Sunday, December 22, 2013

Menguak Keindahan Puerto Princesa




Jari jemari gue memencet mesin self check-in maskapai Cebu Pacific Airlines pagi itu. Dalam hitungan detik secarik boarding pass untuk penerbangan ke Puerto Princesa tanggal 16  September 2013 keluar dari mesin dan sudah berpindah ke tangan gue. Singkat, cepat dan efisien. Dan dalam hitungan menit gue sudah berada di gerai restoran cepat saji Jollibee di lantai 2 Bandara Internasional Ninoy Aquino untuk menikmati sarapan pagi sambil menunggu boarding.


Self Check-in Cebu Pacific Air
Sementara gerimis masih membasahi landas pacu bandara. Sambil menunggu boarding gue berdoa semoga tidak ada hambatan cuaca saat gue terbang nanti. Lima belas menit sebelum boarding terdengar pengumuman dari pengeras suara kalau ruang tunggu untuk boarding dipindahkan. Aah..mengapa harus mepet begini sih waktunya mengumumkan pindah ruang tunggu?

Akhirnya pesawat mendarat dengan mulus di bandara Puerto Princesa pukul 10.00 pagi di tengah udara yang sangat panas. Gue bergegas menuju pintu keluar bandara untuk mencegat tricycle di pinggir jalan. Sengaja gue tidak mengambil  tricycle dari dalam bandara karena petugas hotel tempat gue bakal menginap di Puerto Princesa telah berpesan lebih baik mencegat di pinggir jalan karena tarifnya bisa lebih murah 1/3  dibanding kalau mengambil dari dalam bandara. Baiklah....demi tarif murah gue amin-kan pesan petugas hotel tersebut.

Bandara Puerto Princesa
Jarak dari bandara menuju Hotel Circon ditempuh hanya dalam waktu 20 menit dengan tarif tricycle sebesar PHP 50 saja (Rp 13rb).  Kota Puerto Princesa merupakan kota terbesar di Pulau Palawan namun dari segi ukuran kota ini sangat kecil sehingga memberi keuntungan karena kalau mau kemana-mana jaraknya dekat.

Selesai check-in di Hotel Circon gue langsung mengurus permit untuk paket tur lokal ke Puerto Princesa Underground River (PPUR) keesokan harinya. Untuk mengunjungi PPUR ini diperlukan ijin khusus yang harus diurus. Dengan ditemani staf dari travel agent hotel  gue diantar menuju City Coliseum yang merupakan kantor tempat mengurus ijin ke PPUR. Tidak perlu menunggu lama ijin pun akhirnya berhasil gue dapatkan dan beruntung gue masih mendapat seat untuk keberangkatan keesokan harinya.

Sebenarnya ijin ini bisa diurus oleh pihak travel agent jika gue telah booking sebelumnya. Namun gue baru memesan seat sehari sebelumnya sehingga gue harus mengurus permit sendiri ke City Coliseum.

Hotel Circon yang gue tempati merupakan hotel sederhana namun letaknya strategis berada di pusat Kota Puerto Princesa. Dengan tarif sebesar PHP 600 (Rp 150rb) per malam gue mendapat kamar private dengan kamar mandi di dalam beserta sarapan pagi.

Penampakan Kamar di Hotel Circon

********

Sore hari saat yang tepat untuk menjelajah kota Puerto Princesa apalagi cuaca sudah tidak terlalu panas seperti saat siang hari. Kota ini sangat bersih dan merupakan salah satu kota terbersih di Filiphina. Denda sebesar PHP 200 dikenakan bagi mereka yang membuang sampah sembarangan.

Dengan sedikit bertanya kepada warga lokal akhirnya gue menemukan Immaculate Conception Cathedral Parish yang terletak di Rizal Street.  Katedral ini merupakan gereja terbesar di Puerto Princesa. Sore itu sedang ada kegiatan ibadah namun saat melongok ke dalam gue lihat jumlah jemaat yang datang terlalu banyak.

Katedral yang Megah
Suasana di Dalam Katedral
Gereja yang dibangun sejak tahun 1800an ini letaknya tidak terlalu jauh dengan Baywalk yaitu kawasan di tepi laut yang dibangun jalur pejalan kaki untuk bersantai dan beristirahat.  Cukup lama gue duduk di halaman depan gereja menikmati keindahan gereja serta umat yang lalu lalang keluar masuk gereja.

Hanya sepelemparan batu dari gereja katedral ini terdapat Plaza Cuartel. Tempat yang merupakan taman peringatan ini dulunya merupakan markas militer Amerika. Pada masa pendudukan Jepang, 154 tawanan amerika dipenjara di tempat ini dan penjara ini dibakar melalui drum bahan bakar dan mengakibatkan 143 orang mati terbakar dan 11 selamat. Sebuah tugu/monumen dibangun di tengah taman yang asri ini.

Plaza Cuartel
Monumen Plaza Cuartel
Menjelang senja waktu yang tepat menikmati matahari terbenam di baywalk. Segera gue beranjak menuju baywalk yang sore itu banyak menemui warga lokal yang berkumpul sekedar untuk bersantai menikmati semilir angin laut di sore hari.

Baywalk
Senja di Baywalk
Beberapa warung kecil berjejer di sepanjang jalur pedestrian menawarkan berbagai makanan dan minuman. Gue teringat sejak tiba di Filiphina gue sama sekali belum menemukan makanan khas lokal  balut yaitu telur ayam/bebek rebus. Yang “unik” dari balut ini adalah telur rebus tersebut masih terdapat embrio yang nyaris terbentuk menjadi bebek/ayam. Sebelumnya gue telah pernah mencoba makanan ini di Kamboja dan ternyata gue doyan sehingga gue penasaran untuk mencoba yang ada di Filiphina.

Setelah bertanya kepada penjual minuman gue diberitahu dimana bisa menemukan balut di sekitar baywalk. Ternyata penjualnya seorang bapak yang memiliki keterbatasan fisik dan beliau berjualan dengan menggunakan kursi roda. Gue bersimpati dengan keterbatasan yang dimilikinya namun masih memiliki semangat tinggi dan usaha dalam mencari nafkah.

Sang Penjual Balut
Tidak berapa lama sebutir telur telah terhidang di meja gue dan saatnya memulai “ritual” bersantap balut.  Cara memakan balut tersebut yaitu dengan memecahkan ujung  telur dan cangkang dibuka sedikit demi sedikit dan dibubuhi dengan garam+vinegar dan dikerok menggunakan sendok kecil. Hm.....nikmat.....

Balut yang Maknyusss..!!! Mau Coba?
Satu lagi pak” sapa gue kepada penjual minuman yang disambut dengan senyuman. Penjual minuman ini menjadi penterjemah gue kepada bapak penjual balut karena sepertinya sang bapak kurang mengerti Bahasa Inggris. Dalam sekejap balut ke-2 selesai gue santap.  Berapa harga 2 butir balut ini? Hanya PHP 20!! (sekitar Rp 5,200).

Balut butir ke-2 mengiringi senja berganti menjadi malam namun warga lokal masih betah untuk berlama-lam di baywalk ini bahkan masih ada warga yang baru datang di saat hari berganti malam.

**********


Jam 07.30 pagi tanggal 17 September 2013 gue sudah duduk manis di lobi hotel menunggu jemputan dari travel agent. Tidak perlu menunggu lama, Jesy sang pemandu perjalanan kami menyapa gue sesaat tiba di lobi hotel. Ternyata gue jemputan pertama dan beruntung  bisa bebas memilih tempat duduk di dalam van.

Tidak butuh lama untuk menjemput 12 orang dalam rombongan kami. Sekitar pukul 08.30 kami bertolak menuju Puerto Princesa Underground River (PPUR) yang rencananya akan ditempuh selama 2 jam perjalanan. Hampir 80% peserta tur warga lokal Filiphina dari berbagai provinsi sisanya gue sendiri dari Indonesia dan sepasang turis dari China. Oh yah harga paket tur ke PPUR ini sebesar PHP 1,500/org (sekitar Rp 390rb) sudah termasuk antar jemput dari hotel ke PPUR, permit fee, makan siang ala buffet, biaya penyeberangan, pengarungan ke PPUR dan asuransi. Namun setiba di lokasi masih harus membayar enviromental fee sebesar PHP 40 yang dibayar di lokasi dan tidak termasuk dalam paket.

Harus gue akui kemampuan Jesy dalam menjelaskan berbagai hal mulai dari sejarah kota Puerto Princesa, berbagai spot yang kami lalui hingga PPUR sendiri sangat jumawa sehingga perjalananpun tidak terasa membosankan apalagi Bahasa Inggrisnya mudah untuk dimengerti.

Sebelum tiba di PPUR rombongan kami diajak mampir dulu ke Ugong Rock Adventures. Di bukit batu kapur ini pengunjung dapat menikmati permainan Zipline (Flying Fox), melakukan trekking dan merasakan serunya Spelunking Caving. Namun untuk menikmati semua permainan dan kegiatan tersebut pengunjung dikenakan biaya tambahan dan tidak termasuk dalam biaya paket ke PPUR.

Ugong Rock Adventures
Permainan Zipline di Ugong Rock Adventures
Gue sendiri tidak melakukan aktivitas apa-apa di sini hanya mengobrol dengan sesama peserta tur sambil menunggu peserta lain yang sedang asyik mencobai berbagai jenis permainan yang ada.

Setelah semua peserta menyelesaikan permainanannya rombongan diantar ke Sabang Sea Ferry Service. Di sinilah dermaga penyeberangan menuju PPUR. Namun sebelumnya kami mampir di salah satu restoran yang berderet di sekitar dermaga kapal untuk makan siang ala buffet.  Oh yah di depan restoran dijual sejenis cacing laut yang disebut tamilok oleh warga lokal. Saat salah seorang rombongan membelinya, gue penasaran untuk ikut mencobanya. Awalnya terasa deg-degan, namun saat cacing laut dicelup ke mangkuk yang berisi vinegar dan masuk ke dalam mulut sampai akhirnya meluncur di kerongkongan gue, saat itulah gue merasakan kalau tamilok ini sungguh enak. Dan tangan gue pun akhirnya mencomot tamilok ke-2 hingga ke-3 untuk gue santap.

Tamilok Sang Cacing Laut yang Fenomenal
Nyamm....
Saatnya untuk menyeberang ke pulau dengan menggunakan kapal motor berkapasitas 6 penumpang. Perjalanan hanya memakan waktu sekitar 20 menit dan kami tiba di sebuah pulau yang menjadi pintu masuk PPUR. Sungguh indah pantai tempat kami mendarat yang dilatarbelakangi bukit karang.

Dermaga Penyeberangan Sabang
Di Kapal
Aaakh...tak menyangka akhirnya impian gue untuk mengunjungi Puerto Princesa Underground River akhirnya terwujud. PPUR sendiri dinyatakan sebagai salah satu dari New 7 Wonders of Nature tahun 2011 yang lalu bersama dengan Komodo Island (Indonesia), Ha Long Bay (Vietnam), Jeju Island (Korea Selatan), Iquazu Falls (Argentina/Brazil), Amazon Rainforest (Amerika Selatan) dan Table Mountain (Afrika Selatan).

Tempat Pendaratan di PPUR
Akkkhh...Finally Bisa Menjejakkan Kaki ke Tempat ini
Lingkungan di PPUR benar-benar sangat dijaga. Bahkan penggunaan listrik di pulau ini diganti dengan tenaga biodiesel. Pengunjung hanya dibatasi sebanyak 900 orang per hari. Di pintu masuk PPUR pengunjung disambut dengan kawasan konservasi hutan bakau. Salut untuk Pemerintah Filiphina yang melakukan berbagai usaha untuk menyelamatkan lingkungan di PPUR ini.

Gerbang Masuk PPUR
Akhirnya tibalah kami di dermaga untuk memulai pengarungan di sungai bawah tanah ini. Dengan menggunakan pelampung kami diantar menggunakan perahu dengan kapasitas 6 orang. Perahu memasuki gua yang gelap karena memang tidak dipasang penerangan di dalam goa. Abang pemilik perahu memulai bercerita sambil mengayuh perahu secara perlahan. Dengan dibekali penerangan berupa lampu senter yang disorot ke setiap sudut goa,  abang pemilik kapal menjelaskan tentang goa yang memiliki stalagtit dan stalagmit yang sangat indah membentuk berbagai konfigurasi yang unik menyerupai bentuk jagung, perjamuan terakhir, Bunda Maria  dll.

Puerto Princesa Underground River
Pengarungan di PPUR
Gua di PPUR ini juga menjadi rumah bagi kawanan burung walet serta kelelawar sehingga tidak heran saat masuk ke dalam gua kami disambut dengan suara cicitan riuh ribuan burung walet dan kelelawar. Dulu sebelum ditetapkan menjadi taman nasional, penduduk lokal di sekitar PPUR dengan nyali yang besar banyak  mencari sarang burung walet di dalam goa di PPUR ini. Namun sejak ditetapkan menjadi taman nasional semua aktivitas di dalam goa dilarang.

Sayang karena kondisi goa yang gelap dengan penerangan minim sehingga hasil jepretan foto kurang begitu bagus. Panjang lintasan sungai yang bisa dilalui untuk turis dibatasi hanya beberapa KM saja (gue lupa persisnya). Jika ingin berlayar lebih dari jarak yang telah ditentukan harus dengan ijin khusus. Tak terasa pengarungan sungai sekitar 45 menit dengan pemandangan yang dramatis telah berakhir.

Stalaktit dan Stalakmit di Dalam Goa

********

Pulang dari PPUR gue mendapat banyak teman-teman baru penduduk lokal.  Diantara mereka yaitu Aries dan 2 orang saudaranya yang merupakan sesama saudara sepupu. Mereka datang dari kota Legazpi di provinsi Albay sebelah timur Filiphina. Bersama merekalah gue menghabiskan malam terakhir di Puerto Princesa. Saling berbagi cerita sejak di PPUR membuat gue cepat akrab dengan mereka. Banyak hal-hal yang mereka tanyakan tentang Indonesia mulai dari beberapa kosakata sehari-hari dalam Bahasa Indonesia sampai kosakata untuk mengumpat khas anak muda juga mereka tanyakan J Budaya lokal serta tempat-tempat menarik di Indonesia tak luput pula ditanyakan ke gue sepertinya mereka terlihat tertarik dengan Indonesia khususnya Bali dan gue pun tidak lupa mengundang mereka untuk berkunjung ke Indonesia.

Meja makan memang merupakan tempat yang tepat untuk bertemu. Banyak orang menggunakan meja makan mulai dari sekedar silahturahmi keluarga atau rekan sejawat, diplomasi bisnis, sampai transaksi haram. Dan kamipun menggunakan meja makan sesuai dengan fungsinya yang memang sebagai tempat kami  makan bersama sambil ngalor ngidul ngobrol banyak hal mulai dari cerita sepele sampai cerita serius.

Karena gue baru sehari berada di Puerto Princesa maka gue menyerahkan kepada Aries dkk untuk memilih lokasi tempat makan dan pilihan jatuh kepada Ugong Rock Restoran, nama yang sama sesuai dengan tempat yang kami singgahi siang sebelumnya.

Bersama Aries dkk
Tidak perlu menunggu waktu terlalu lama saat makanan yang kami pesan akhirnya tiba. Samadulas (sayuran lokal), Crocodiles Sisig (daging buaya), Beef Kare-kare with Bagoong (Daging sapi dimasak santan dengan campuran terong) dan Sizzling Mixed Seafoods ( mirip sapo tahu dengan campuran seafoods) demikian nama menu-menu yang dihidangkan. Sensasi makanan lokal yang benar-benar menantang lidah untuk mencobainya.

Samadulas
Crocodile Sisig
Sizzling Mixed Seafoods
Beef Kare-kare with Bagoong
Crocodiles Sisig merupakan makanan khas lokal Palawan yang patut dicoba selain tamilok.  Makanan ini terbuat dari daging buaya yang dicincang serta ditumis dengan beberapa bumbu dan disajikan pada sebuah hotplate.  Rasanya gurih dan lezat serta tidak meninggalkan rasa amis. Tanpa disadari kamipun berebutan untuk menyantapnya. Selain porsinya yang memang sedikit kondisi perutpun memang sangat lapar setelah seharian berpetualang di PPUR.

Sepertinya malam belum berakhir di Puerto Princesa. Aries dkk mengundang gue untuk menghabiskan malam itu di Tiki Bar yang merupakan salah satu bar terpopuler di Puerto Princesa untuk menikmati hiburan live music. Kebetulan grup musik yang tampil malam itu berasal dari Manila (gue lupa namanya) dengan 4 orang penyanyi wanita (yang cantik tentunya) dan memang tidak salah penampilan mereka sungguh luar biasa bagusnya malam itu.

Performance di Tiki Bar
Bir Lokal di Puerto Princesa
Toilet di Tiki Bar, Ayo Mana buat Cewek dan Cowok??
Jarum jam menunjukkan angka 2 dini hari saat kami meninggalkan Tiki Bar untuk kembali ke hotel masing-masing dan juga waktunya gue packing untuk kembali ke Manila pagi harinya,  transit dan terbang ke Jakarta pada malam harinya.

Beruntung temen gue sesama pejalan, Uliel juga sedang berada di Manila dan menemani gue selama beberapa jam di distrik kosmopolitan Makati Manila saat transit menunggu penerbangan pada malam hari menuju Jakarta.

Suatu hari di Makati bersama Mamih Uliel :)

 Untuk El Nido, gue akan kembali lagi ke Manila suatu saat nanti.....

27 comments:

  1. Kebetulan, salah satu dari kami baru saja booking tiket ke Puerto Princesa. Thanks for sharing, jadi punya referensi aktivitas selama di sana :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enjoy Puerto Princesa. Thanks dah berkunjung.

      Delete
    2. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
    3. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
    4. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
    5. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
    6. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
  2. Replies
    1. iya nih ki, semangat nulis lagi turun :( lagi ngumpulin mood dulu buat nulis lagi.

      Delete
  3. mas, kamu 1-1 nya org yang aku baca suka balut. hahahahaha... aku sendiri wkt k Manila, ga mw nyentuh bginian hihihi... trs itu cacing lauttt, ohh tidaaaakkk!! Geli banget ;D ... Aku suka nyobain makanan2 baru yg aneh, tp ga termasuk cacing, embrio ato serangga2 aneh kayak di thailand ;p

    ReplyDelete
  4. hahaha namanya juga mencoba hal-hal baru termasuk juga kulinernya. Tapi balut dan cacing lautnya enak kok, nanti kalo ke Philiphines lagi cobain deh :)

    ReplyDelete
  5. ayo omcul update lagi blognya..
    masih Philipina aja nih postingan teratas.. hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahahaa iya nih kang entah kenapa sekarang udah gak semangat lagi untuk nulis :( Tadi pas masuk blognya nemu sarang laba2 gak? hehehe

      Delete
  6. kebetulah nih mas aku dah punya tiket ke Manila dan Puerto Princesa awal tahun depan.
    sangat membantu banget setelah membaca blog ini.
    oh ya mas, tur ke PPUR itu selesainya jam brp ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah..senangnya yg mau ke Filiphine tahun depan :) paket tour ke PPUR selesai sekitar jam 3 sore dari jam 8.30.

      Delete
    2. Tiket aku balik ke Manila jam 18.50.
      Keburu ga ya mas kalo aku ikut tur ke PPUR itu dan selesai tur bisa nyampe airport Puerto Princesa tepat waktu?

      Delete
    3. Kalo semuanya tepat waktu seharusnya keburu yah. Setidaknya Anda sudah harus tiba kembali di hotel di Puerto Princessa paling telat jam 4 sore dan semua bawaan sudah Anda dipacking malam sebelumnya jadi siap angkut ke bandara saat tiba dari PPUR. Emang terburu-buru sih jadinya hehehe.

      Delete
  7. salam kenal bro...

    asik sekali melihat perjalanan kamu, jadi buat hati tidak sabar untuk bulan maret 2015. soalnya punya trip kesana juga.hehee..
    cuma masih galau soal perjalanannya, kan aku dari jkrt- manila - boracay tgl 12 maret. tgl 13 di boracay, tgl 14 boracay -manila- puerto, tgl 15 k PPUR dan tgl 16 puerto - manila - jkt.

    Menurut u bro, gimana ya? terlalu buru-buru dan mepet gak ya? Di boracay 2 hari cukup gak? heheee.. butuh masukkannya nih bro ,

    makasih ya,

    salam kenal dari @ranselahok
    husinpeng.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal kembali. Maaf saya sendiri belum pernah ke Boracay. Tapi kalo melihat itin Anda rasanya cukup karena Boracay murni wisata pantai/laut jd 2 hari sudah pas kok. Enjoy Philipine!

      Delete
  8. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  9. Woow mantaap! Jarang sekali blog Indonesia yg pernah ke Puerto Princesa, apalagi sambil makan Tamilok, hehe.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas ternyata Puerto Princesa tuh indah sekali tap sayang karena keterbatasan waktu saya belum sempat ke El Nido di ujung PP. Next time saya mau kembali lagi ke PP. Tamilok enak sekali walaupun awalnya agak deg2an makannya hahahaha.

      Delete
  10. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  11. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  12. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  13. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  14. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete