganya sangat mahal , apalagi kebijakan tarif taksi di KL setelah lewat pukul 10.30 malam (kalo tidak salah jam segitu) penumpang akan dikenakan biaya tambahan sehingga tarifnya menjadi lebih mahal. Oh ya di awal sebelum berangkat gue sempat mengusulkan kepada teman-teman, setiba di KL nanti tidak usah masuk ke pusat kota dulu, namun menginap dulu di bandara kemudian  jam 6 atau jam 7 pagi baru bergerak mencari angkutan kereta menuju pusat kota KL. Kan lumayan bisa ngirit biaya taksi dan penginapan hehehehe. Namun dengan beberapa pertimbangan terutama teman-teman cewek yang belum terbiasa untuk tidur di airport, butuh mandi, cari area buat men-cas BB dll sehingga rencana tersebut batal.

Kendaraan taksi melaju kencang malam itu di jalan bebas hambatan Kuala Lumpur untuk menuju tempat penginapan kami Hostel Pujangga di Jalan Berangan 21 dekat dengan kawasan Bukit Bintang yang kondang itu. Setelah mencari-cari lokasi hostel, karena sopir taksi nya pun kurang begitu tahu lokasi hostel yang dicari akhirnya sekitar pukul 01.30 kami tiba di Hostel Pujangga. Mau tahu berapa ongkos taksi yang kami bayar malam itu ? RM 111.45 (sekitar Rp 323,000) huuft...berasa sesak dada ini, namun apa boleh buat....

Rasa was-was menyergap diri kami. Mengapa? Karena  kami belum melakukan pemesanan kamar sama sekali apalagi pada hari itu di Malaysia juga libur nasional merayakan Tahun Baru Imlek. Namun nasib baik masih menyertai kami karena masih tersedia kamar kosong untuk kami menginap malam itu. Namun karena bertepatan dengan libur nasional Hari Raya Imlek, maka kami dikenai biaya tambahan sehingga tarif kamar per malam RM 75 (sekitar Rp 317,500) untuk private room dengan twin sharing.

03 Februari 2011 Selesai urusan mandi dan beres-beres, kami baru tidur pukul 02.30 dan pukul 06.00 sudah bangun lagi, jadi hari itu kami tidur hanya 3.5 jam saja!! Hostel tersebut menyediakan sarapan sederhana berupa roti dan teh/kopi, namun dasar perut melayu, kurang mantap rasanya kalo belum menyantap nasi hahahaha. Akhirnya jam 07.00 pagi kami mencari sarapan pagi di kawasan Bukit Bintang. Namun tak disangka dan tak diduga, kawasan Bukit Bintang pagi itu sepi sekali seperti kota yang tak berpenghuni. Kawasan yang biasanya hiruk pikuk dan ramai namun pagi ini terasa lengang. Ah...kami tidak menyadari kalau hari itu adalah hari libur nasional. Pantas saja...!

Setelah berjalan ke sana kemari tak menentu arah, akhirnya kami menemukan penjual nasi lemak yang menggelar dagangannya di pinggir jalan di depan Bank HSBC. Tanpa basi basi lagi kami langsung memesan nasi lemak tersebut seporsi untuk masing-masing orang. Rasanya lumayan dan harganya oun tidak terlalu mahal yaitu sekitar RM 2.5 (sekitar Rp 7,500 tanpa menggunakan lauk ayam goreng) dan RM 4 (sekitar 12,000 jika menggunakan lauk ayam goreng).

Setelah perut bisa dijinakkan, agenda kami pagi itu meluncur ke KLCC Suria yang terkenal dengan menara Petronasnya. Dari Bukit Bintang ke KLCC Suria kami capai dengan berjalan kaki. Ini adalah kunjungan gue yang ke-2 ke Menara Petronas. Namun  lagi-lagi keinginan gue untuk naik di Lantai 42 yang menjadi jembatan penghubung antar menara gagal kembali karena antrean begitu panjang dan kuota pengunjung untuk naikpun dibatasi. Akhirnya kami cukup berpuas diri dengan foto-foto di taman sekitar menara dengan latar belakang menara yang menjulang tersebut. 
Puas dengan foto-foto, kami lanjutkan penjelajahan kami di area Bukit Bintang.Kali ini Plaza Sungei Wang menjadi sasaran karena temen-temen cewek berkeinginan untuk hunting sepatu Vinci yang kondang tesebut. Namun akhirnya mereka harus gigit jari karena toko sepatu yang dituju ternyata tutup karena libur. Terlihat kekecewaan di garis wajah mereka. Ah..belum rejeki kalian hibur gue pada mereka. Untuk menghibur mereka gue ajak menyantap Turkish Ice Cream (karena penjualnya orang Turki dengan aksinya yang kocak). Dengan harga sekitar RM 5 (sekitar Rp 15,000) kami duduk manis di pinggir jalan menikmati es krim tersebut sambil memandang orang yang lalu lalang. Buat teman-teman yang ke Kuala Lumpur cobain deh es krim ini. Recommended...! Acara makan siang kami lalui di gerai KFC. Loh pergi jauh-jauh makannya di KFC juga? Hehehe soalnya kebetulan ada temen gue yang muslim dan kebanyakan di kawasan Bukit Bintang restoran yang buka pada jam tersebut kebanyakan menyediakan makanan non-halal sehingga kami untuk amannya kami masuk ke gerai KFC.


Kami kembali ke hostel sejenak untuk check out dan mengambil barang-barang kami yang telah diberesin sebelumnya untuk selanjutnya melipir ke Pasar Seni (Central Market) yang berada di kawasan Hang Kasturi dan tidak jauh dari Petaling Street (kawasan China Town). Pasar Seni ini sebagai tempat populer bagi wisatawan yang ingin berbelanja dan menempati sebuah gedung tua dan antik yang didirikan tahun 1888. Pada awalnya pasar ini didesain sebagai pasar basah dan bangunan sekarang yang dipakai selesai dibangun tahun 1937. Pemerintah Malaysia menetapkan bangunan Pasar Sentral menjadi bangunan cagar budaya dan dilindungi.


Di dalam pasar seni, para pedagangnya dikelompokkan ke dalam 3 zone yaitu Lorong Melayu, Straits Chinese dan Lorong India. Berbagai macam barang dijual di sini mulai dari suvernir, kain india, kaos, pernak-pernik, juga batik tersedia di sini yang tersebar  di 2 lantai bangunan. Selain menawarkan berbagai suvernir, di Pasar Sentral juga tersedia beberapa restoran dan tempat makan. Gue sendiri sempat berbelanja suvernir kecil buat teman-teman dan coklat karena harga coklat di sini lebih murah bila dibandingkan dengan di mall. Setelah rehat sejenak di food hall, akhirnya kami harus mengakhiri acara di Pasar Sentral untuk selanjutnya bersiap-siap ke Bandara untuk kembali ke Jakarta.

Perjalanan ke Bandara LCCT-KLIA  kami tempuh dengan menggunakan kereta melalui stasiun KL sentral dan dari KL Sentral menggunakan kereta bandara dengan tarif per orang RM 12.5 (sekitar Rp 36,000). Setelah menyelesaikan urusan check in, kami mengambil waktu sejenak untuk makan malam di salah satu restoran fast food.


Saat memasuki ruang tunggu dan melewati imigrasi, petugasnya sempat menanyakan : “Cuma 1 hari sahajakah?”  sebelum paspor kami distempel. Yah...inilah pengalaman traveling ke luar negeri yang tersingkat yang perah gue lakukan yaitu hanya 24 jam saja hehehe. Pesawat berangkat tepat waktu dan mendarat di Soekarno Hatta sekitar pukul 11 malam. Dengan langkah gontai kami keluar area bandara untuk pulang ke rumah masing-masing karena esok hari harus bekerja kembali di hari kejepit huhuhuhu.

2 comments:

  1. gue sampe rumah hampir jam 1 dini hari huhuhu. mana serem banget lagi jam 12 malam lebih nyebrang sendiri di jembatan penyebrangan Untar 1 ke Untar 2.

    ReplyDelete
  2. Hallo, mau tanya, jadi KL kalau pas lagi imlek.. toko2 dan mall tutup ya? Thx

    ReplyDelete